Duapuluh

1.9K 99 0
                                    

Selamat Membaca💋

"Lo itu sebenarnya siapa sih?!" bentak Karina pada Meli. Kini Karina hanya sendiri tidak bersama antek anteknya itu.

"Lo itu Junior di sini! Jadi jangan sok sok an mau jadi Pacar Mico!"

Meli hanya memejamkan matanya. Seakan ia mencoba meredakan emosinya sendiri.

"Kakak ini siapanya Kak Mico sih sebenarnya hm?" Meli yang sudah mulai jengah pun mulai angkat suara. Karina melotot tajam kearah Meli.

"Berani banget Lo nanya nanya ke Gue?! Lo itu Junior! Ingat itu! Dasar nggak sopan" bukannya menjawab, Karina justru malah semakin marah.

"Otak Gue masih jernih, Gue nggak pikun kalau Gue ini Junior. Tapi, apa wajar jika seorang SENIOR membentak bentak Juniornya seperti itu? Gue rasa itu lebih gak sopan" kata Meli tajam dengan menekankan kata 'senior'.

Terlihat sekali jika wajah Karina semerah tomat. Sepertinya daranya naik, matanya pun tak henti hentinya mempelototi Meli. Dan seperti tak mau kalah, Meli pun melakukan hal yang sama. Rahang Karina menggeretak lalu ia pergi meninggalkan Meli. Mungkin ia tak bisa membalas ucapan Meli, maka dari itu Dia pergi.

"Pacarnya juga bukan, dasar posesif!" gerutu Meli dengan bibir cemberut.

Meli pun kembali melangkah dari ruang loker. Karena Karina tadi menghadangnya saat Meli berjalan melewati ruang loker. Saat di pertigaan koridor, Meli melihat Mico dengan Karina di sampingnya. Karina sepertinya masih marah, karena raut wajahnya masih sama seperti tadi. Tak di sangka Mico menoleh pada Meli. Dan sontak saja Meli langsung berbelok ke kanan dengan langkah lebar lebar.

Dasar Nenek Sihir! Kerjaannya marah marah terus! Tukang ngadu lagi!. Kesal Meli dalam hati.

Dan saat enak enaknya berjalan tiba tiba ada yang menarik tangan Meli dari arah belakang. Grep.

Meli terkejut karena tarikan itu. Dan lebih terkejutnya saat orang itu membungkam mulut Meli dan membawa Meli ke dalam Lab Biologi. Meli tertegun melihatnya. Mata keduanya saling beradu hingga Meli merasa seperti di hipnotis tidak bisa gerak. Dan saat tersadar jika orang itu ternyata Mico. Meli sontak memberontak, namun tetap saja. Tenaga Cowok sama Cewek itu beda, jelas Meli akan kembali diam dalam dekapan Mico.

"Diam. Kalau enggak Aku nggak akan lepasin" Mico berucap tegas namun terdengar sangat lembut. Meli pun hanya bisa mengerjabkan matanya. Ini adalah kali pertama dimana Meli bisa begitu dekat Mico. Bahkan Mico memeluk Meli dengan sangat erat walaupun hanya dengan satu tangan. Karena tangan yang lainnya di gunakan untuk membungkam mulut Meli.

Nafas keduanya saling beradu, akibat degupan kencang dari jantung keduanya.

"Karina bukan Pacar Aku... " ucap Mico dalam keheningan.

"Aku nggak mau Kamu salah faham karena tingkah Karina. Dia hanyalah Sahabat Aku setelah Kamu. Jadi Aku mohon, apapun yang di katakan Karina... Anggap aja sebagai angin yang numpang lewat... " ujar Mico lagi.

Dalam hati Meli ingin sekali tertawa.

Angin numpang lewat?. Batin Meli.

"Aku nggak mungkin anggap Karina lebih dari sekedar Sahabat. Aku sayang sama Kamu... " ucap Mico di sela sela rasa gugupnya.

Mata Meli melebar. Tidak menyangka dengan pernyataan Mico kepadanya. Apalagi dengan cara yang gak etis banget. Ungkapin perasaan tapi belaga seperti penculik.

"Atau mungkin... Aku Cinta sama Kamu" sambung Mico. Meli sempat terdiam kaku dalam kurun waktu tiga detik. Bahkan Meli sampai lupa untuk berkedip. Mico yang melihat itu pun tersenyum kecil sembari meniup pelan wajah Meli. Meli memejamkan matanya, menikmati tiupan yang menerpa wajahnya. Dan saat ia membuka matanya. Dengan jelas Meli dapat melihat wajah Mico yang tengah tersenyum manis menatapnya.

"Kenapa?" tanya Mico lembut. Meli melihat tangan Mico yang membungkam mulutnya. Mico pun melepaskan tangannya dari mulut Meli dan beralih mengusap lembut pipi Meli.

Bagaikan di sambar petir. Meli berdiri kaku dalam dekapan hangat Mico. Hingga ia merasa wajah dan telinganya memanas seketika.

"Pipi Kamu merah... " ujar Mico polos. Meli terpekik mendengarnya, dengan sigap Meli menutupi pipi nya lalu bergegas pergi keluar dari ruangan itu. Ia berlari dengan sangat kencang. Ia langsung menaiki angkot yang kebetulan berada tepat di sebelah gerbang Kampus.

Dada Meli naik turun karena deruan nafasnya memburu.

"Anjir tuh anak... Bikin Gue jantungan aja" dengus Meli dengan menelan air ludah nya dengan kasar.

Tbc.

Vomments☺️

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang