Tiga puluh empat

1.2K 84 5
                                    

Selamat Membaca!💋

Setelah dirasa tubuhnya mulai fit kembali. Meli memutuskan untuk kembali berkuliah. Semalam ia kerja lembur untuk menyelesaikan tugas tugas yang sempat tertinggal. Tania berniat memberikan tugasnya kepada Meli, namun Meli menolaknya karena tak ingin menjadi parasit dengan menyontek tugas milik Tania. Ia memilih berusaha semampunya untuk mengerjakan tugas tugasnya.

Meli berjalan menelusuri koridor Kampus dengan pelan. Pandangannya teralih kearah kanan dan kiri, melihat ada banyak siswa hilir mudik dengan segala aktifitas yang mereka lakukan. Meli pikir ia rindu dengan suasa ramai dan ricuh seperti saat ini. Hingga dari arah depan Meli melihat ada Dion yang tengah melihatnya dengan senyum merekah.

"Hai Meli" sapanya yang membuat Meli tersenyum, merespon sapaan Dion.

"Dari mana?"

"Dari kelas"

Meli menangguk.

"Aku mau kekantin, apa kamu mau ikut?" ajak Meli.

"Boleh... Yuk"

Sepanjang perjalanan menuju kantin, Meli dan Dion banyak mengobrol. Sesampai dikantin, suasana disana sedikit ramai. Dion menayakan Meli mau makan dan minum apa, setelah mendengar jawaban daru Meli, Dion pun pergi untuk memesan. Setelah itu datanglah Tania dengan wajah cemberut.

"Mel kok Lo kekantin sama, Dion?!" tanya Tania ketus dan membuat Meli mengernyit.

"Memangnya kenapa?"

Tania berdesis kesal dengan memutar bola matanya.

"Mel, kalau sampai Kak Mico lihat... Dia pasti akan cemburu, Lo harus jaga dong perasaan Dia"

"Kenapa cemburu, kan Gue sama Dion cuma makan bareng... Lagi pula kita cuman teman" jawab Meli.

"Terserah Lo deh, yang penting Gue udah ingetin Lo" ujar Tania yang jelas terlihat marah. Setelah berucap itu Tania langsung pergi.

Meli tercenunh dengan kemarahan Tania dan ucapannya sendiri. Meli melupakan sesuatu, yang ia katakan kepada Tania tadi memang benar jika Meli dan Dion hanya sebatas teman. Tapi... Meli melupakan jika Dion pernah menyatakan perasaanya kepada Meli, dan Meli mengerutuki hal itu.

Kenapa Aku jadi lupa??? Dion pernah menyatakan perasaannya kepadaku,dan mungkin saja Dion juga masih menunggu jawaban dari apa yang ia katakan waktu itu. Batin Meli

"Mel"

"Hah?" jawab Meli refleks setengah kaget. Dion menatap Meli lalu terkekeh kecil.

"Kamu ngelamun?"

"Ah, enggak kok. Aku nggak ngelamun" jawab Meli sedikit gelagapan.

"Ya sudah, ayo ini dimakan" ujar Dion dengan menyodorkan makanan dan minuman pesanan Meli. Meli tersenyum dan memakan makan makanannya. Dalam benaknya Meli terus bertanya tanya, apa Dion masih memiliki perasaan atau tidak kepadanya.

Seusai makan Meli bergegas pergi ke kelasnya setelah berpamitan kepada Dion. Saat menelusuri koridor, tak sengaja mata Meli melihat sesosok Mico yang tengah berdiri bersama Karina. Wajah Mico terlihat muram dan ditekuk, Karina terus saja mengajak ngobrol Mico. Hingga tangan Karina teralih untuk mengusap rambut Mico dan merapikan rambut Mico. Gemuru didalam dada Meli terasa sesak saat melihatnya. Tangan Karina masih saja menari nari diatas kepala Mico, sedangkan Mico hanya diam saja, atau jangan jangan Mico tengah menikmati usapan Karina??. Tanpa sadar Meli mengepalkan kedua tangannya karena merasa kesal.

Apa hubungan Mereka!. Gerutu Meli yang kesal.

Dan tanpa diduga Mico menoleh kearah dimana Meli berdiri saat ini. Mico tampak terkejut melihat Meli, refleks Mico menjauhkan tangan Karina dari kepalanya. Karina pun ikut melihat arah pandang Mico. Meli masih terus menatap Mereka dengan tajam, lalu Meli segera melangkah menjauh dari mereka. Meli memasuki kelasnya dengan sedikit berlari, dan pada saat yang bersamaan Dosen Meli telah datang. Dibelakang Mico mengejar Meli, namun Mico terhenti kala melihat Dosen sudah memasuki kelas.

Setelah itu Meli mengikuti pelajarannya dengan tidak fokus. Berkali kali Tania bertanya kenapa dengan Meli, namun Meli hanya menggeleng pelan seraya tersenyum.

♡♡♡

Mico mengusap kasar wajahnya. Ia berjalan menuju toilet dengan muka lesu. Ia berpikir Meli pasti merasa cemburu dengan apa yang ia lihat tadi. Sebelumnya Mico lah yang merasa cemburu karena Meli telah pergi makan bersama dengan Dion. Mico memiliki perasaan jika Dion telah mengincar Meli dari lama. Tanpa Meli sadari, sebenarnya Mico selalu mengintai Meli dari jauh jika Dion berusaha untuk mendekati Meli. Dion memanglah sangat licik!.

Saat Mico tengah memasuki toilet, dan tanpa diduga Dion sudah ada disana dengan merapikan rambutnya didepan kaca westawel. Mico sempat terhenti sejenak melihat keberadaan Dion. Hingga Mico kembali melangkah dan mencuci tangannya dan membasuh wajahnya tanpa memperdulikan Dion yang tengah menatapnya. Mico terus membasuh wajahnya tanpa menghiraukan tatapan Dion, ia menganggap jika Dion tak ada disana.

"Kenapa Bro? Kok kelihatannya suntub gitu?" tanya Dion, dan Mico hanya diam. Mico mengambil tisu dan dan mengeringkan wajahnya.

"Lagi ada masalah sama Cewek Lo?"

Mico tetap diam tak menggubris.

"Meli, Dia..."

Mico yang mendengar nama Meli disebut sebut sontak langsung melirik Dion dengan tatapan tajam yang menghunus. Dion tersenyum miring melihat respon Mico.

"Jauhi Dia!" tekan Mico dengan nada mengancam. Dion terkekeh mendengar Itu.

"Kenapa Gue harus jauhi Dia? Memangnya Dia siapa, hm?"

Mico mengeraskan rahangnya.

"Gue mau kita main lagi" ujar Dion dengan senyum liciknya.

"Enggak akan!"

"Kenapa? Takut? Lo itu laki laki, jangan jadi pecundang" cibir Dion. Yang membuat Mico cekatan mencengkram baju Dion dan menatap Dion tajam.

"Gue bukan pecundang! dan Gue nggak akan pernah takut sama Lo! Hanya saja waktu Gue jauh lebih berharga. Dan sayang sekali jika Gue habisin waktu hanya untuk permainan bodohmu itu!" tekan Mico dengan mendorong Dion. Mico bernajak pergi, namun langkahnya terhenti.

"Dan ya, satu lagi... Jauhi Meli!"

Dion menatap Mico dengan sengit seraya berucap.

"Nggak akan! Gue udah lepasin Karina kepelukan, Lo. Dan kali ini... Gue nggak akan serahin Meli sama Lo!"

"Lo!" Mico ingin sekali menonjok wajah Dion, namun ia menurunkan tangannya dengan geram.

"Kita akan bermain sehat... Kita lihat saja nanti, Meli akan memilih Elo. Atau Gue"

Keduanya saling beradu tatap dengan sinis. Rautan emosi terlihat jelas dimata keduanya. Hingga Mico memilih mengakhiri kontak mata itu dan memilih pergi. Dalam hati jelas jika Mico merasa tidak tenang.

"Keparat!" desis Mico.

Tbc.

Terus dukung dengan vomments yaa:v

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang