Lee

4.7K 709 13
                                    

"Haechan belum pulang?" tanya Gongmyung yang tak melihat Haechan, padahal udah dari tadi dia di rumah Ashilya.

"Belum. Kayanya dia bakal nginep dirumah Jeno." sedih Ashilya teringat percakapannya dengan Haechan ditelpon tadi.

"Kalian berantem?"

"engga."

"Terus?"

"Ada pesta dirumah Jeno. Aku sedih Haechan larang aku ikut kesana, padahal aku juga diundang."

"Acara?"

"Jeno menang lomba debat antar sekolah. Mamanya bikinin pesta buat dia."

"Terus kenapa dilarang?"

"Haechan takut aku kesepian disana karena ngga ada yang aku kenal."

"Niat Haechan kan baik, Shil. Jadi ga usah sedih." hibur Gongmyung.

"Tapikan aku juga pengen ikut ka. Aku--" perkataan Ashilya terpotong saat tiba-tiba Gongmyung menariknya dalam pelukan.

"Adek kecil gw banget dah..." puk puk Gongmyung di kepala Ashilya, membuat Ashilya benar-benar merasa jadi adik kecil Gongmyung.

"Ka Myung ga kerumah sakit?"

"Sebentar lagi." guman Gongmyung melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul 18:35.

"Iya. Kamu gpp kan ditinggal?" tanya Gongmyung setelah mengurai pelukan.

"Iya, gpp. Udah sana berangkat. Nanti telat lagi."

"Ngusir nih ceritanya?"

"Niat aku kan baik, ka." jawab Ashilya dengan nada yang sama seperti Gongmyung tadi.

"Dih... Ya udah kaka berangkat. Jangan lupa diabisin pienya." pamit Gongmyung seraya menunjuk pie yang dibawanya tadi.

"Oke. Hati hati kaka ganteng."

"Kamu juga hati hati adek cantik." usak Gongmyung pada rambut Ashilya.

"Kalo ada apa-apa telpon kaka atau Doyoung ya." ingat Gongmyung, karena saat ini kedua orang tuanya maupun orang tua Ashilya sedang tidak di dekat mereka.

"Siap kaka." hormat Ashilya pada Gongmyung.

.
.
.

"Ngga usah. Aku berani kok."

"Ini bukan masalah berani dan ngga beraninya. Kamu itu cewe di rumah sendirian. Aku khawatir."

"Aku gpp. Kamu ga perlu khawatir. Paling bentar lagi Haechan juga pulang."

"Yakin kamu Haechan bakalan pulang? Udah hampir jam 10 ini. Aku khawatir sama kamu."

"Iya Lu--"

Tok tok tok...


"Tuh kan aku bilang juga apa. Udah ya aku matiin." lega Ashilya setelah mendengar ketukan pintu rumahnya.

"Ya udah. Nite..."

"Nite too..."

BIP

Ashilya berlari menuju pintu setelah sambung telpon terputus.

"Haechan..." semangat Ashilya membukakan pintu untuk Hae-- "Doyi?"

"Haechan belum pulang?" kata Doyoung nyelonong masuk ke dalam rumah Ashilya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haechan belum pulang?" kata Doyoung nyelonong masuk ke dalam rumah Ashilya.

"Belom..." sedih Ashilya sambil menutup pintu.

"Kayanya Haechan ngga pulang deh. Dia udah izin bakal nginep di rumah Jeno kalo acaranya selesai malem banget." lanjut Ashilya duduk disebelah Doyoung.

"Doyi baru pulang ya?" tanya Ashilya melihat tas Doyoung masih tersampir di pundaknya dan tampak lelah.

"Hm..." dehem Doyoung seraya melepas tasnya.

"Coba telpon, tanya yang pasti. Haechan mau nginep apa balik. Biar ntar gw jemput kalo mau balik."

"Takut ganggu..." khawatir Ashilya takut mengganggu acara Jeno.

"Ga bakal."

Menuruti perkataan Doyoung. Ashilya akhirnya menelepon Jeno. Iya, Jeno yang ditelpon. Makanya Ashilya takut ganggu, Jeno kan pemilik acara. Salahkan Haechan yang teledor sampai lupa membawa ponselnya.

"Jadi nginep?" tanya Doyoung setelah Ashilya mengakhiri panggilannya.

"Iya, Mama Jeno yang barusan minta izin buat Haechan nginep di rumahnya."

"Udah makan?" tanya Doyoung mengalihkan.

"Udah..."

"...tapi masih laper." lanjut Ashilya.

"Mau makan apa?"

"Emb... Apa aja deh."

"Ya--"

"Eh tapi aku pengen makan masakan rumah."

.
.
.

"Huft... Kalo pasta mah aku juga bisa bikin sendiri." keluh Ashilya saat Doyoung memilih membuat pasta untuknya.

"Ya gimana. Cuman ada ini disini." balas Doyoung merujuk pada bahan makanan yang ada.

"Ya udah gpp deh. Tapi besok masakin yang beneran masakan rumah ya. Bukan cuman makanan yang dimasak di rumah."

"Belanja dulu kalo gitu."

"Belanja?"

"Iyalah. Lu pikir bahan apa yang bakal dimasak kalo kita ngga belanja dulu."

"Kita?"

"Iyalah. Gw ga mau belanja sendiri ya. Dan gw juga ngga percaya kalo lu sendiri yang belanja."

"Belanja bareng?"

"Iya. Lu kenapa sih?" kesal Doyoung melihat respon Ashilya yang lemot.

Ga tau aja Doyoung kalo Ashilya ngga lemot. Tapi mikirnya kejauhan.

'Belanja?
Rasanya ngga asing. Kaya baru kemarin.
Kita?
Aku dan dia?
Ashilya dan Doyoung belanja bareng?
Shiyoung?
Oh my.....
Kejadian kemaren terjadi lagi ngga ya?' isi pikiran Ashilya yang dikira Doyoung lemot.

"Ngga enak ya?" tanya Doyoung memastikan karena sedari tadi Ashilya hanya diam dalam makannya. Seperti tidak napsu, atau sedang kepikiran hal lain.

"Ha--hah? Oh... Engga. Ini enak ko." gugup Ashilya.

"Kalo lu ada acara bilang. Ngga perlu sungkan gitu buat nolak. Gw bisa belanja sendiri." kata Doyoung mengingatkan. Karena memang sejak Doyoung mengajak Ashilya untuk belanja tadi, Ashilya menjadi lebih pendiam.

"ENGGAk!! Eh- jangan?" kaget Ashilya atas reaksi jeritannya sendiri.

"Hehehe... Aku mau ko belanja bareng Doyi." lanjut Ashilya malu malu buat Doyoung menatapnya ragu.

"Ayo kita berangkat besok." yakin Ashilya.

TETANGGA MASA DOYOUNG?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang