Selamat Membaca!💋
Tin! Tin!
"Siapa sih pagi pagi udah main klakson klakson aja" gerutu Tania Yang sedang memakan roti olesnya.
"Kayaknya sih Dion deh" ucap Meli sambil berjalan melihat siapa Yang datang.
"Dion? Anak fakultas kedokteran bukan sih?" Gumam Tania heran. Selang beberapa saat Meli kembali dan langsung mengenakan tas nya.
"Gue nebeng Dion. Lo mau ikut?" Tanya Meli dengan meminum susunya. Tania menggeleng pelan.
"Gue di jemput Kak Fian... " ujar Tania. Meli mengangguk.
"Ya udah Gue berangkat duluan ya... " kata Meli sambil meletakkan gelas susu.
"Eh, bentar deh... Itu Dion, Dion siapa sih? Dion fakultas Kedokteran?" Tanya Tania dan diangguki Meli.
"Lo lagi deket sama Dia?" Tanyanya lagi sambil memicingkan matanya.
"Yah, Gue sama Dia kan emang deket. Orang kita temenan... " ucap Meli sambil menatap Tania.
"Bukan deket Yang kayak gitu maksud Gue Meli--" ucapan Tania di potong cepat oleh Meli.
"Udah entar aja kalau mau nanya nanya, kasihan Dion udah nungguin" ujar Meli lalu segera melangkah keluar rumah.
"Meli! Gue belom selesai ngomong!" Teriak Tania. Meli hanya melambaikan tangannya.
"Duh Meli, kebiasaan deh kalau orang ngomong suka di potong potong" gerutu Tania.
Tania pun segera menghabiskan sarapannya. Setelah itu ia berniat menunggu Fian di depan rumah saja. Baru saja Tania keluar rumah, dan Fian sudah sampai. Dengan senang Tania menghampiri Mobil Fian.
"Selamat pagi Cantik... " sapa Fian saat Tania memasuki mobilnya.
"Apaan sih kardus" canda Tania dengan tersipu. Fian terkekeh melihatnya.
"Idih... Di bilang cantik aja langsung blushing" kekeh Fian. Tania pun memukul pelan lengan Fian.
"Eh, Meli mana? Nggak sekalian bareng aja?" tanya Fian sambil celingukan melihat rumah Tania.
"Dia udah berangkat duluan, sama Dion" kata Tania. "Anak fakultas Kedokteran... " sambung Tania saat melihat kerutan pada dahi Fian.
"Tumben Meli ada yang jemput..." kata Fian.
"Dari jaman sekolah juga Meli banyak yang jemput kali... Tapi dasar Meli nya aja yang nolak mereka. Meli memilih naik angkot ketimbang harus bareng Mereka" jelas Tania dan Fian mangut mangut.
"Oh... Berarti sih Meli dari dulu udah banyak yang naksir dong?" tanya Fian dan Tania mengangguk cepat.
"Banyak. Tapi enggak ada satupun dari mereka yang bisa macarin Meli. Meli selalu cuek dalam hal itu... Mungkin karena Meli sangat menyukai Kak Mico" tebak Tania.
"Kejadian kemarin malam itu kenapa sih? Kakak tau nggak?" tanya Tania sedikit cemas karena teringat kejadian kemarin malam.
"Aku juga nggak tahu... Mico hanya diam, dan nggak ngasih tahu apa apa. Kalau Meli gimana?" tanya balik Fian. Dan Tania hanya menggeleng pelan.
"Sama, Dia juga cuma diam. Aku nggak berani tanya" ujar Tania dengan nada suara sedih. Fian tersenyum kecil lalu membelai lembut surai Tania.
"Eh, Btw ini kapan jalannya ya?" tanya Tania tersadar. Karena sedari tadi mereka hanya terus mengobrol, sedangkan mobil masih dalam keadaan diam.
"Eh iya, kelupaan... Maaf ya sayang" ujar Fian sambil mengelus lembut kepala Tania. Tania yang di perlakukan seperti itu pun hanya tersenyum malu. Apalagi Fian memanggilnya dengan sebutan 'sayang' merah dah pipi sih Tania.
Di sisi lain Meli sedang menemani Dion yang tengah sarapan di kantin Kampus.
"Kamu beneran nggak pesen makanan Mel?" tanya Dion untuk keberapa kalinya. Dan lagi lagi Meli mengangguk.
"Udah Lo makan aja, Gue udah sarapan di rumah" ucap Meli sambil mengaduk aduh minumannya.
Dion pun kembali menyuapkan nasi goreng pada mulutnya. Meli hanya mengaduk aduh es jeruknya. Dan entah mengapa ingatan akan kejadian kemarin malam terus teringat dalam benaknya. Meli yang merasa bosan pun memalingkan wajahnya kearah kanan supaya mengurangi rasa kejenihannya. Namun di sayangkan, karena di sana terdapat Mico yang tengah berdiri kokoh menatap tajam kearah Meli. Sontak saja Meli terkesiap karenanya.
"Kenapa Mel?" tanya Dion saat melihat Meli. Meli hanya menggeleng lalu tersenyum. Meli kembali menoleh kearah kanan, dan Mico masih ada di sana. Namun bedanya, sudah ada Karina di sampingnya. Karina menggandeng erat tangan Mico dengan sedikit menarik tangan Mico.
Mico tetap saja bergeming dengan sorot mata menuju Meli. Karina pun mulai kesal pada Mico. Dan ia melihat Mico kearah Meli, itu semakin membuat Karina kesal dan semakin menarik paksa tangan Mico. Dan akhirnya Mico pun pergi bersama Karina. Meli menghembuskan nafas panjangnya. Entah mengapa rasa sakit ini kembali menyeruak dalam dada nya.
Kalau benar Iko nggak pernah ngelupain Gue, kenapa Dia musti berpura pura nggak kenal sama Gue? Di saat Gue udah mulai menjauh dari semua ini... Kenapa Dia musti kembali? Allah, sebenarnya cobaan macam apa yang engkau berikan padaku...
Meli mengusap kasar wajahnya.
"Mel?" panggil Dion untuk ketiga kalinya.
"Huh?"
"Lo... Gapapa kan?" tanya Dion khawatir.
"Maaf, Lo pasti bosen ya nungguin Gue selesai makan" ujar Dion.
"Ah... Enggak kok Dion, Gue ngak apa apa" kata Meli sambil mencoba untuk tersenyum.
"Beneran?" Dion terlihat ragu dengan tingkah Meli. Ia jadi merasa bersalah jika Meli bosan menunggunya yang sedang makan.
"Gapapa Dion, santai aja" kata Meli sambil mengulas senyum manisnya.
Meli kini berjalan sendiri di koridor. Ia tak lagi bersama Dion, karena Dion sedang ada jam. Meli berjalan perlahan sambil menikmati alunan musik yang ia dengar lewat earphone. Langkah Meli terhenti di mading Kampus. Ada banya kabar di sana, ada banyak ilmu juga. Ada juga puisi dan juga notes di sana. Meli tersenyum membaca puisi itu. Mata Meli beralih pada notes kecil berwarna kuning, yang berisikan.
Seandainya dulu Aku cukup pintar dalam memilih, mungkin Kita akan tetap bersama. Namun pada nyatanya Aku memilih pergi untuk mengejar kebahagiaan Ku sendiri. Dan pada akhirnya Aku mengerti. Kamu lah kebahagianku yang sesungguhnya. Aku cukup menyesal dengan kebodohan ini. MAAF Aku salah.
I ♡ L
Meli mengerutkan keningnya bingung. Ia merasa pernah mengenal inisial itu, tapi apa ya? Dan kenapa Meli merasa sedih saat membaca notes itu. Padahalkan notes itu tidak di tujukan untuknya, jadi kenapa ia harus merasa sedih?.
Tbc.
Vomments😊
KAMU SEDANG MEMBACA
You And Me [Tahap Revisi]
Romance[TAHAP REVISI] Menceritakan tentang kehidupan Meli dan Mico. Dua anak yang sama sama tinggal di sebuah panti asuhan kecil. Mereka berdua seperti matahari dan sinarnya. Mereka bersama untuk saling melengkapi satu sama lain. Namun bagaimana jika merek...