Tiga

2.8K 133 0
                                    

Seminggu berlalu, Meli dan Tania kini sudah mulai melakukan aktivitas seperti mahasiswa lainnya. Bisa di diterima di universitas Manoban membuat Meli sangat bersyukur. Dia bisa melanjutkan pendidikannya tanpa harus membayar apapaun.

Tania menghampiri Meli yang sedang duduk di bangku kantin. Mereka ada jam mata kuliah satu jam lalu, namun mereka datang ke kampus lebih awal.

"Makasih" ucap Meli menerima sebotol air mineral yang di yang di berikan oleh Tania. Meli membuka botol minuman lalu meminumnya pelan.

"Mel gue kok jadi takut gini ya" kata Tania membuat Meli berhenti minum.

"Takut kenapa?" tanya Meli yang tidak mengerti.

"Itu, Dosen yang bakal masuk ke kelas kita nanti. Gue dengar dengar dia galak" Tania meringis.

"Dengar dari mana sih" Meli  tertawa kecil melihat wajah Tangan yang cemas.

"Dari kakak kelas kita Mel. Bukan galak galak gimana juga sih, cuma katanya dia itu lebih tegas aja gitu dari pada Dosen Dosen lainnya"

"Loh, bagus dong kalau gitu. Dosen memang harus tegas kan biar di segani oleh anak didiknya"

"Ish, lo nggak ngerti" sebal Tania. Jalan pikiran Meli dan Tania sering kali bertolak belakang, dan itu membuat Tania sebal.

"Nggak ngerti gimana sih Tania? udah mendingan sekarang lo belajar aja nih. Nggak usah mikirin Dosen nya galak atau enggak, yang terpenting lo belajar aja" Meli mulai menyodorkan bukunya kepada Tania agar ia mau belajar. Tania ini anaknya pintar, cuma ya gitu dia sangat malas membaca. Bahkan terkadang Meli begitu memaksa Tania untuk belajar bersama dengannya.

"Ih!" Tania menyingkirkan buku yang du sodorkan Meli.

"Lo kapan mau belajarnya sih Tani. Gue bilangin tante baru tahu rasa lo ya" selalu saja seperti itu. Jika Tania malas belajar Meli pasti akan mengancamnya dengan menyebut nama Ibunya.

"Dih, ngadu an banget sih!" Tania mengambil bukunya kemabali, "Iya iya nih, belajar gue" sebal Tania terpaksa belajar. Dari pada Meli mengadukan dirinya ke Ibunya, lebih baik Tania menurut saja. Soalnya jika Ibunya tahu dia tidak belajar yang ada semua imbasnya akan terkena pada uang jajannya.

Meli tersenyum tipis melihat Tania yang mulai membaca buku. Sejak SMA hingga Kuliah, Tania tidak berubah sama sekali. Namun meski begitu Meli tetap menyayangi Tania. Bagi Meli, Tania sudah di anggap seperti saudaranya sendiri. Sejak mengenal Tania dan keluarga nya Meli merasa memiliki sebuah keluarga baru. Meli tinggal serumah dengan Tania sejak awal mereka dekat. Orang tua Tania memaksa Meli untuk tinggal di rumah mereka sebab orang tua Tania yang berada di rumah. Mereka sibuk bekerja, pulang pergi kota bahkan luar negeri.

Karena kesibukan mereka Tania sendirian di rumah dan hanya di temani seorang asisten rumah tangga. Namun di saat Tania dekat dengan Meli dan orang tua Tania tahu banyak tentang cerita Meli. Akhirnya mereka memutuskan untuk Meli tinggal bersama mereka dan menjadi anggota keluarga mereka. Namun meski begitu Meli tetap tahu diri. Dia tidak mau membebani orang tua Tania. Meli bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang, dan uang itu di berikan kepada orang tua Tania untuk membayar semua fasilitas yang diberikan oleh orang tua Tania. Jelas kedua orang tua Tania menolak uang pemberian Meli. Mereka mengatakan, cukup dengan Meli tinggal di rumah mereka dan menemani Tania, itu sudah menjadi bayaran bagi mereka. Kebaikan mereka hanya bisa dibalas dengan doa oleh Meli.

***


Meli memainkan handphone nya sambil berjalan menelusuri lorong kampus yang agak sepi. Meli mendapatkan pesan dari Tari, dia adalah pemilik coffee shop tempatnya bekerja. Tari meminta Meli untuk datang lebih awal ke coffee shop hari ini. Setelah mengirim balasan kepada Tari, Meli mematikan handphone nya lalu ia masukkan kepada tasnya. Meli mengambil dompet nya lalu ia buka.

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang