Lima

2.4K 121 1
                                    

Selamat Membaca💋

Keesokan harinya seperti biasa Meli akan pergi ke kampus besama dengan Tania. Meli kembali merapikan rambutnya ketika ia berada di depan cermin.

"Tan ayo..." ucap Meli sembari mencomot tasnya yang tergelak di meja belajar. Tania diam bergeming, bola matanya bergerak tak tentu seakan ada yang sedang ia pikirkan. Meli mengerutkan dahinya lalu bertanya.

"Lo nggak mau pergi kuliah?" tanya Meli. Tania menggaruk keningnya yang tak gatal.

"Eh, gini - - gue..." Tania terlihat ragu dengan ucapannya, "Gue di jemput sama Kak Fian" cicit Tania memelankan suaranya karena takut Meli akan kecewa kepadanya karena hari ini Tania menerima ajakan Fian untuk berangkat bersama dengan Fian.

"Jadi ceritanya hari ini gue berangkat ke kampus sendirian??" tanya Meli dengan raut wajah yang tak bisa di jelaskan. Tania meringis perlahan lalu menunjukkan cengiran di wajahnya.

Tania tertawa kecil, "Iya, gitu deh... lo nggak marah kan Mel?" tanya Tania hati hati. Meli menghembuskan nafas panjang lalu duduk di samping Tania.

"Udah biasa kali gue di tinggal sama lo" balas Meli setengah menyindir Tania.

"Ah, kok lo ngomongnya gitu sih... gue kan - -"

"iya iya gue tahu kok. Udah lo tenang aja, gue bisa berangkat sendiri dan lo bisa berangkat sama Kak Fian" ucapan Meli membuat Tania merasa lega.

"Syukur deh kalau gitu, makasih ya lo emang sahabat gue yang paling pengertian banget..." seru Tania memeluk Meli.

"Ah, iyalah gue yang paling pengertian. Kan sahabat lo cuma satu  gue doang" cibir Meli, "Yaudah deh, gue berangkat sekarang. Lo nanti berangkatnya jangan siang siang ya. Entar kita ketemu di kelas, oke"

"Oke!"

Meli beranjak berdiri lalu segera melanglah keluar rumah. Biarpun ada rasa sedikit kesal karena Tania memilih berangkat bersama Fian, namun Meli tidaklah marah. Meli cukup mengerti Tania, lagi pula ini bukan yang pertama kalinya Tania memilih berangkat bersama orang lain. Karena sejak mereka duduk di bangku SMA pun Tania sudah sering meninggalkan Meli karena ia pergi bersama dengan pacarnya. Meli sendiri cukup senang ketika melihat Tania akhir-akhir ini sering tertawa. Karena sejak putus hubungan dengan pacar sebelumnya, Tania lebih sering murung dan tak bersemangat. Meli berharap, jika Fian akan dapat membahagiakan Tania dan mau menerima semua kekurangan dan kelebihan Tania.

Meli meminta supir angkot untuk berhenti setelah ia sampai di depan kampusnya. Meli juga mengucapkan terimakasih kepada supir angkot setelah ia membayarnya. Meli tersenyum menatap keselilingnya. Ada banyak mahasiswa yang berlalu lalang di depan kampus.

"Semangat Meli!" gumam Meli menyemangati dirinya sendiri. Saat baru tiga kali melangkah tiba-tiba suara klakson mobil dari belakang membuatnya terperanjat hingga membuat Meli refleks minggir dari posisinya.

Tin! Tin!

Sebuah mobil hitam mengkilap melaju pelan. Meli menatap kesal kepada mobil mewah itu. Meli berpikir jika pemilik mobil itu pastinya sangat sombong. Mobil itu terhenti tepat di samping Meli. Kaca mobil itu bergerak turun hingga Meli dapat melihat siapa pemilik mobil itu. Kedua mata Meli sedikit melebar kala melihat siapa pemiliknya.

"Bisa mimggir gak? gue mau lewat nih" ucap Mico yang sedikit menundukkan wajahnya agar dapat melihat wajah Meli. Meli bersungut kesal, dia melihat posisinya yang sudah menepi, lalu kenapa ia harus lebih menepi lagi?.

"Nggak bisa lihat ya kak? gue udah nepi banget loh ini"

"Minggir sedikit lagi, gue mau belok. Kalau lo nggak minggir dan keserempet mobil gue, yang ada entar ribet urusannya"

Menarik napas dalam dalam berusaha tersenyum paksa, ia pun terpaksa memundurkan dirinya agar mobip mewah milik Mico bisa belok secara mulus sesuai permintaan Mico. Selepas mobil Mico melewatinya, Meli mengelus dadanya agar bisa lebih sabar. Baru satu menit yang lalu ia menyemangati dirinya, namun sekarang justru ada orang yang membuatnya kesal.

Dan ketika Meli mulai melangkah memasuki kampus tiba-tiba sebuah buku menghadangnya, yang membuat Meli mau tak mau menerima buku itu agar tidak sampai jatuh. Meli cukup terkejut dengan serangan mendadak itu.

"Kembalikan buku buku itu ke perpustakaan, oke?" ucap Karina dengan tersenyum begitu manis, namun sayangnya sikap dan wajahnya itu sangat bertolak belakang. Karina dan satu temannya itu berbalik dan hendak berjalan namun Meli segera memanggil nya.

"Maaf, Mbak!" ucap Meli menghentikan langkah mereka, Meli berjalan mendekati Karina lalu menyerahkan kembali buku-buku itu kepada Karina.

"Maaf sebelumnya, tapi gue rasa gue nggak pernah tuh pinjam buku-buku ini dari perpustakaan. Jadi, tolong kembalikan buku buku ini sendiri ya. Karena tugas gue di sini belajar, bukan jadi pelayan" kata Meli dengan tegas. Meli tersenyum ramah lalu segera pergi meninggalkan Karina yang termangu dengan wajah kesalnya. Meli cukup tahu spesies spesies kakak kelas yang suka merendahkan adik kelasnya. Meli tidak mau diam saja menerima tindasan seperti itu. Biarpun Karina tidak marah maupun memakainya namun tetap saja, apa yang di lakukan Karina tetaplah salah.

"Baru beberapa menit menginjakkan kaki di sini. Eh, udah ada aja masalahnya" dengus Meli pelan.

***


Selembar uang lima ribu Meli sodorkan kepada Ibu kantin seteleh beliau memberikan susu kotak rasa coklat kepadanya. Meli melangkah duduk di bangku taman kampus sembari menusukkan sedotan ke lubang susu kotak. Uang Meli tak cukup banyak untuk membeli makanan, maka dari itu ia membeli susu saja untuk mengganjal perutnya yang terasa sedikit lapar. Omong omong soal Tania, dia kini sedang bersama dengan Fian. Dan lagi lagi Meli di tinggalkan. Namun tidak apa apa, kesendirian memang sudah melekat pada jiwa Meli. Sejak kecil hingga sekarang semuanya tetap sama. Meli akan selalu sendirian dan sendirian. Terkadang Meli merasa takut dengan dunia yanh seakan tidak memperdulikan nya. Meli menggelengkan kepalanya pelan, berusaha mengusir pikiran buruk di otaknya. Meli di sini harus belajar dengan sangat giat untuk merubah nasibnya. Selain itu Meli juga tidak boleh menyianyiakan beasiswanya. Dia harus menunjukkan jika dia mampu dan akan menjadi orang yang sukses di kemudian hari.

"Apapun yang terjadi gue nggak boleh lemah. Bisa sampai di tahab yang sekarang aja itu udah luar biasa banget. Ada dan nggak adanya orang di samping gue, gue harus tetap kuat dan tegar" gumam Meli yang lagi lagi menyemangati dirinya sekaligus menasehati dirinya.

Tbc.

Terimakasih Sudah Membaca ♥

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang