Tiga puluh sembilan [END]

1.8K 76 6
                                    

Selamat Membaca!💋

Karina terbangun dari pingsannya. Mengerjab beberapa saat seakan tengah mengumpulkan kesadarannya. Ia menoleh kearah kiri dan mendapati Papanya disana. Haris menghampiri Karina dengan membawa segelas air minum ditangannya. Wajah Karina tampak pucat pasi dengan ekspresi sedih yang teramat. Haris menatap putrinya dengan senyum getir, ia menyodorkan segelas minum kepada Karina namun Karina menggeleng pelan. Haris kembali menyodorkan minumnya dan mau tak mau Karina harus bangun dari tidurnya dan menerima segelas air minum itu. Karina meminumnya dengan perlahan meskipun sebenarnya ia enggan. Setelah selesai Haris mengambil gelasnya dan meletakkan nya dinakas. Saat menoleh pada Karina, Karina tampaknya menitihkan air matanya.

"Kenapa nangis, Nak?" tanya Haris lembut seraya duduk disamping Karina dan mengusap Puncak kepala Karina.

Karina tampak menangis dengan menahan isaknya. Ia menelungkupkan kakinya dan menyembunyikan wajahnya dilututnya.

"Ada yang sakit?"

Karina menggelengkan kepalanya pelan.

"Sudahlah Nak. Jangan menangis, Putri Papa bukanlah seorang Wanita yang cengeng bukan? Kita seharusnya senang karena Adik kamu sudah ditemukan. Sudah sudah, jangan menangis" bujuk Haris agar Karina tidak perlu menangis. Sejujurnya dalam hati Haris, ia juga ingin menangis. Namun apa daya, putrinya Karina sudah dibanjiri air mata dan apakah ia harus menangis juga. Karena hal itu jelas semakin menambah rasa bersedih pada Karina.

"Papa... Maafin Karina, Pa" rilih Karina.

"Minta maaf kenapa?"

Karina mendongak dengan wajah basahnya. Haris beralih mengusap pipi Karina yang basah karena air mata. Sorot mata sedu yang Haris lemparkan membuat hati Karina sedikit tenang.

"Karina salah Pa... maaf" pinta Karina dengan wajah penyesalan. Sedangkan Haris tampak mengernyit tak mengerti.

"Memangnya apa kesalahan Karina hm?"

Karina mengusap pipinya yang basa dan mencoba duduk dengan sedikit tegap.

"Selama ini... Karina udah banyak salah sama Meli. Karina berperilaku jahat sama Meli, Pa... Karina nggak tahu kalau ternyata Meli adik Karina. Maafin Karina ya, Pa. Karina udah bersikap kasar sama Adik Karina sendiri" penjelas Karina dengan sesenggukan. Sebenarnya Haris tercengang dengan penjelasan Karina yang bersikap buruk terhadap Meli. Namun bagaimanapun juga Karina juga Putrinya, dan tak mungkin jika Haris harus memarahi Karina dalam situasi yang seperti ini.

"Gapapa... Kalaupun tahu Meli itu adalah Adik kecil Karina... Nggak mungkin karina akan bersikap seperti itu, iya kan?"

Karina mengangguk dengan kembali meneteskan air matanya.

Disisi lain, Meli dan Mico sudah berada didepan rumah Karina. Karena niatnya untuk bertemu dengan Haris sangatlah kuat.

"Ini rumahnya?" tanya Meli pada Mico dan Mico menganggukan kepalanya.

"Bagus ya rumahnya"

"Iya sih... Tapi tenang, calon rumah kita nantinya akan jauh lebih bagus" goda Mico yang membut Meli langsung terkekeh dengan spontan memukul pelan lengan Mico.

"Apaansih... " gerutu Meli sambil tersipu. Mico yang melihat jelas semburat merah dipipi Meli langsung saja terkekeh.

"Udah yuk masuk" ajak Mico sambil menggandeng tangan Meli. Dan Meli hanya tersenyum senyum atas perlakuan Mico.

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang