Dua puluh tiga

2.5K 110 4
                                    

Selamat Membaca💋

"Mau makan apa?" tanya Dion pada Meli yang sedang mengamati seisi Cafe yang sedang mereka datangi.

"Em... Gue pesen camilan sama minum aja"

Dahi Dion berkerut mendengarnya.

"Gak makan aja?" tanya Dion memastikan. Meli tersenyum mendengarnya lalu menggeleng pelan.

"Udah makan satu jam yang lalu"

Dion pun mengangguk mengerti lalu memesan sesuai permintaan Meli.

"Lo nggak pesen makan?" tanya Meli saat tahu Dion hanya memesan camilan dan minum.

"Yakali Gue makan sendiri dan Elo nya enggak" kata Dion sambil menyandarkan punggungnya pada kursi yang ia duduki.

"Yee... Gapapa kali, Lo makan aja dari pada entar kelaparan"

Dion hanya diam mencermati wajah Meli. Meli berdecak melihat Dion yang hanya bergeming.

"Dion, pesen makan gih. Entar Lo sakit gimana?" tegas Meli sambil mencondongkan tubuhnya pada meja.

Dion tersenyum melihatnya.

"Kok senyum sih? Gue bilang pesan makanan... " Dion bergebing dengan seulas senyum yang masih tercetak di bibirnya.

"Gue nggak lagi ngelucu ya Di!" geram kesal Meli dengan mata tajam.

"Apasih? Gue gak lagi laper juga" kata santai Dion.

Meli yang kesal pun hanya berkecibik lalu membenturkan punggungnya pada kursi yang ia duduki.

"Terserah deh... " rajuk Meli yang kesal.

"Kok ngambek sih?" Meli hanya diam dengan pandangan tertuju pada cendela di sampingnya, yang memperlihatkan jalan raya yang di padati oleh kendaraan.

"Lo khawatir sama Gue?" tanya Dion yang membuat Meli langsung menoleh kearahnya.

"Dih! Siapa juga yang khawatir... Nggak usah GR ya" tandas Meli dengan muka sewot.

Dan Dion hanya bisa tertawa ringan mendengar itu. Setelah itu pun Meli dan Dion sama sama terdiam. Suasana di Cafe ini sangat ramai, jadi Dion dan juga Meli hanya melihat sambil menikmati dentunan musik yang sedang di putar. Pelayan Cafe pun datang membawa pesanan mereka. Mata Meli langsung tertuju pada Es Krim Coklat yang ada di meja.

"Lo pesan es krim?" tanya Meli sumringah, Dion pun mengangguk.

"Karena Lo suka es krim, jadi Gue pesan itu"

Meli langsung meraih es krim itu dan mulai memakannya.

"Gue suka es krim... Apalagi rasa coklat" kata Meli pelan, namun Dion masih dapat mendengarnya dan entah mengapa setelah mendengar itu Dion jadi tersenyum.

Setelah menghabiskan waktu satu jam di Cafe itu. Dion dan juga Meli memilih pergi ke Taman dekat jalan Raya. Di sana ada banyak anak kecil yang sedang bermain. Meli dan Dion memilih tempat duduk yang dekat dengan area anak anak itu bermain.

"Duduk sini aja, Gue mau lihat mereka main" kata Meli dan Dion langsung mengangguk.

Meli tersenyum simpul melihat pemandangan yang menurutnya sangat menarik perhatiannya. Melihat anak anak itu bermain, tertawa, berlari, atau bahkan terjatuh. Itu semua mengingatkannya pada masa kecilnya saat di Panti Asuhan. Dia suka sekali bermain. Saat bermain kejar kejaran, ia lah yang selalu terjatuh. Entah sudah berapa banyak kali ia selalu saja terjatuh. Dan Iko adalah orang pertama yang selalu mengulurkan tangannya untuk membantu Meli. Saat Meli sedih, atau saat mood Meli sedang buruk. Iko selalu mengambil uang tabungannya untuk membelikan es krim untuk Meli. Tapi... Pada kenyataanya sekarang Iko bukan lagi Iko yang dulu ia kenal. Iko yang sekarang sudah menjadi milik orang lain. Dan Meli? Ia hanya menjadi orang ketiga di antara Iko dengan Sahabat barunya.

Kenapa kenyataan hidup selalu menyakitkan, selalu pahit dan sulit tuk berbuah manis... Batin Meli.

"Woi!"

Meli tersentak kaget saat tersadar ada lambaian tangan di depan wajahnya.

"Eh maaf, Lo kaget ya?" tanya Dion dengan wajah penyesalan.

"Abis Lo dari tadi Gue panggil diem aja, eh... Tau tau malah ngelamun" kata Dion yang membuat Meli tersenyum canggung pada Dion.

"Mikirin apa sih?" tanya Dion penasan.

"Gak ada... " jawab Meli cepat. Dion langsung berdecak keras mendengarnya.

"Semua Cewek juga selalu bilang kata 'gak ada, gapapa, baik baik aja' tapi pada kennyataannya kan ada apa apa Mel"

Meli diam mendengarnya, karena perkataan Dion memang benar adanya.

"Mel"

Meli mendongak, menoleh kearah Dion.

"Kalau Elo emang punya masalah, Lo bisa kok cerita ke Gue... Curhat ke Gue" katanya.

"Makasih... " ucap Meli dengan tertawa candanya.

"Gue serius Mel" kata Dion lagi. Memang benar, raut wajah Dion kali terlihat sangat serius. Meli hanya menyikapinya dengan bercanda. Meli memalingkan wajahnya lagi ke arah kerumunan anak anak yang sedang bermain itu.

"Mel"

Meli menoleh dengan memperlihatkan wajah santainya.

"Gue suka sama Lo... " ujar Dion yang membuat mata Meli melebar.

"Gue sayang sama Lo, Gue Cinta sama Lo... Dan Gue tulus sama Lo" sambung Dion.

Meli benar benar terkejut mendengar pernyataan dari Dion. Meli tak pernah berpikir Dion akan berbicara seperti ini kepadanya. Ia pikir pertemanan ini ada murni berteman, tidak ada perasaan atau hal yang lainnya. Namun entah mengapa, hati Meli terasa tertohok mendengarnya. Dion Cowok yang baik, itu yang ada dalam penilaian Meli. Namun untuk Cinta?? Jelas Meli tidak bisa membelas rasa itu. Karena hati Meli sudah menjadi milik Iko sepenuhnya, yah walaupun Iko tak pernah membalas perasaanya, atau bahkan tak akan pernah membalasnya.

"Lo nggak lagi bercanda kan?"

Dion menggeleng tegas, dan membuat Meli bungkam karena keseriusan yang terpancar dalam raut wajah Dion.

"D-dion Gue.... "

"Gak di jawab sekarang juga gapapa, Gue nggak mau Lo jadi terbebani karena perasaan Gue sama Lo... Gue akan tunggu kok Mel. Walaupun pada akhirnya... Lo gak bisa sama Gue, Gue bakal terima" tutur Dion seakan mengerti dari raut wajah Meli.

"Gue cuma berharap, setelah Gue ngomong ini.... Lo nggak akan ngejauh dari Gue"

Meli benar benar tertegun atas apa yang Dion ucapkan kepadanya. Meli hanya bisa diam, masih terkejut dengan semua ini. Sampai Dion mengantar Meli pulang pun, Meli tetap diam. Dia hanya mengangguk atau tersenyum saat Dion sesekali mengajaknya ngobrol.

Tbc.

Vomments😍

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang