Pertemuan tidak disengaja itu membuat kedua insan itu saling mencintai dalam diam.
Raina gadis polos bertemu dengan polisi muda tampan yang bernama Fauzan, lelaki sopan dan tentunya sangat sholeh.
Tanpa mereka sadari benih-benih cinta mulai tumbuh...
Akhirnya datanglah mereka ketempat tujuan mereka, yaitu pasar malam. Suasanya sangat rame sekali, karna baru buka jadi banyak manusia-manusia yang datang malam ini. Keempat manusia turun dari mobil dan langsung masuk kearea pasar malam.
"Rain, bunda sama ayah jalan duluan ya, kamu sama Sopia aja. Bunda mau pacaran dulu soalnya hihi." Kata bundanya langsung menggandeng lengan ayahnya.
Demi apa pun, Raina benar-benar jengah melihat tingkah bundanya itu, udah tua juga masih aja. Tapi Raina sangat beruntung, walau pun sudah lama menikah, ayah dan bundanya tak pernah cekcok. Pernah sih, tapi cepat baiknya. Raina berharap, semoga saja dia juga bisa menjalin pernikahan seperti kedua orang tuanya, tetap harmonis walau sudah lama menikah. Dan tetap romantis tentunya.
"So sweet banget sih orang tua lo Rain, jadi pengen." Uja Sopia dengan mata berkedap-kedip.
"Kalau pengen, buruan nikah sana, dasar jomblo!" Kata Raina langsung berjalan mendahului Sopia.
"Eh Rain tungguin dong! Main tinggal-tinggal aja sih lo!" Langsung berlari menyamai langkah Raina. "Dasar lo ya Rain, gak sadar diri. Lo kan juga jomblo!" Balas Sopia dengan wajah kesal. Enak aja dia dikatain jomblo, sedangkan yang ngatain juga jomblo.
Raina memutar mata malas. "Kalau itu juga aku tau kali Sop, gini-gini aku juga sadar diri." Balasnya dengan senyum yang merekah, karna melihat bianglala dengan lampu berwarna-warni menghiasi bianglala tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Wah.. Sop kita naik bianglala itu yuk, aku udah lama nggak naik itu!" Teriak Raina kegirangan.
"Yaelah santai aja dong Rain, kaya nggak pernah naik bianglala aja sih!" Dengus Sopia sebal, karna masih marah sama Raina yang seenaknya mengatainya jomblo.
"Udah lama tau aku gak naik itu Sop, terakhir aku naik bianglala saat umurku 8 tahun aja. Sekarang udah 18 tahun umurku, jadi pengen rasain gimana sih rasanya sekarang." Kata Raina panjang lebar, seolah baru pertama kali melihat bianglala.
Sopia memutar mata jengah, bagaimana bisa sahabatnya itu sangat ndeso, bagaimana rasanya katanya? Sungguh aneh. Emangnya makanan dirasain segala.
"Ishh.. kok diam aja sih Sop? Ayok kita naik itu. Aku nggak sabar nih!" Lanjut Raina lagi langsung menarik tangan Sopia untuk membeli tiket.
"Sabaran napa Rain, nggak sabar banget sih jadi orang!" Hardik Sopia, langsung mengikuti Raina yang menariknya. Dia pasrah saja, karna menolak ajakan sahabatnya itu gak membuahkan hasil apa-apa.
Setelah membeli tiket, mereka langsung naik. Dan bianglala itu pun perlahan berjalan kembali seperti semula. "Wahh.. indah banget pemandangan dibawah!" Raina takjub dibuatnya, terlihat sekali pemandangan kota samarinda dari atas sana.
"Iya..ya Rain bagus banget ya ampun. Nggak nyesel deh ngikutin kemauan lo Rain." Kata Sopia dengan wajah sumringah melihat kebawah.
"Kalau kamu ngikutin aku, dijamin deh kamu bakal seneng terus." Sahut Raina dengan pedenya.
"Ishh nyesel gue muji!" Balas Sopia jengah.
Raina hanya terkekeh melihat muka sebal sahabatnya itu, jujur saja walaupun Raina suka menggoda Sopia tapi dia sayang sekali pada sababatnya itu. Hanya Sopia yang mengerti keluh-kesahnya selain orang tuanya.
Satu putaran lancar-lancar saja, tapi saat putaran kedua wahananya tiba-tiba macet, dan lampu yang indah tadi mati seketika. Membuat semua orang yang berada diwahana tersebut panik dan ketakutan, terdengar suara anak kecil menangis karna ketakutan.
Jangan tanya lagi Raina dan Sopia, jelas-jelas merekalah yang paling ketakutkan, karna posisi mereka berdua ada dipaling atas. Sopia sampai berteriak histeris. "Raina gimana ini, kenapa wahananya macet, gue takut. Gue mau turun..mau turun!" Teriak Sopia histeris.
Raina bingung dibuatnya, bukan hanya Sopia yang takut dia pun sama takutnya. Tapi Raina tidak menampakkan ketakutannya. Bisa-bisa sahabatnya itu tambah panik dan histeris.
"Duh jangan panik gitu dong Sop, semua akan baik-baik aja. Tuh lihat.. orangnya lagi benerin wahananya, sebentar lagi pasti jalan kok!" Hibur Raina. Sumpah Raina ingin menangis kali ini, untuk pertama kalinya dia menyembunyikan ketakutkannya. Supaya sahabatnya tidak semakin panik.
Sopia menangis disamping Raina sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Raina yang melihat itupun rasanya ingin menangis juga, bahkan dia juga sangat penakut jika berada ditempat mengerikan seperti ini. Tapi dia harus menenangkan Sopia, dia tidak boleh sampai panik juga.
"Yaampun Sopia jangan nangis dong, kalau kamu nangis, nanti aku sedih. Kalau aku sedih, nanti kamu tambah nangis. Kalau kamu tambah nangis, aku tambah tambah nangis lagi. Kalau kam!" Tidak sempat Raina melanjutkan, omongannya sudah dipotong oleh Sopia.
"STOP! Ishh lo apa-apaan sih Rain, ngomongnya berbelit-belit. Hibur gue kek, ini malah ngomong nggak jelas gitu! Gue ketakutan nih." Masih dengan wajah panik dan air mata masih keluar.
"Ishh lo nggak peka banget sih Sop, tadi itu aku juga lagi hibur kamu. Eh.. tapi kamu malah nyuruh aku berhenti!" Jawab Raina sebal.
"Tapi nggak gitu juga kali Rain!" Balasnya dengan wajah yang masih panik. "Duhh.. kapan sih wahanaya bagus lagi, pengen turun." Rengeknya.
Rainya hanya bisa terdiam dan sesekali menengok kebawah, terlihat sekali banyak orang berkerumun dibawah melihat wahana tersebut macet. Raina hanya bisa berdoa dalam hati, semoga saja wahananya cepat segera baik.
30 menit berlalu, dan mereka masih berada diatas. Masih dengan wajah panik yang sama. Raina tak henti-hentinya berdoa semoga saja wahananya segera jalan seperti semula. Tak berselang lama, akhirnya wahana tersebut sudah jalan seperti semula. Dan semua orang mengucap syukur.
"Alhamdulillah Ya Allah, akhirnya wahananya udah bagus. " Ucap Raina dengan tangan mengelus dada.
"Iyaa alhamdulillah, duh gue takut banget tadi." Sambung Sopia dengan senyuman menghiasi wajahnya.
Akhirnya mereka semua sudah diturunkan, semua orang yang ada disana mengucap syukur, karna tidak ada korban jiwa saat kejadian naas tersebut. Lebay banget deh author, padahal macet biasa doang elah hihi..
Mereka berdua berjalan dengan senyum merekah, seolah-olah mereka dapat hadiah ditempat mengerikan tersebut. Padahal senyuman mereka itu adalah bentuk syukur pada Allah. Karna sudah membuat mereka semua selamat.
"Duhh.. nggak lagi-lagi deh naik yang begituan, bisa copot ini jantung!" Kata Sopia memulai pembicaraan setelah sekian lama bungkam.
"Kalau aku sih nggak jera, malahan pengen naik lagi." Jawab Raina dengan santainya. Padahal Raina juga takut tadi, cuma dia tidak mau Sopia tau kalau dia juga takut, bisa-bisa Raina terus-terusan diledek sama sahabatnya itu.
"Hah? Jadi lo nggak takut Rain tadi?" Tanya Sopia tidak percaya.
"Nggaklah! Malahan seru tau!" Jawab Raina lagi, dengan pedenya dia mengatakan itu. Padahal dia berbohong. Gengsi amat mau ngaku tuh si Raina, sombonk bat.
"Dasar Raina sinting!" Dengus Sopia dan berjalan meninggalkan Raina dibelakang. Raina hanya senyum-senyum sendiri. "Bener-bener nggak waras tu anak." Sopia bergidik.