Selamat Membaca!💋
Keesokan paginya.
"Tani, Gue nggak masuk kampus sudah seminggu. Pasti tugas Gue numpuk banget ya?" tanya Meli yang melihat Tania sibuk menyiapkan buku bukunya.
"Ya emang, tapi sante aja Gue pasti bantu kok" jawab Tania dengan menaik turunkan kedua alisnya.
"Beneran ya" wanti Meli.
"Iya bener!"
Hingga percakapan mereka terhenti kala mendengar bunyi notifikasi dari handphone Tania. Dan dengan segera Tania meraih benda pipih itu dan mendudukkan dirinya di ranjang samping Meli. Tania tampak tersenyum senyum membaca isi chat di dalam ponselnya. Meli yang melihat itu hanya bisa diam mengamati ekspresi Tania.
"Aaa! Meli Gue bahagia banget!" seru Tania senang sambil memeluk Meli.
"Ih, kenapa?"
"Hm... Gue rasa kali ini, Gue nggak ngerasa salah pilih Cowok Mel. Nggak seperti sebelum sebelumnya"
"Emang... Kalau Kak Fian, Dia seperti apa?" tanya Meli yang membuat Tania tersenyum, seakan ia sedang membayangkan wajah Fian.
"Tentunya Dia baik, baik banget... Dia selalu memperlakukan Gue dengan sepesial, Dia selalu ada waktu Gue susah maupun senang. Dia juga nggak pernah nolak permintaan Gue, dan yang lebih penting... Dia romantis" kata Tania, menjelaskan seperti apa sosok Fian di matanya. Meli yang melihat pipi Tania yang bersemu merah jadi ikutan tersenyum.
"Pipi dikondisikan... " sindir Meli yang membuat Tania salah tingkah dengan menutup kedua pipinya.
"Syukur deh kalau Kak Fian emang sebaik itu... Gue ikutan bahagia kalau Elo bahagia"
"Ooh... Meli! Sini sini peluk" ujar Tania dengan suara manja. Lali mereka berpelukan dengan tawa yanh selalu menghiasi wajah mereka.
"Do'ain Gue langgeng ya Mel"
"Pasti dong!" jawab Meli senang.
"Gue juga bakal do'ain Lo langgeng sama Kak Mico"
Meli yang mendengar itu sontak tertawa dan melepas pelukan mereka.
"Langgeng apaan? Orang Gue sama Dia nggak jadian. Ada ada aja deh Lo" kata Meli dengan tawa renyahnya. Tania yang mendengar langsung saja merasa bingung.
"Jadi Lo sama Kak Mico belum jadian?" tanyanya terkejut dengan mata membulat. Meli langsung menggeleng pelan sebagi respon.
"Gue pikir Lo sama Dia udah"
"Enggak Tani... Uda ah, jangan bahas lagi. Lo harus pergi ke kampus, entar telat" ingat Meli karena Tania sudah hampir telat pergi kekampus. Tania langsung melihat jam tangannya dan berdecak keras.
"Ck, Gue telat nih" gerutunya dengan cepat meraih Tas-ya.
"Gue berangkat ya, Mel. Bayyy!" seru Tania dengan melenggang pergi.
Meli tersenyum melihat kepergian Tania. Ia menghela napas beratnya, entah mengapa ia menjadi sedikit kesal karena kenyataan tentang hubungannya sama Mico masih di status teman. Mungkin ya, mereka berdua sudah saling menyatakan perasaan satu sama lain tapi, kenyataannya tidak bisa berbohong jika hubungan mereka masih tetap sama yaitu seorang Teman. Mungkin kata spesialnya adalah Sahabat.
"Meli! Turun Nak, ada Mico!!!" teriak Nina yang membuat lamunan Meli terhenti.
"Mico?" gumam Meli.
Dengan segera Meli menuruni ranjangnya dan bergegas menuju kebawah. Menuruni anak tangga dan melihat Mico yang sedang mengobrol dengan Nina disana.
"Itu Meli sudah datang" ujar Nina yang melihat Meli. Meli tersenyum melihat Nina dan Mico secara bergantian. Meli mendudukkan dirinya samping Nina, sedangkan Mico duduk disofa yang lainnya.
"Gimana, sudah sehatan?" tanya Mico setelah Meli duduk. Meli mengangguk mantab.
"Sudah" jawab Meli.
"Ya sudah ya... Tante tinggal keatas dulu" kata Nina dengan membelai rambut Meli.
"Mico, Tante tinggal keatas... Kamu nyamanin aja ngobrol sama Meli" ujar Nina menatap Mico. Dan Nina langsung berjak berdiri, berjalan kearah kamarnya.
Mico beranjak dari duduknya dan berpindah duduk disamping Meli. Mengusap rambut Meli dengan sayang.
"Aku senang kamu sudah sehat lagi... " kata Mico dan Meli tersenyum.
"Maaf ya, karena Aku kamu harus mengalami kecelakaan itu, jika saja waktu itu aku nggak---"
Meli menempelkan jarinya telunjuknya dibibir Mico. Yang membuat Mico tak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Aku udah nggak mau bahas itu lagi. Aku nggak mau kamu beranggapan jika itu semua terjadi karena kamu... Anggap aja ini semua udah jadi takdir Tuhan, dan Aku nggak pernah berpikir jika ini semua adalah kesalahan kamu... Oke" kata meli dengan lembut. Mico mengangguk pelan dan tersenyum tipis.
"Aku merasa sangat beruntung, mendapatkan Cewek yang cantik, imut, dan baik hati seperti kamu... "
Meli tekekeh geli mendengarnya.
"Ini lagi modusin Aku atau lagi merayu Hm?" tanya Meli yang masih terkekeh.
"Emang modus sama merayu apa bedanya?"
"Nggak ada" ujar Meli dengan menggeleng.
"Dasar" celetu Mico dengan mencubit gemas pipi Meli.
Tiba tiba saja Meli teringat ucapan Dokter tempo hari. Meli menatap Mico dengan berpikir, apa ia harus bertanya atau tidak?.
"Mico, Aku boleh tanya sesuatu nggak?"
"Boleh, tanya aja"
"Dokter bilang, kalau waktu itu Aku kehilangan banyak darah. Dan Pak Haris yang berbaik hati memberikan darahnya untukku"
Mico diam mendengarkan Meli dengan saksama.
"Pak Haris itu, siapa?" tanya Meli.
"Om Haris itu Bokapnya Karina"
Membulatkan matanya terkejut.
"Papa nya Kak Karina??? "
Mico mengangguk.
"Waktu itu Karina datang bersama Papanya. Lalu Dokter keluar dan memberi tahu jika kamu kehabisan banyak darah, dan stok darah golongan kamu kebetulan sedang kosong waktu itu. Terus tanpa disangka, Om Haris memiliki darah yang sama seperti Kamu..."
Ada rasa sedikit takut di hati Meli saat tahu jika Pak Hari ternyata adalah Papa dari Karina.
"Bisa Aku bertemu dengan Om Haris? Aku mau berterimakasih karena mau memberikan darahnya untukku" pinta Meli.
"Tentu, nanti Aku akan ajal kamu kerumahnya. Sekalian nanti Kamu kerumahku, kita akan bertemu dengan Mama dan Papa disana"
Meli yang mendengar itu langsung mengangguk cepat.
"Terimakasih"
Mico langsung mengusap usap Puncak kepala Meli dengan sayang.
"Sama sama... "
Tbc.
Jangan Lupa Vomments♥
KAMU SEDANG MEMBACA
You And Me [Tahap Revisi]
Romance[TAHAP REVISI] Menceritakan tentang kehidupan Meli dan Mico. Dua anak yang sama sama tinggal di sebuah panti asuhan kecil. Mereka berdua seperti matahari dan sinarnya. Mereka bersama untuk saling melengkapi satu sama lain. Namun bagaimana jika merek...