31. Niat Baik (bag 2)

694 56 10
                                    

2 minggu kemudian....

Raina gugup didepan cermin, pasalnya calonnya akan datang hari ini. Dihari yang baik ini yaitu Jumat, keluarga dari pihak laki-laki akan datang untuk meminang Raina. Keluarga Raina juga sudah bersiap-siap menyambut kedatangan calonnya itu, Raina masih penasaran siapa yang akan menjadi suaminya, pasalnya keluarganya belum memberi tahu. Biarlah kamu tahu sendiri nanti, itu yang dikatakan bunda saat Raina bertanya. Jadi Raina turuti saja apa kata bundanya.

"Ya Allah, semoga Raina nggak salah pilih." Batinnya.

"Rain, kamu udah siap belum, ayo kita tunggu diluar." Bunda memasuki kamar Raina.

"Iya bunda duluan aja, nanti Raina menyusul." Jawabnya.

"Jangan kelamaan, sebentar lagi calonmu sampai lo." Balas bundanya.

"Iya bunda sayang sebentar lagi ya." Ujar Raina lagi.

"Baiklah bunda keluar dulu." Pamitnya dan langsung keruang tengah.

Setelah kepergian bundanya, lagi-lagi Raina menatap dirinya dicermin, sebenarnya rasa cinta Raina terhadap Fauzan masih ada, bahkan sepertinya sangat besar. Tapi Raina sudah mengikhlaskan perasaannya tersebut, karena sebentar lagi ia akan menjadi milik orang lain.

Setelah beberapa menit barulah Raina keluar untuk berkumpul dengan keluarganya diruang tengah, sembari menunggu calonnya datang.

"Rain bagaimana perasaanmu?" Tanya sang ayah.

"Hmm.. Raina agak gugup sih yah." Jawab Raina jujur, bagaimana tidak gugup seseorang akan datang untuk meminang dirinya, dan bahkan ia saja belum tahu siapa pemuda itu.

"Dulu bunda juga begitu pas mau dilamar ayah kamu, tapi bedanya bunda tahu kalau yang bakal menjadi suami bunda itu ayah kamu, si Satria." Ujar bunda pada Raina dan menatap suaminya.

"Terus kenapa bunda nggak kasih tahu Raina aja siapa calon suaminya Raina?" Tanyanya.

"Sabar sajalah nanti juga kamu bakalan tahu, sebentar lagi mereka pasti sampai." Ujar Satria.

Tanpa menunggu lama deru mesin mobil sudah masuk kepekarangan rumah Satria. Itu artinya calonnya sudah sampai. Satria dengan sigap keluar untuk memastikan jika itu memang calon menantunya, sang istri pun juga ikut keluar.

Raina tak bergerak sama sekali, ia gugup dan bingung harus melalukan apa, apakah harus keluar juga atau berdiam diri disini. Pada akhirnya Raina hanya menunggu mereka semua masuk kedalam.

Tanpa menunggu lama, akhirnya keluarga dari pihak lelaki dipersilahkan masuk, Raina semakin deg-degan. Ia belum berani untuk mengangkat wajahnya, Raina masih menunduk.

"Assalamualaikum." Suara bariton yang tak dikenali Raina mengucap salam, mungkin itu ayah dari pemuda yang akan menjadi suaminya pikirnya.

"Walaikumsalam, ayo silahkan duduk dulu." Jawab Satria dengan senyum mengembang.

Jangan tanya bagaimana ekspresi Raina, ia sudah pasti masih mematung tak bergerak saking gugupnya. Ia ingin melihat tapi masih ragu-ragu.

"Rain itu keluarga dari pihak laki-laki, ayo kasih salam." Bisik sang bunda.

Raina mengangguk dan mengangkat wajah pelan dengan hati deg-degan.
Raina melihat pasangan suami istri paruh baya, mungkin itu adalah calon mertuanya pikirnya. Wanita itu tersenyum penuh arti, Raina bisa melihat dari senyumnya saja sepertinya wanita itu sangat lembut, Raina membalas senyuman tak kalah cantiknya.

Lalu ia menoleh kearah pria yang akan menjadi ayah mertuanya, ia pun tersenyum ramah pada pria tersebut. Dan Raina menoleh lagi pada gadis muda disamping pria tersebut, betapa kagetnya Raina dengan apa yang dilihatnya.

Pilihan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang