Selamat Membaca!💋
Didalam kamar. Meli duduk diatas ranjang dengan kaki selonjoran tertutup selimut, dengan punggung bersandar pada kepala ranjang. Pandangannya lurus kearah depan dengan sorot sedu. Ucapan Dion masih teriang riang di telinganya. Meli pikir Dion Cowok yang lembut, tapi nyatanya tidak. Dari ucapannya saja bisa terlihat, seperti apa Dion itu. Mungkin iya, Dia bersikap lembut dan manis hanya untuk mengambil hati Meli.
Meli sedih? Itu jelas! Mana ada Cewek yang mau dengar jika Cowoknya di jelek jelekan? Pastinya nggak ada bukan, apalagi jika seorang Cewek itu sangatlah percaya dengan sih Cowok. Perkataan Dion satu jam yang lalu sangat menyakitkan bagi Meli. Meli menyangkal semua hal buruk yang Dion ucapkan tentang Mico, Meli sangat mempercayai Mico dan itu melebihi ia percaya dengan siapapun termasuk dirinya sendiri.
Aku nggak akan terpengaruh dengan hasutan Dion!. Pikir Meli berbatin.
Tiba tiba saja Meli teringat akan sosok Bundanya. Memikirkan sedang apa Bundanya diatas sana. Yang Meli harapkan kini ialah Bundanya sudah tenang di Surga. Sepintas ia mengingat memory dimana Ayah, Bunda, dan Kakaknya bermain bersama di halaman rumah. Meli sangat ingin kembali dimasa masa itu, masa dimana keluarganya hidup dengan kenyamanan dan terlingkup kehangatan keluarga. Hidup dengan kasih sayang yang melimpah, Cinta dan kasih yang lalu diberikan kepada Meli dan kakaknya.
"Meli... "
Mendengar suara Nina yang masuk kamar, Meli buru Buru menghapus air matanya. Meli mendongak dan tersenyum, Nina duduk di depan Meli dengan dahi mengernyit.
"Kamu habis nangis??" tanya Nina dengan menatap lekat lekat pada Meli.
Meli menggeleng pelan.
"Enggak kok Tante, ini tadi cuma kelilipan aja" bohong Meli dengan tersenyum kecil.
"Hm... Kamu bohong ya? Tante tahu kok kamu nangis. Ada apa Meli? Cerita sama Tante" ujar Nina dengan lembut, selembut sorot matanya kepada Meli.
Meli tersenyum tipis dan menundukkan wajahnya.
"Meli kangen Bunda, Tan... "
Nina menggenggam tangan Meli dan Meli pun membalas genggaman tangan itu.
"Meli sangat rindu sama Bunda... Entah apa yanh sedang Bunda lakukan di atas sana Tante. Meli kangen"
Tangan Nina teralih memegang dagu Meli dan mendongakkannya pelan.
"Tante sudah seperti Bunda kan bagi Meli? Jangan sedih karena rindu dengan Bunda... Tante siap jadi Bunda kamu nak, Tante sayang sama Meli"
Meli tersenyum dan segera memeluk Nina.
"Makasih yah Tante... Meli beruntung bisa bertemu dengan orang sebaik Tante" kata Meli dengan menitihkan kembali air matanya. Nina membelai lembut rambut panjang Meli.
"Tante tak kalah beruntung bisa menganggap Meli seperti anak kandung Tante sendiri"
Kasih Ibu memanglah sepanjang masa. Begitu pula dengan kasih seorang anak, yang tak kalah besarnya seperti kasih sayang seorang Ibu. Meli merasa sakit dengan kehilangan Bundanya secepat itu. Dimana seorang anak yang masih butuh kasih sayang dari Ibunya, namun Meli tak bisa mendapatkan kasih sayang itu lebih jauh karena takdir yang terlalu cepat menjemput Bundanya. Namun sebagai seorang manusia kita bisa apa?. Kita hanya bisa mengikuti takdir yang diberikan oleh yang maha kuasa.
Meli hanya bisa ikhlas menerima kepergian sang Bunda, berharap penuh jika Bundanya sudah tenang dan bahagia dialamnya.
♘ ♘ ♘
"Kamu sudah ngomong sama Dion?"
Meli mengangguk.
"Terus apa responnya?"
Meli diam, teringat seperti apa tajamnya mulut Dion.
"Dion... Em, Dia mau mengerti kok" bohong Meli. Dan tentu Mico tak percaya dengan ucapan Meli. Mico tahu benar Cowok seperti apa Dion itu, begitu pula sebaliknya jika Mico tahu benar kalau Meli tak pintar berbohong.
"Aku tahu kamu bohong"
"Aku jujur kok"
"Jawab jujur, Meli"
"A-aku jujur"
"Kalau kamu jujur, nggak mungkin kamu akan ragu untuk mengucapkannya" kata Mico dengan muka datar.
"Dia ngomong apa??"
Meli diam. Itu tentu, jelas Meli tak akan merasa baik jika akan berkata jujur pada Mico.
Perlahan Mico meraih kedua tangan Meli dan menggenggamnya. Ia berkata.
"Kamu percaya sama Aku kan, Mel?? Aku nggak akan marah, jadi bicara aja yang jujur... " pinta Mico.
"Aku janji" sambung Mico menatap Meli lekat lekat.
"Mico kamu... Apakah benar jika Kak Karina itu, suka sama kamu?" tanya Meli ragu ragu. Dan Meli tak melihat ada raut terkejut dimata Mico. Meli pikir Mico akan menunjukkan respon terkejut, namun ini tidak. Dan selang dua detik tanpa diduga Mico menganggukkan kepalanya. Mata Meli membola tak percaya dengan respon Mico.
"J-jandi b-bener, Kak Karina suka kamu?"
Sekali lagi Mico mengangguk. Bola mata Meli teralih kekanan kekiri karena tak percaya.
"Jadi benar dong kalau kamu PHP in kak karina???"
"Nggak kok, Aku nggak pernah sekalipun PHP in, Dia"
Genggaman tangan Mico semakin erat pada tangan Meli.
"Dengarin penjelasan aku ya, Lea... " pinta Mico tulus.
Yah tulus, karena sejauh ini Meli tak pernah melihat sorot kebohongan dalam bola mata Mico.
"Karina memang suka sama aku, sejak kita duduk dibangku SMA. Banyak Cowok yang menginginkan Karina, tapi Karina menolak semua Cowok itu karena Dia suka sama Aku... Aku udah pernah jelasin kalau Aku nggak akan pernah dan nggak akan pernah bisa jadi seorang Cowok dalam hidup Karina. Aku hanya bisa menjadi seorang teman yang siap membantu Karina kapan saja. Dan Karina mengerti hal itu. Aku juga sudah jelasin kalau hati Aku hanya untuk Kamu, tidak untuk yang lainnya. Karina tahu semuanya, Dia juga akan melepas Aku kalau Aku sudah bertemu dengan Kamu. Dan perkataanya itu terbukti sekarang, dulu Karina selalu gangguin kamu kan. Tapi sewaktu Dia tahu jika Kamu itu Meli, gadis yang selama ini Aku cari... Dia udah nggak pernah lagi gangguin kamu" ujar Mico panjang lebar.
Iya, Karina memang sudah nggak pernah lagi ganggu Aku. Batin Meli.
Tangan Mico mengelus lembut pipi Meli.
"Kamu percaya sama Aku kan, Lea?"
Meli tersenyum dan mengangguk pelan.
"Aku selalu percaya sama kamu Iko, melebihi diriku sendiri"
Tbc.
Lagi males nulis nihhh.... Kasih semangat dong dibawah sana, biar gak males up😁 kasih pendapat juga ya tentang alur ceritanya♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
You And Me [Tahap Revisi]
Romance[TAHAP REVISI] Menceritakan tentang kehidupan Meli dan Mico. Dua anak yang sama sama tinggal di sebuah panti asuhan kecil. Mereka berdua seperti matahari dan sinarnya. Mereka bersama untuk saling melengkapi satu sama lain. Namun bagaimana jika merek...