Selamat Membaca!💋
Kini seperti biasa Meli tengah menjalani rutinitasnya di Kampus. Sudah dua hari semenjak kejadian dimana Dion menyatakan perasaanya kepada Meli. Dan juga sudah dua hari semenjak kejadian Meli, melihat Mico berpelukan dengan Karina.
Dan tentu semua kejadian itu masih tercetak jelas dalam benak Meli. Meli kini sudah tak seperti biasanya. Ia lebih sering melamun, dan juga menyendiri. Ia merasa tidak ada satupun orang yang bisa di buat sandaran untuknya, menyampaikan semua keluh resah yang ia alami.
"Amelia?!" panggil Dosen di sebelah bangku yang Meli duduki. Sontak saja Meli mendongak menatap kepada Dosen tersebut dengan sorot mata bertanya.
"Ngelamun?? Amelia Ini Kampus. Bukan taman, kalau kamu memang tidak minat mengikuti mata pelajaran Saya. Kamu bisa keluar dari kelas... " cerca Dosen Pria itu. Meli yang mendengarnya hanya bisa menunduk sambil meminta maaf karena kesalahannya.
"Maaf Pak, Saya tidak akan mengulanginya lagi... " ujar Meli tulus. Dosen Pria itu hanya bisa menggeleng kecil lalu keluar dari kelas karena waktunya sudah habis.
Sedangkan Meli menatap kepergian Dosen itu dengan sorot mata sedih. Ia tidak bisa fokus pada Kuliahnya karena masalah pribadinya, dan ini sangat tidak profesional.
"Meli, Lo gapapa?" tanya Tania yang berada di sebelah Meli. Meli menatap Tania dengan tersenyum simpul sambil menggeleng pelan.
"Gapapa.. " jawab Meli pelan.
Tania melihat Meli dengan sorot tidak percaya. Sebagai seorang Sahabat yang sudah mengenal Meli selama empat tahun, pastinya Tania mengetahui jika Meli jujur dan juga berbohong. Dan kini Meli sedang berbohong.
Satu persatu Siswa mulai pergi meninggalkan kelas, hingga kini hanya tersisa Meli dengan Tania yang sibuk dengan catatan mereka.
"Tania... " panggil Fian yang baru datang. Tania langsung menoleh dan tersenyum.
"Baru selesai kelas?" tanya Tania, dan Fian mengangguk. Fian pun duduk di depan Tania.
"Hai Mel" sapa Fian, dan Meli hanya tersenyum sebagai respon. Dari tempat duduknya Meli dapat melihat jika di luar kelasnya ada Mico yang tengah berdiri bersandar pada tembok. Namun Meli hanya diam mencermati, hingga tanpa di duga Mico menoleh kearahnya. Meli sedikit terjingkat karenanya, dan dengan cepat Meli kembali menatap buku bukunya.
"Kenapa Kak Mico di luar? Kenapa nggak masuk aja?" tanya Tania yang juga melihat Mico. Fian menoleh sebentar kearah Mico lalu mengedikkan bahunya.
"Nggak tahu, tadi udah Aku ajak tapi Dia nya nggak mau"
Dengan memberanikan diri, Meli kembali melihat kearah Mico, dan ia melihat Karina yang berjalan kearah Mico. Dan entah mengapa Meli merasa sesak saat melihatnya. Ia pun mulai mengemasi buku bukunya ke dalam tas-nya.
"Mel mau kemana?" tanya Tania heran.
"Eh, Gue mau ke... Ke taman" kata Meli dengan nada sedikit terbata. Tania yang mendengar itu hanya semakin menambahkan kerutan di dahinya.
"Mau Gue temenin?" tawar Tania dan Meli langsung menggeleng.
"Nggak usah, Lo disini aja temenin Kak Fian" ujar Meli sambil memakai tas nya dan mulai berjalan keluar kelas. Sampai di luar, mata Meli kembali beradu tatap dengan Mico. Mico maupun Karina sama sama melihat kearah Meli. Namun Meli tak menghiraukan semua itu. Meli dengan sigap langsung berjalan cepat, menjauh dari Mico dan juga Karina.
Wajah dan telinga Meli tiba tiba terasa memanas. Meli pun semakin mempercepat langkahnya menuju ke toilet. Dan untungnya, kini toilet sedang sepi. Dan Meli langsung masuk kesalah satu bilik toilet dan menguncinya. Toilet merupakan tempat paling pas untuk meredahkan emosinya saat ini.
Sakit. Hanya itu yang bisa menggambarkan perasaan Meli saat ini. Ia sakit melihat Mico dan Karina bersama. Ia juga marah, melihat mereka dekat. Ia sedih, karena ia sudah tak bisa lagi bersama Mico.
Awalnya Aku sangat bahagia saat tahu Kamu masih ingat Aku... Rilih Meli dalam hati.
Meli mengusap air matanya dengan gusar. Mencoba terus menenangkan hati dan juga pikirannya.
Namun di menit yang sama Kamu udah menghancurkan kebahagiaan itu... Kamu membuat Aku senang sekaligus sedih dalam satu waktu yang sama. Dan selama ini Aku masih menunggu Iko, Aku nunggu Kamu. Tapi, tapi kenapa Aku hanya bisa merasa sedih dan juga sedih. Aku marah tapi Aku nggak bisa benci Kamu. Dan itu sangat menyakitkan...
Cukup lama Meli hanya diam dalam kesedihannya. Entahlah... Tak bisa di jelas gimana sakitnya perasaan Meli kali ini. Meli yang sudah tidak menangis pun bangkit dari duduknya, dan membuka pintunya. Dan betapa terkejutnya Meli, saat ia melihat Karina tengah berdiri tepat di depannya.
"Nggapai Lo di sini?" tanya Meli refleks dengan nada judes.
"Gue mau ngomong sama Lo!" ujar Karina datar dan juga jelas.
"Gue mau pergi" elak Meli.
"Nggak bisa! Karena Kita perlu biacara... s.e.k.a.r.a.n.g" tekan Karina.
Tbc.
Uuh... Akhinya Aku bisa sempatin waktu buat nulis di part ini. Buat kalian kalian yang nungguin part selanjutnya, aku hanya bisa kasih saran harap sabar ya Guys😂. Kalau kalian bosen nunggu, kalian bisa mampir ke cerita Aku yang lainnya👌
Jangan lupa follow akun WP nya dan tinggalkan vomments kalian😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
You And Me [Tahap Revisi]
Romance[TAHAP REVISI] Menceritakan tentang kehidupan Meli dan Mico. Dua anak yang sama sama tinggal di sebuah panti asuhan kecil. Mereka berdua seperti matahari dan sinarnya. Mereka bersama untuk saling melengkapi satu sama lain. Namun bagaimana jika merek...