Empat

2.6K 127 2
                                    


Meli memangku wajah cemberutnya pada kedua tangannya. Sejak tadi dia menunggu Tania yang sedang mandi. Sekitar dua puluh menit berlalu tapi Tania tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Yang ada suara nyanyian Tania semakin melengking saja dalam Indra pendengaran Meli. Beberapa kali Meli menggosok telinganya dengan kesal.

"Tani, buruan dong mandinya!" teriak Meli untuk kedua kalinya. Karena lima menit yang lalu Meli sudah berteriak dengan kalimat yang sama. Namun hasilnya nihil, Tania tetap asik dalam ritual mandinya.

Ting. Ting. Ting.

"Enggak orangnya, enggak handphone nya sama aja. Sama sama berisik!" dumel Meli menatap handphone Tania yang tergeletak di sampingnya.

Tania keluar dari kamar mandi dengan menggosok rambutnya yang basah.

"Lo mandi lama banget sih. Setengah jam tahu nggak, hati hati aja tuh kulitnya lo jadi keriput kayak nenek karena kelamaan mandi" omel Meli.

Tania tertawa renyah, "Mana ada sejarahnya mandi lama bikin kulit keriput bego"

Meli berdengus sebal, "Ya adalah, cuma lo nya aja yang nggak tahu!"

"Udah buruan sana mandi, ngomel terus" ucap Tania cepat.

"Iya iya" Meli meraih handuk yang ada di sampingnya, "Oh iya, handphone lo dari tadi bunyi tuh"

"Huh" Tania segera meraih handphone nya. Dan mengecek siapa yang terus mengirimkan pesan kepadanya. Senyum di bibir Tania terbit dengan merekah. Meli yang sedang mengikat rambutnya sebelum masuk ke kamar mandi jadi mengernyitkan dahinya.

"Siapa yang chat lo sepagi ini?" tanya Meli yang penasaran siapa orang dibalik terbitnya senyum Tania.

"Kepo lo! udah sana masuk mandi" Tania mendorong Meli agar segera masuk ke kamar mandi. Meli memanyunkan bibirnya, dia pun memasuki kamar mandi.

Seusai mandi dan sudah berganti pakaian, Meli segera keluar dari kamar mandi. Hal pertama yang ia lihat adala Tania. Dia sedang duduk di sofa dekat jendela. Tania tersenyum senyum menatap handphone nya. Meli mendekati Tania dengan curiga.

"Lo lagi dekat sama siapa?" tanya Meli penuh selidik.

"Kepo lo" ketus Tania tidak menggubris pertanyaan Meli.

"lo balikan sama Hendra ya?" tanya Meli yang masih kepo.

Tania menghentikan aktivitas nya lalu menatap Meli dengan sinis, "Ih, apaan sih. Nggak ada ya sejarahnya gue balikan sama mantan" sinisnya.

"Terus lo lagi chattingan sama siapa dong"

Tania tersenyum miring, "Lo kenapa kepo banget sih" Tania tertawa melihat wajah Meli yang begitu penasaran.

"Sini sini" Tania melambaikan tangannya agar Meli duduk di sampingnya, "Lihat nih, dia senior kita. Ganteng kan?" Tania menunjukkan sebuah foto laki laki yang sedang duduk di atas motornya.

"Eh, itu bukannya senior yang waktu itu di lapangan kan?" tanya Meli yang mengingatnya, "Kalau nggak salah namanya Fian" sambung Meli.

Tania mengangguk, "Iya bener, eh, btw lo tahu namanya dari mana? tumben tumbenan lo tahu nama cowok ganteng" heran Tania.

"Waktu itu dia ngajakin gue kenalan" jawab Meli ringan tanpa beban.

Tania membengo mendengarnya, "Apa?? Jadi dia ngajakin lo kenalan? Gue pikir dia cuma ngajak kenalan gue aja, ternyata lo juga. Wah... Buaya nih pasti" Tania mulai kesal.

"Bukan ngajak kenalan begitu Tani. Kemarin tuh dia nggak sengaja nabrak gue di lorong dekat kantin. Terus gue jatuh dan dia nolongin gue. Terus dia minta maaf dan saat itu juga dia memperkenalkan dirinya"

"Oh gitu, gue pikir dia ngajak kenalan karena hal yang - -"

"Mangkanya jangan su'udzon dulu" sela Meli cepat, "Jadi lo sekarang lagi dekat sama dia?" tanya Meli dan Tania mengangguk dengan semangat.

"Semoga langgeng deh, jangan sampai seperti mantan mantan lo"

****


Malamnya Meli duduk sendiri di teras rumah. Ia memainkan handphone nya dan membuka aplikasi instagram. Dan seperti biasa Meli akan mengkepoi instagram milik Mico. Sejak Meli mempunyai handphone, hal pertama yang ia cari adalah media sosial milik Mico. Maka dari itu ia tahu perkembangan diri Mico dari kecil hingga besar. Mungkin hanya Meli yang selalu ingin tahu tentang apapun dari Mico. Mico nya sendiri sepertinya tidak, karena Mico tak pernah menepati janjinya yang akan selalu mengunjunginya di Panti Asuhan tempat mereka tinggal dulu. Mico sudah lupa, mungkin kehidupan Mico yang sekarang sudah sangat bahagia hingga ia melupakan masa lalunya. Meli menghela nafas kecewa. Lagi lagi Meli merasakan rasa sakit yang sama.

"Seandainya dulu kamu nggak pergi, mungkin saat ini kita masih sama sama" gumam Meli, "Aku terlalu berharap sama kamu Mico, aku terlalu percaya dengan semua yang kamu omongin. Dan aku kecewa sekarang... lebih tepatnya kecewa sama diri aku sendiri. Seharusnya sejak awal aku gak harus bergantung sama kamu, dan seharusnya aku nggak perlu percaya sama kamu"

Seandainya ada obat penyembuh hati, mungkin Meli akan membelinya walaupun harganya semahal apapun. Mengenang seseorang yang begitu berarti dalam kehidupan kita, dan mengingat jika orang itu tak lagi bersama kita, itu adalah hal yang paling menyedihkan. Meli pikir Mico adalah satu satunya orang yang paling perduli dengannya, orang yang paling menyayangi Meli. Akan tetapi itu semua salah, karena Mico sudah melupakan nya sekarang. Berharap Mico kembali kepadanya pun sangat mustahil.

"Assalamualaikum" ucap Tania yang baru memasuki pekarangan rumahnya.

"Walaikumsalam" balas Meli, dengan buru buru Meli mengusap pipinya yang basah.

"Lihat nih gue bawain apa buat lo" Tania duduk di samping Meli, lalu membuka kantung kresek yang berisi martabak telur.

"Martabak telur!" seru Tania memperlihatkan martabak kesukaan Meli.

"Wah... makasih ya Tani" Meli menerima martabak yang diberikan Tania.

"Eh, muka lo kenapa? habis nangis?" tanya Tania yang menyadari jika hidung dan mata Meli sedikit merah. meli meletakkan martabak nya lalu beralih memeluk Tania. Ia menangis di pelukan sahabatnya.

"Eh, lo kenapa? cerita sama gue ada apa" Tania membalas pelukan Meli seraya mengusap usap punggung Meli yang sedikit terguncang sebab sesenggukan.

"Gue nggak papa" lirih Meli.

"Gak papa gimana, orang lo nangis gini"

Meli melepaskan pelukannya, mengusap-usap pipi dan matanya. Pelukan Tania membuatnya sedikit merasakan lebih baik. Meli merasa jika masih ada orang orang baik yang perduli dengannya.

"Mel, ada apa?" tanya Tania begitu lembut, "Lo teringat sama teman masa kecil lo itu?" mengenal Meli hampir empat tahun membuat Tania begitu tahu akan semua cerita Meli. Tania juga tahu hal yang paling sensitif dari Meli.

Meli tersenyum getir, "Gue lemah banget ya Tania"

"Eh, kok ngomong gitu sih... Lo nggak lemah Mel, Lo itu cewek yang kuat. Kalau pun ada orang lain yang berada di posisi lo, belum tentu orang itu sekuat dan setegar kayak lo"

Dalam situasi yang sangat sensitif ini Tania harus memberikan banyak support kepada Meli. Meli sudah seperti saudara bagi Tania. Meskipun ada banyak perbedaan antara Meli dan Tania, namun mereka tetap satu.

"Makasih ya, Tani... sejak gue kenal lo, gue nggak merasa sendirian lagi"

Tania tersenyum lalu menggenggam kedua tangan Meli.

"Lo nggak akan sendirian lagi, karena gue akan selalu ada buat lo" ucap Tania begitu tulus. Mereka saling tersenyum satu sama lain.

Terimakasih sudah membaca ♥

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang