Tiga puluh lima

1.2K 75 1
                                    

Selamat Membaca!💋

Mico dan Meli sama sama terdiam dalam mobil yang terus melaju membelah jalan Raya yang terlihat tak terlalu ramai. Meli membuang muka kearah samping kiri, menatap jalanan diluar sana. Sedangkan pandangan Mico tertuju kearah depan, Namun sesekali Mico melirik kearah Meli, namun Meli tak menangapi apapun dari pergerakan Mico. Hingga Mico menepikan mobilnya, dan tentu itu mengundang perhatian dari Meli.

"Aku mau bicara sama Kamu" kata Mico yang melihat raut protes diwajah Meli.

"Apa?" tanya Meli dengan ketus. Setelah mobil menepi dengan benar. Mico mengeringkan tubuhnya kearah Meli. Menatap lekat lekat kearah Meli. Dengan acuh Meli bersedekap dada dengan mengarahkan wajahnya kearah depan.

"Kamu cemburu?" tanya Mico, yang membuat mata Meli sedikit melebar karena pertanya yang Mico lemparkan tanpa basa basi sedikitpun.

"Enggak" elak Meli masih dengan posisi yang sama.

"Kalau iya kamu cemburu ataupun marah, sebaiknya ungkapin aja... Jangan diemin Aku. Aku nggak suka didiemin" tukas Mico yang membuat Meli menoleh.

"Aku nggak cemburu!"

"Yakin kamu nggak cemburu???"

Meli bergeming beberapa saat, namun dengan ragu iya mengangguk.

"Iya, aku yakin... Kenapa juga aku nggak yakin" ucap Meli mencoba senormal mungkin. Walaupun dalam hati rasanya kesal sekali.

Terdengar kekehan kecil dari Mico, yang tentu membuat Meli menoleh kembali.

"Kenapa ketawa? Emangnya ada yang lucu" tanya Meli masih dengan nada yang kesal.

"Lucu ya... Mulutnya bilang nggak cemburu, tapi reaksi tubuhnya berbeda sama apa yang diucapkan"

Bola mata Meli bergerak kesana kemari untuk membantah ucapan Mico, namun sayangnya ia tak menemukan alasan yang cocok.

"Sok tahu kamu!" ucap Meli akhirnya. Mico tersenyum kecil melihat raut kesal diwajah Meli.

"Tapi gapapa sih kalau kamu cemburu, itu berarti kan kamu memang sayang sama Aku... " kata Mico sembari mengusap Puncak kepala Meli.

"Tapi sebenarnya kamu nggak perlu cemburu sama Karina... Dia teman Aku, sama seperti kamu"

Aku cuma teman? Jadi posisiku sama seperti Karina??. Batin Meli.

Meli diam mencermati ucapan Mico. Dalam hati Meli sedikit kecewa dengan ucapan Mico yang hanya menganggapnya sebagai seorang teman. Usapan tangan Mico masih dengan lembut mengusap kepala Meli.

"Biar kamu nggak salah faham sama nggak cemburu lagi, aku mau cerita sedikit tentang Karina... Boleh?"

Meli menoleh lalu mengangguk. Meli juga mengiringkan tubuhnya kearah Mico. Dan hal tersebut membuat sudut bibir Mico kembali terangkat. Mico menarik tangannya dan menautkan jari jari tangannya sendiri.

"Karina itu teman Aku, setelah pergi dari rumah Panti dan pindah kerumah aku yang sekarang. Dialah teman pertama Aku"

Meli diam mendengarkan. Sedangkan raut wajah Mico menunjukkan jika ia sedang menerawang masa lalunya saat pertama kali bertemu dengan Karina.

"Waktu itu Aku sedang lari pagi bersama dengan Papa di jalan kompleks. Terus nggak sengaja ketemu sama Karina, Dia sedang lari mengejar bola basket yang menggelinding kearah Aku sama Papa. Aku mengbil bola itu dan memberika kepada Karina... Papaku mengenal Karina dengan baik karena ternyata rumah kami bersebelahan, Papa juga kenal baik dengan Papa nya Karina. Jadi sejak itu kami jadi dekat dan sering bermain bersama. Karina pernah cerita kalau Dia sudah kehilangan Adik dan Juga Bundanya, sedangkan aku bercerita jika aku sudah terpisah dengan sahabat terbaikku... Yaitu kamu Lea, dan pada saat itu juga aku dan karina jadi semakin dekat karena kami pikir, kami memiliki nasib yang serupa... Yaitu sama sama kehilangan orang yang sangat kami sayangi" jelas Mico.

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang