Delapan

2.2K 111 3
                                    

Selamat Membac💋

"Mico!"

Meli tersentak kaget kala mendengar teriakan yang menyerukan nama Mico. Karina tengah berdiri dengan wajah merah padam.

"Karina?" kata Mico heran karena kehadiran Karina yang tidak lazim. Untung saja Cafe nya lagi sepi, jadinya ya mereka tidak harus menanggung malu akibat sikap Karina yang tidak sopan itu.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Mico dengan beranjak berdiri kala Karina sudah ada di sampingnya.

"Seharusnya Aku yang nanya! Kamu ngapain di sini?!" nada bicara Karina seakan menahan marah.

"Aku nongkrong sama Fian"

Karina sekilas melirik kearah Fian yang juga sedang menatapnya. Pandangan Karina teralih pada Tania yang menunduk, dan berlalu pada Meli. Meli hanya menatap Karina santai. Padahal dalam hati sudah berdebar debar.

"Sama mereka juga?" tanya selidik Karina dengan melirik Meli dan Tania. Mico mengehela nafas panjang.

"Fian yang ajak"

"Iya! Gue yang ajak" celoteh cepat Fian yang membuat Karina membungkam.

"Tapi kenapa Kamu nggak bales chat dari Aku???"

Deg!

Untuk kesekian kalinya Meli merasakan ini. Merasa hancur!.

"Seegaknya Kamu bisa kirim pesan kalo Kamu lagi nongkrong sama mereka... Kamu buat Aku khawatir Mico" ucap Karina lagi. Dan lagi laginya ampuh mematahkan hati Meli.

Pantas saja dari tadi main Hp mulu. Batin Meli.

"Mico! Kamu denger nggak sih?!"

Meli mendongak, memberanikan diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Karena Karina terus saja mengoceh, sedangkan Mico? Bahkan ia tak menanggapi satupun ucapan Karina. Dan betapa kagetnya Meli saat ternyata, fokus Mico tertuju padanya.

"Mico!" panggil Karina dengan merengek.

Dasar cabe!. Dengus sebal Meli. Untuk apa cobak Dia merengek seperti itu? Sangat tidak pantas, seperti tidak punya harga diri saja.

"Aku lagi ngomong sama Kamu! Kenapa malah lihatin Meli?!"

Mico pun menoleh pada Karina, ia memegang pergelangan tangan kiri Karina dan mulai melangkah pergi.

Gue harap Lo mau menoleh sebentar untuk lihat Gue Iko.

Namun sayang, permintaan Meli tak terpenuhi. Mico tetap saja berjalan dengan tangannya yang menggandeng tangan Karina. Sama seperti dulu waktu kecil, dimana tangan Mico yang selalu menggandeng... Menggenggam erat tangan Meli.

"Maaf yah, Karina emang gitu orangnya" kata maaf dari Fian dengan wajah sedih.

"Gapapa kok Kak, Sans ae..." senyum Tania mengembang, begitu pula dengan Fian.

Meli hanya menatap mereka sebentar, lalu kembali melihat pada es krimnya. Rasa manis dan lembut pada es krim coklat itu, dapat sedikit meluluhkan mood Meli yang seharian ini terasa kacau.

Malam pun tiba, Meli dan Tania sudah pulang ke rumah. Tania berkutat pada buku buku tebal di depannya, namun juga di sambi dengan Vidio call bersama Fian. Meli yang tak ingin menganggu pun pergi dari kamar. Ia menuju dapur dan membuat teh untuknya sendiri. Setelah selesai, Meli melangkah menuju teras rumah dan duduk di sana. Teras rumah Tania terdapat taman kecil, dan Meli merasa nyaman berada di sana.

Kaki Meli di selonjorkan, dengan tangan yang ia taruh di balakang tubuhnya untuk menompang berat badanya. Pandangnya teralih pada gemerlap malam, sunyi sekali malam ini.

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang