"Makasih, Doy." kata bunda Ashilya menerima toples gula yang Doyoung sodorkan.
Doyoung lagi bantuin-- nemenin aja sih. Soalnya Doyoung cuman ngeliatin bunda Ashilya bikin kukis tanpa turun tangan langsung membantu. Ya sekedar menyodorkan gula saja yang letaknya cukup jauh tadi yang bisa dikatakan membantu.
"Ayah bilang kukis yang kemarin bunda bawain ngga sempet makan soalnya diabisiin temen temen ayah."
"Iya. Makanya bunda bikin banyakan biar nanti bisa dibagiin juga. Nanti kalo kamu kerepotan bawanya, ajak A---"
"Nggak!! Eh--- maksudnya. Aku sama sekali ga bakal kerepotan, bun. Kan aku bawa mobil."
Bunda Ashilya mengangguk mengerti.
"Kamu udah jarang banget kesini, Doy?" celetuk bunda Ashilya tiba-tiba.
"Aku banyak tugas, bun. Sibuk terus."
"Kalo ngga sibuk, sering sering ya kesini. Bunda kangen."
"Iya---"
"Ashilya juga kangen." potong bunda Ashilya memberitahu membuat Doyoung tersedak kukis yang ia makan.
"Uhuk... Uhuk.. Ehem uhuk---"
"Aduh... Hati hati sayang." elus bunda Ashilya pada pundak Doyoung dan memberinya minum.
"Doy gpp, bun."
"Sakit banget ya?"
"Hah?"
"Keseleknya sakit banget ya? Itu mukanya sampe merah."
"oh--- it-- iya."
"Mau dibikin minum apa biar engga sakit banget."
"Emb... Engga usah, bun. Ini aja cukup."
"Bener?"
"Iya. Udah bunda lanjutin aja buat kukisnya."
"Beneran?"
"Iya bunda."
"Doy?"
"Iya?"
"Bunda baru inget sesuatu."
"Sesuatu?"
"Soal kamu sama ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA MASA DOYOUNG?
FanfictionSi galak atau Si bobrok yang bakal jatuh lebih dulu? Tentang galaknya Doyoung menghadapi bobroknya Ashilya