Tiga puluh enam

1.2K 73 0
                                    

Selamat Membaca!💋

"Hai Mel" sapa Dion, dan Meli tersenyum canggung pada Dion.

"Duduk"

Dion mengangguk dan duduk dikursi teras. Meli pun juga ikut duduk dikursi sebelah Dion, jarak diantara mereka terpisah dengan satu meja yang terdapat diantara Mereka.

Setelah berpikir lumayan lama, kini Meli telah mendapatkan jawaban yang pas. Seperti keinginan Mico, Meli akan menjauhi Dion. Meli memutuskan ini semua semata mata bukan karena ia lebih memihak pada Mico, namun Meli mencoba mencari info sebanyak banyaknya melalui bantuan Fian. Dan ternyata perkataan Mico siang tadi memang benar, bahkan berita tentang Dion dan Karina sempat viral dikalangan anak kampus Manoban. Jadi Meli tak perlu bersusah payah mendapatkan info tentang kebenaran Dion. Dan setelah yakin dengan keputusan yang diambil, Meli menghubungi Dion dan meminta Dion untuk datang kerumahnya.

"Tumben kamu suruh aku datang kesini?"

Pertanyaan Dion membuat Meli menoleh lalu tersenyum.

"Emang kenapa? Gaboleh?"

"Boleh dong, justru aku seneng banget"

Meli tersenyum canggung kepada Dion. Sebenarnya Meli tak enak hati akan rencananya untuk tak menerima perasaan Dion untuknya. Tapi bagaimanapun juga Meli harus mengatakan yang sebenarnya, Meli tidak mau jika perasaan Dion untuknya semakin membesar. Meli pikir sebaiknya mengatakan ini secepatnya agar Dion tidak terlalu kecewa nantinya.

Tania datang dengan membawa nampan yang berisi dua gelas susu hangat.

"Nih, Gua bawahin susu biar sehat" ujar Tania yang membuat Dion tersenyum lebar.

"Diminum susunya, biar sehat jasmani rohani. Sehat pikiran biar pintar, pintar dalam berkarya. Bukan pintar dalam merencanakan siasat!" sambung Tania dengan menatap Meli dan Dion secara bergantian. Namun saat mengatakan 'siasat' bola matanya tertuju pada Dion.

Dion yang tadinya tersenyum lebar, kini senyumnya mulai mengendur. Meli yang mengetahui itu langsung bersahut.

"Lo juga harus minum susu, Tani" kata Meli. Yang membuat kontak mata Tania dan Dion jadi terputus. Tania menoleh lalu tersenyum penuh arti kepada Meli.

"Tentu" jawab Tania mantab. Setelah itu Tania langsung masuk kedalam rumah. Meli menoleh pada Dion.

"Ayo diminum... " ujar Meli ramah dan Dion mengangguk. Setelah melihat Dion minum dan menaruh kembali segelas susu itu Meli langsung berkata.

"Dion, ajakan kamu yang waktu itu... Kamu masih nunggu jawabannya?"

Dion mengernyit tak mengerti dengan maksud Meli, namun selang beberapa detik Dion baru ngeh apa yang dimaksud Meli. Dion mengangguk.

Meli tampak menghela napas beratnya.

"Ajakan untuk berpacarankan?" tanya Dion memastikan. Meli mengangguk.

"Aku bakalan nunggu kok, Mel. Kamu santai saja, nggak perlu terburu buru mengambil keputusan"

"Sebelumnya makasih atas perngetiannya, tapi kamu nggak perlu nunggu lagi. Setelah berpikir panjang, kini aku udah dapetin jawabannya kok"

Raut terkejut jelas tercetak diwajah tampan Dion. Ada rasa gembira dan juga cemas dalam hatinya. Gembira karena respon Meli tak selama seperti bayangannya. Dan cemas karena ia takut jawaban yang akan di berikan Meli nantinya bisa membuatnya kecewa.

"Dion" panggil Meli, membuat Dion mendongak menatap Meli. Dion menatap Meli lekat lekat, ingin segera tahu kalimat apa yang akan dilontarkan Meli selanjutnya.

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang