Sebelas

2.1K 101 0
                                    

Selamat Membaca!💋

Senin pagi.

"Mama di sininya lama kan?" tanya Tania dengan mengoleskan selai coklat pada roti.

Nina mengangguk ragu akan pertanyaan dari putrinya itu.

"Insya'allah"

"Kok insya'allah?" tanya Tania sedikit emosi. Pasalnya Mama-nya maupun Papa-nya itu sangat jarang sekali pulang. Tania merasa kekurangan kasih sayang dari mereka. Namun Tania juga tidak menuntut orang tua nya akan hal itu, karena Tania sadar betul jika apapun yang di lakukan orang tuanya itu yang terbaik bagi mereka semua. Tapi ya gitu, kadang Tania juga jadi gondok sendiri karena sering di tinggal.

"Kan ada Meli sekarang... Kamu masih kesepian?"

Tania menggeleng dengan bibir cemberut.

"Udah ah, jangan ngambek gitu... Nanti cantiknya ilang loh" rayu Nina dengan tersenyum jail kearah Tania.

Tania yang merasa dirinya sedang di goda pun langsung tersenyum. Tania memamg mudah sekali untuk kembali ceria, sifatnya tidak mudah di tebak.

Selesai sarapan. Meli Dan juga Nina duduk bersantai di depan televisi sambil menyesap teh hangat di masing masing tangannya.

"Tania kalau pagi masih suka rewel Meli?" tanya Nina. Karena Nina tau betul jika putrinya itu sangat sulit bangun pagi.

Meli menggeleng dengan menaruh cangkir teh-nya diatas meja yang ada depannya.

"Udah enggak kok Tan, malahan Dia selalu bangun subuh buat sholat..."

"Sholat?" tanya kejut Nina. Meli mengangguk.

"Dia itu dulu hampir nggak pernah sholat subuh Mel, yah karena kebiasaan molornya itu"

"Mamaaa!!"

Meli menutup telinga nya karena suara teriakan Tania yang tiba tiba. Terlihat Tania menuruni anak tangga dengan berpakaian rapi.

"Mama kok buka aib Aku di depan Meli sih? Kan Aku malu Ma" ujar Tania yang berjalan mendekat kearah Meli dan Nina.

"Ya biar Meli tahu kebiasaan buruk Mu itu!"

"Mama nyebelin!" sungut Tania dengan berkecibik.

Tania menatap jam tangan miliknya lalu meraih tangan kanan Nina dan menciumnya.

"Kamu mau kemana sepagi ini?" tanya Nina heran.

"Mau kuliah" kata Tania dengan mengotak atik ponselnya.

"Loh, kita kan ada jam sore bukan pagi" ujar Meli, karena Tania dan Meli itu satu jurusan dan juga satu kelas. Itu artinya jadwal mereka sama bukan.

Tania menatap Meli dengan mata memicing dan bibir yang berdecak. Meli mengerutkan dahinya bingung, karena Tania seperti mengkode Meli dengan sorot matanya. Namun karena Meli yang LOLA jadi Dia hanya menatap Tania dengan heran.

"Tania mau baca buku di perpustakaan kampus Ma, karena ada pelajaran yang enggak Tania ngerti" ujar Tania bohong.

Bukannya mengangguk, Nina justru menahan tawanya.

"Kok tumben rajin" cibir Nina dengan tersenyum.

Tania memutar bola matanya malas.

"Waktu Aku rajin, di kok kok in. Waktu Aku males, di marah marahin. Ini yang bener yang mana sih?!" kesel Tania.

"Iya deh iya, belajar yang rajin ya Sayang"

Nina berdiri yang mengusap lembut rambut Tania. Tania mencium pipi Mama-nya sayang.

"Belajar... Jangan sampai izin-nya belajar, tapi sampai sana malah pacaran" kata Nina sambil menoleh pada Meli yang sudah tertawa geli melihat Nina yang terus saja menggoda Tania.

"Ihhh... Mama! Udah ah Tania berangkat. Dadah!!!" Tania pun pergi meninggalkan Meli dan Nina yang masih tertawa geli menatap punggung Tania yang mulai menjauh.

"Tante rese... " kata Meli sambil menyenggol lengan Nina.

"Biarin aja, Tante itu suka banget godain Tania. Ya walaupun sekarang Dia udah nggak kecil lagi, tapi Tante tetap aja suka godain Dia"

Setelahnya Meli dan Nina sama sama terdiam karena fokusnya tertuju pada layar televisi.

♘ ♘ ♘

Tania sudah sampai di kampus nya sekarang. Dan kini Ia sedang berjalan menuju Perpustakaan. Lumayan banyak yang menegur sapa Tania. Tak heran juga sih, karena Tania ini orangnya ramah dan Dia juga suka sekali tersenyum, menunjukkan wajah ceria yang sangat cantik.

"Haiii... Mantan!" sapa seorang Cowok dengan berdiri tepat satu langkah di depan Tania.

"Hai juga" sapa balik Tania. Namun tidak ada senyuman di wajahnya, hanya ada muka judes dengan mata menatap intens pada Cowok itu.

"Makin hari makin oke aja" goda-nya dengan muka misterius.

"Makin oke gimana maksud Lo?" tanya Tania bingung.

Cowok itu tersenyum miring pada Tania, seraya berucap.

"Makin cantik dan juga... " ucapnya dengan sengaja menggantung kalimatnya. Kedua bola matanya menatap Tania dari atas hingga bawa.

"Kenapa Lo natap Gue kayak gitu?"

Lagi lagi Cowok itu hanya tersenyum miring.

"Muka Lo mesum tahu nggak!" sentak Tania. Cowok itu masih diam, namun pandangannya masih tidak sopan terhadap Tania.

Tiba tiba saja seorang datang, berdiri tepat di antara Tania dengan Cowok itu.

"Kak Fian... " rilih Tania dengan suara bergetar.

Fian menoleh sebentar lalu kembali menatap kedepan. Menatap Cowok terbrengsek sedunia. Tania sangat membenci Cowok itu. Cowok biadap yang nggak punya etitut sama sekali.

"Pergi! Jangan gangguin Dia" ucap Fian tegas. Perkataan Fian sangat jelas dan juga memerintah. Nada suaranya terdengar sangat dingin, tidak bersahabat sama sekali.

"Emang Lo siapanya Dia?" tanya Cowok itu dengan nada songong.

"Calon Suami!"

Tania yang tadinya ingin menangis jadi terbelalak. Mata-nya terbuka lebar lebar.

Dia bilang apa barusan?!. Batinnya.

"Pergi!" usir Fian lagi.

Tania tak dapat melihat bagaimana ekspresi Cowok itu. Karena Tania hanya bisa melihat punggung Fian yang lebar. Entahlah, Tania tak perduli... Yang penting Cowok itu sudah pergi.

Memory Tania terulang begitu saja dalam benaknya. Di mana kejadian na'as hampir saja menimpanya dulu.

Semoga saja kejadian itu tidak akan terulang kembali. Batin Tania berdoa.

"Tania"

Tania mendongak menatap Fian. Mereka saling menatap satu sama lain. Fian dapat melihat jelas rasa ketakutan dalam bola mata Tania. Fian tersenyum, dan itu mampu membuat hati Tania menjadi tenang.

"Jangan takut, Dia sudah pergi... " ujar Fian membelai lembut surai panjang Tania. Tania mengangguk kiku, lalu kembali berjalan menuju Perpustakaan bersama dengan Fian.

Tbc.

Vomments🙃

You And Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang