Dua puluh satu

2K 97 4
                                    

Selamat Membaca💋

Hari ini Meli pergi ke Kampus bersama Tania naik angkot. Meli berjalan dengan rasa gugup tidak tenang. Hingga tanpa sengaja Meli menyenggol lengan Tania.

"Meli ihh... Dari tadi juga ngapain sih? Lo kenapa?" tanya Tania kesal. Karena ini sudah kebanyak kalinya Meli menyenggol Tania.

"Lo kenapa sih? Hari ini Lo aneh tahu nggak" sungut Tania. Meli yang di tanya pun hanya menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal.

"Ah, itu Kak Fian sama Kak Mico" seru Tania yang membuat Meli mendelik.

"Eh Tani, Gue mau ke Perpustakaan ya... " Meli langsung saja berjalan cepat sebelum mendengar ocehan Tania. Meli berpikir sebaliknya ia menghindari Mico saja, karena sejak awal kan Meli ingin Move on bukan ingin balikkan.

"Loh kenapa Tania? Kok pagi pagi udah cemberut aja" celetu Fian kala Tania mendekat kearahnya.

"Gue kesel tuh sama sih Meli, kelakuannya hari ini aneh banget... Enggak biasanya Dia kayak gini" sebal Tania.

"Terus Dia sekarang ke mana?" tanya Mico yang membuat Tania menunjuk ke arah Perpustakaan.

"Perpustakaan" jawab Tania.

"Susulin gih... " pintah Fian dan di angguki oleh Mico.

Tentu saja dengan senang hati Mico akan menghampiri Meli. Sejak kemarin Mico terus saja merasa bahagia. Bahagia Karena ia bisa lagi sama sama dengan Lia. Lia, gadis kecil Yang sangat cengeng. Tapi sekarang sudah enggak, bahkan Lia sudah tubuh mejadi gadis kuat Yang tangguh. Mico sempat tersenyum beberapa kali karena mengingat itu semua.

Grep.

Tangan Mico di cekal oleh Karina.

"Kenapa?" Tanya Mico sedikit kesal. Karena belakangan ini sikap Karina sangat menjengkelkan.

"Mau kemana?" Tanya balik Karina dengan tangan bersedekap.

"Perpus" balas singkat Mico.

Karina manaikkan sebelah alisnya seraya berucap.

"Mau ke Perpus apa mau nemuin Meli?" introgasinya. Dan itu benar benar membua Mico merasa jengkel.

"Dua duanya" tandas Mico, ia pun segera berbalik dan kembali berjalan.

Sedangkan Meli sendiri tengah memilah milih buku di sebelah kiri rak yang kebetulan dekat dengan pintu utama Perpustakaan. Ia melangkah mendekati bangkunya setelah menemukan buku yang menurutnya pas untuk ia baca. namun langkahnya terhenti kala mendengar suara Mico memanggilnya.

"Lia... "

Deg.

Meli merasa tertohok saat mendengarnya. Ia berdiri kaku, berasa tidak bisa bergerak seperti patung.

Mati Gue!. Gerutunya dalam hati.

Meli bergerak menaruh buku yang ia bawa dan ia letakkan pada meja. Terlihat Mico sedang tersenyum meatapnya, Meli hanya terdiam. Untuk berkedip saja rasanya susah apalagi untuk berekspresi.

"Kok diam?" tanya Mico sambil tersenyum. Meli hanya tersenyum kaku pada Mico.

"Mico!"

Mico dan Meli langsung menoleh dan mendapati Karina. Mico berdecak sebal menatap Karina. Meli hanya mengetahui itu pun hanya diam, karena tidak tahu apa apa.

Karina menghampiri Mico dan Meli dengan wajah bersungut.

"Ada apa lagi?" tanya malas Mico. Kini gantian Karina yang berdecak.

"Kok tanyanya gitu sih? Kenapa? Gue ganggu? iya?" tanya Karina menggebu.

"Bukan gitu, tapi--"

"Udalah.... Gue tahu Gue ganggu iyakan?" sela Karina. Karina beralih menatap Meli dengan sorot benci. Meli yang di tatappun hanya diam, bahkan wajahnya masih mendongak. Dan tak ada rasa takut di sana. Ya, meskipun Karina memang mempunyai tampang galak dan sangat judes, namun itu tidak menjadi rintangan bagi Meli untuk merasa takut.

"Lo siapa sih? Kenapa Mico lebih tertarik sama Lo ketimbang Gue?" ujar Karina. Meli tetap diam.

"Gue adalah orang terdekatnya Mico, Mico selalu memihak Gue... Selalu ada di dekat Gue. Tapi, sejak ada Elo... Dia berubah" katanya lagi. Mico berusaha menghentikan Karina, tapi Karina kekeh ingin berbicara.

"Gue udah banyak kali ingetin ke Elo untuk jauhi Mico kan? Gue nggak suka ada Elo di dekat Mico, Lo itu jadi pembatas antara Gue sama Mico... Jangan jadi orang ketiga antara Gue sama Mico, Lo ngerti kan maksud Gue?" tanya Karina penuh penekanan di setiap kata katanya. Meli menelan salifanya dengan kasar, ucapan Karina terasa sangat menohok hatinya.

"Karina udah, cukup!" peringat Mico tegas.

"Lo salah paham. Meli bukan penghalang, pembatas, maupun orang ke tiga" ujar Mico yakin.

"Lo masih mau belain Dia Mico? Otak Lo udah di cuci kali ya sama Dia" kata Karina, tak habis pikir dengan jalan pikir Mico.

Meli masih diam. Diam dan diam. Ia benar benar tak ada niatan untuk melawan.

"Lo ngomong apa sih Rina? Meli itu nggak seperti yang Lo pikirin. Dia--"

"Dia apa?! Lo hanya akan belahin Dia, iyakan?!" tanya Karina marah. Mico pun jadi tersulut emosi karenanya.

"Iya!" bentak Mico. Karina terdiam, tak menyangka jika Mico bisa membentaknya seperti itu.

"Iya, Gue akan tetap bela Dia dan akan terus membela Dia, Karena Dia itu Lia... Meli itu Lia... Teman masa kecil Gua" tegas Mico. Mata Karina membola, terkejut sekaligus sakit hati. Terkejut karena Meli adalah Lia, orang selama ini Mico rindukan. Dan sakit karena Mico tak pernah bertingkah kasar kepadanya, dan ini adalah kali pertamanya.

"Dia Lia..." ujar Mico lagi.

Karina berkaca kaca dengan wajah merah. Harapan untuk memiliki Mico selama ini rasanya telah gugur saat ini juga. Karina berharap Lia tidak akan pernah kembali, namun nyatanya kini telah kembali. Dan tanpa sepatah katapun, Karina segera berlari meninggalkan Mico dan Meli.

Pada saat itu Mico baru tersadar, jika apa yang ia lakukan kepada Karina itu salah. Mungkin Karina memang kelewat batas, namun tidak sepantasnya Mico berucap kasar kepadanya. Mico menatap Meli sejenak lalu berlangsung lari menyusul Karina.

Rasa sakit itu kembali Meli rasakan. Meli menatap punggung Mico yang menjauh hanya untuk mengejar Cewek lain. Meli melangkahkan kakinya ke dekat cendela. Melihat apa yang akan terjadi setelahnya.

Meli melihat Mico menahan tangan Karina. Mereka saling menatap dalam kurun waktu lama. Rasa sakit, rasa kehilangan, rasa benci itu kembali hadir dalam hati Meli. Sekuat dan seusaha apapun Meli tetap tersakiti. Dan tanpa di sangka Karina memeluk leher Mico dengan erat, seakan tak ingin kehilangan Mico. Pelukan itu persis sekali sewaktu Meli memeluk Mico dulu, saat Mico ingin pergi dari Panti. Mico membalas pelukan Karina dengan memberi usapan pada kepalanya. Sontak saja Meli memalingkan wajahnya. Menangis karena rasa sakit ini tak kunjung sembuh, dan sekarang luka itu semakin parah, dan mungkin akan sulit untuk di obati.

"Meli?"

Meli mendongak, ada Tania di sana bersama Fian.

"Ayo pergi" ajak Tania seakan mengerti akan perasaan Meli. Meli mengangguk lalu segera berjalan mengambil tas miliknya.

"Atasi Dia, Aku akan atasi Mico" kata Fian sebelum Tania pergi.

Tbc.

Vomments😊

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang