Dua puluh tujuh

1.5K 93 3
                                    

Selamat Membaca!💋

Gelap menjadi terang, malam telah usai dan berganti pagi. Pagi ini terlihat sangat cerah dari biasanya yang selalu terlihat mendung. Semua orang terlihat bahagia pada pagi yang cerah ini. Entah apa yang membuat semua orang itu tertawa lepas walaupun mereka sedang berada di rumah sakit.

Lain hal nya dengan Mico. Ia terlihat lesu dengan wajah yang terus menunduk. Kini Mico tengah berada di dalam ruang inap Meli, di sana hanya ada mereka berdua. Mico terus saja menggenggam erat tangan kanan Meli. Seakan ia tak ingin kehilangan Meli untuk yang kedua kalinya. Hampa dan sunyi menyelimuti keduanya. Dalam ruangan itu hanya terdengar suara alat kedokteran itu yang terus berbuyi dengan normal. Yah, normal.

Pandangan Mico tak lepas dari wajah Meli yang telihat pucat pasi. Tangan Mico digunakan untuk mengelus lembut tangan Meli. Sesekali Mico menghela nafas beratnya dengan gusar. Perkataan Dokter subuh tadi membuatnya bungkam seribu bahasa.

-Flasback on

Semuanya telah pulang, dan hanya Mico yang tetap tinggal untuk menjaga Meli. Dokter menghampiri Mico dan Mico langsung bangkit saat melihatnya.

"Bagaimana keadaanya Dok?" tanya Mico. Dokter terlihat diam dengan wajah yang serius.

"Masa kritisnya sudah lewat tapi... " ucap Dokter menggantung ucapannya. Dan itu semua semakin membuat Mico merasa lebih khawatir.

"Tapi apa Dok???" tanya Mico dengan raut khawatir yang tercetak jelas di wajahnya.

"Dia mengalami koma..."

Deg!

Detak jantung Mico terasa terhenti sesaat kala mendengarnya. Tenggorokannya terasa tercekat, bibirnya mengantup rapat rapat.

"Meli sudah melewati masa masa kritisnya. Semua sudah normal, namun entah bagaimana ia mengalami koma. Saya rasa ia sudah tidak ada lagi semangat untuk hidupnya. Dan itu yang membuatnya mengalami koma. Dan Saya sebagai Dokter juga tidak bisa apa apa jika Meli sendiri menolak semua bantuan dari tim medis"

Mico semakin terperangah dengan berdiri kaku. Dokter menepuk pelan pundak Mico sebelum pegi.

"Ingat akan kenangan Indah dalam hidupnya. Mungkin itu akan membantu..." ujar Dokter sebelum pergi.

-Flashback off

Lamunan Mico terbuyarkan kala ia mendengar suara pintu yang terbuka. Karina datang dengan senyum kecil yang ia pancarkan.

"Sudah makan?" tanyanya.

"Pasti belum ya.. " jawab Karina sendiri. Mico hanya diam tak menjawab.

"Gue bawain makanan nih, dimakan yah" ujarnya, yang sama sekali tak di gubris oleh Mico. Karina yang merasa di anggurin pun merasa sedikit kesal. Namun ia sadar, jika saat ini Mico tidak dalam mode baik baik saja.

"Mico ayo keluar sebentar. Kita makan di sana" kata Karina lagi, dengan memegang tangan Mico.

Mico melepaskan pelan tangan Karina dari tangannya. Ia kembali menggenggam tangan Meli.

"Lo makan aja sendiri, Gue nggak laper" kata Mico cuek.

Spontan Karina memanyunkan bibirnya. Mau tak maupun Karina memlih keluar ruangan. Dan waktu berada di luar, kebetulan ia berpapasan dengan Dokter yang menangani Meli.

"Dokter tunggu" ujar Karina menghentikan Dokter itu yang hendak masuk kedalam ruangan. Dokter itu oun menoleh dengan sorot bertanya.

"Saya teman Meli Dok. Saya mau bertanya bagaimana perkembangan kondisi Meli saat ini?"

Dokter mengernyit mendengarnya.

"Apa Pemuda itu tidak memeberi tahumu?" bukannya menjawab, Dokter itu justru berbalas tanya. Karina pun melirik kearah ruangan Meli lalu menggeleng pelan.

"Tidak Dok. Mico tidak memberi tahu apapun, mangkanya Saya tanyakan langsung kepada Dokter"

Dokter laki laki itu pun mengangguk angguk mengerti.

"Kondisi Meli cukup baik... Semuanya sudah normal, tapi entah bagaimana ia mengalami koma"

Karina yang mendengarnya sontak membulatkan matanya. Ia tak menyangka jika Meli akan mengalami koma.

"K-koma?" tanya Tania tak percaya. Dokter hanya mengangguk mengiyakan.

"Saya harus pergi untuk memeriksa kondisi Meli" pamit Dokter, dan Karina mengangguk. Karina menatap kepergian Dokter dengan wajah yang serius.

"Koma?? " gumam Karina yang masih tak percaya. Ia pun berjalan menuju kursi panjang yang tersedia dan duduk di sana.

Entah Gue harus bahagia atau bersedih mendengarnya... Kasihan Dia jika harus mengalami koma. Tapi di balik kesedihan ini juga ada keuntungannya buat Gue! Nggak tahu Dia bakal koma untuk berapa lama. Yang jelas itu adalah peluang buat Gue untuk dapatin Mico kembali! Nggak perduli jika setelah itu Meli akan mati ataupun hidup, yang jelas... Dia lebih baik mati dari pada hidup!.

Tekan Karina pada dirinya sendiri. Ia pun mengembangkan senyum liciknya. Memikirkan bagaimana kehidupannya akan terjadi seperti semula, dengan kehadiran Mico di sampingnya.

Tbc.

Jangan lupa dukung cerita ini dengan Vomments😍

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang