Satu

3.9K 163 1
                                    

Pagi ini Meli terlihat sangat berbeda dari biasanya . Ia mengenakan pakaian putih lengan panjang yang bernada dengan rok hitam selutut. Perasaannya campur aduk, entah karena ini adalah hari pertamanya memasuki kuliah atau karena ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalunya.

Meli bergeming di depan gedung universitas. Debaran di dadanya semakin menjadi, panas dingin mulai terasa di sekujur tubuhnya. Ini tidak mudah bagi Meli. Setelah kepergian Mico beberapa tahun lalu, itu membuat guncangan tersendiri pada mental Meli. Dan hari ini, kemungkinan besar dia akan bertemu kembali dengan Mico untuk pertama kalinya setelah mereka berpisah beberapa tahun lalu.

"Mel ayo!" seru Tania menarik pergelangan tangan Meli. Tania dan Meli melangkah ke lapangan universitas. Dimana semua mahasiswa baru berkumpul di tempat ini. Suasananya sangat ramai hingga Meli berpikir mungkinkah dia akan bertemu dengan Mico di tempat seramai ini? Kemungkinan itu selalu ada. Namun Meli berharap jika dia tidak bertemu dengan Mico

"Mohon perhatiannya untuk para Mahasiswa baru, untuk mengatur dirinya sesuai dengan barisan!" intruksi seorang laki laki yang memakai jas panitia. Laki laki itu berdiri tegap dengan mata tajam yang menyapukan pandangannya keseluruh Mahasiswa baru. Parasnya yang tampan membuat para wanita membiarkan matanya.

Dengan serempak para mahasiswa mengikuti intruksi dari panitia tersebut. Meli dan Tania yang berbaris paling belakang juga mengikuti intruksi tersebut.

Tiba tiba Meli merasa tidak nyaman di area bawah perutnya. Dia meremas tangannya untuk meredakan rasa yang ia rasakan.

"Tania, Gue pengen pipis nih... " ringis Meli bergerak pelan seperti cacing kepanasan karena menahan rasa ingin kencing.

"Tahan dulu, Mel... Ini baru pembukaan lho" bisik Tania.

"Ih! mana bisa di tahan sih, Tania" dengus Meli.

"Ya terus mau gimana dong? masa iya, Lo mau pergi gitu aja kan nggak bisa, Mel"

"Bodo ah" tidak perduli dengan ucapan Tania. Meli langsung pergi dari sana. Rasa yang ada di perutnya sudah tidak tertahankan. Karena terburu buru Meli tidak sengaja menabrak seseorang.

Brug!

"Aduh!"

"Ah, maaf, Kak, Gue nggak sengaja" ucap Meli segera meminta maaf. Meli membantu seorang laki laki yang ia tabrak. Namun dia memicingkan matanya ketika melihat wajah laki laki itu.

Oh tidak, Dia kan...

"Sekali lagi maaf ya" ujar Meli langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Senior laki laki yang ia tabrak. Meli tidak perduli dengan kondisinya yang sedikit kotor karena ulah kecerobohannya. Yang penting ia berhasil lolos darinya.

Brak!. Meli menutup kencang pintu toiletnya. Dia memegang dadanya yang berdebar kencang.

"Untung aja Gue gerak cepet" desis lega Meli yang berada di dalam toilet. Meli segera menyelesaikan pekerjaan di toilet. Setelah menyelesaikan pekerjaannya Meli tak kunjung keluar dari bilik toilet. Sudah sepuluh menit lebih Meli di dalam toilet, dan ia masih enggan untuk keluar dari sana.

"Oke oke! Gue harus keluar dari sini" gumam Meli pada dirinya sendiri.

"Tarik napas, buang napas. Tarik napas, buang napas" ujar Meli dengan melakukan hal yang serupa dengan apa yang ia ucapkan.

Debaran di dadanya sudah berangsur membaik. Kini dia berjalan mengendap endap seperti pencuri sebab dia takut bertemu dengan laki laki yang ia tabrak tadi. Meli mengintip di balik tembok, apel pagi masih belum selesai dan dia bisa melihat Tania yang tengah celingukan.

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang