Hukuman kini tak bisa di elakkan lagi. Karena semua kecerobohannya Meli kini di hukum membersihkan perpustakaan. perpustakaan yang luasnya hampir mirip seperti lapangan futsal. Tadia berkacak pinggang menatap galak kepada Meli.
"Seandainya tadi lo dengarin ucapan gue, mungkin lo sekarang nggak akan berakhir di tempat ini Mel" sebal Tania.
"Duh, Tani kalau gue tadi dengarin ucapan lo yang ada gue bakalan masuk rumah sakit karena kena penyakit kencing batu" elak Meli dengan muka polosnya, "Ini masih mending kali gue berakhir di perpustakaan, ya dari pada gue berakhirnya di rumah sakit kan ya"
"Benci banget deh gue dengar lo manggil gue Tani. Nama gue Tania bukan Tani. Lo pikir gue pak Tani yang suka ke sawah apa!" sewot Tania.
"iya iya, Tania... Udah deh jangan marah marah mulu, mending sekarang lo bantuin gue aja bersih bersih perpustakaan segede lapangan futsal ini" kata Meli begitu manis dengan mengedipkan matanya berkali-kali.
Tania berdengus sebal melihatnya, "Mata lo cacingan?" cibir Tania, "Kalau susah aja lo bawa bawa gue. Heran deh sama lo, mukanya aja yang kelihatan polos. Tapi kelakuan ish, bikin pusing"
"Taniaaa... " rengek Meli memohon dengan mengayun ayunkan tangan Tania.
"Duh iya iya, gue bantuin. Tapi nggak sekarang, nanti aja soalnya gue mau ke kantin dulu cari makan"
"Oke, gue sekalian di beliin juga ya" ucap Meli bersemangat. Bukan hanya Tania yang merasa lapar. Meli juga lapar, pagi tadi mereka berangkat terburu buru jadi tidak sempat sarapan.
Sepeninggalan Tania, Meli bergegas mulai membersihkan perpustakaan. Untungnya perpustakaan sedang sepi. Bahkan penjaga perpustakaan pun tidak ada. Bukannya takut sendirian berada di perpustakaan, Meli justru merasa senang karena bisa leluasa membersihkan perpustakaan. Sebagian besar Meli sudah membersihkan rak rak buku yang penuh dengan debu. Liburan hanya dua minggu namun tebalnya debu di perpustakaan sudah sangat menumpuk. Bahkan karena itu Meli jadi bersin berkali-kali.
"Astaga gede banget sih nih perpustakaan. Mana belum makan lagi, laper" gerutu Meli memegangi perutnya yang keroncongan. Meli berjalan lesu ke arah salah satu baku di dekatnya. Dia mendudukkan dirinya dengan lemah.
"Tania kok beli makanya lama banget sih" sudah lebih dari setengah jam sejak Tania berpamitan ingin membeli makanan di kantin. Namun sampai sekarang tidak ada tanda tanda Tania kembali. Memang nya sejauh apa kantin di universitas ini.
Saat enak enaknya merebahkan kepalanya di atas meja. Tiba tiba suara pintu terbuka membuat Meli segera membuka kedua matanya. Meli cukup senang karena akhirnya Tania kembali. Namun di saat yang datang ternyata bukan Tania, senyum Meli mendadak memudar kembali mendukung.
"Enak banget kelihatannya, udah beres belum pekerjaan nya?" tanya Mico dengan meletakkan tas nya di kursi samping Meli. Meli mengangkat wajahnya dengan malas.
"Belum" jawab Meli.
"Belum?" tanya Mico sok terkejut, wajah tampannya menoleh kearah seluruh penjuru perpustakaan.
"Kalau belum kenapa kamu malas malasan?" entah itu sebuah pertanyaan atau sebuah cibiran, yang jelas kalimat itu terdengar menyebalkan di telinga Meli.
"Bukannya malas, tapi capek" sanggah Meli cepat, "Mana laper" sambung Meli dengan suara pelan. Namun Mico masih bisa mendengar gumaman Meli.
"Kalau lapar ya makan, jangan menggerutu terus"
Meli semakin menatap sebal kepada Mico. Di hari pertama pertemuan mereka setelah berpisah setelah sekian lama. Kenapa sikap mico sangat menyebalkan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You And Me [Tahap Revisi]
Romance[TAHAP REVISI] Menceritakan tentang kehidupan Meli dan Mico. Dua anak yang sama sama tinggal di sebuah panti asuhan kecil. Mereka berdua seperti matahari dan sinarnya. Mereka bersama untuk saling melengkapi satu sama lain. Namun bagaimana jika merek...