Fauzan sedang melamun diluar rumah, kopi yang sedari tadi dibuatkan Fatimah belum sama sekali dia sentuh. Entahlah saat pertemuan dengan Raina siang tadi jadi membuatnya merasa bersalah. Ya mungkin saja Raina mengira bahwa Fatimah adalah kekasihnya, dan membuat Raina marah dan menjauhinya.
Lucu sekali Fauzan, memangnya dia tahu kalau Raina menyimpan perasaan padanya? Dia hanya tidak mau Raina berpikiran yang bukan-bukan tentangnya, Fauzan tidak mau Raina salah paham lalu menjauhinya seperti dulu. Anggaplah Fauzan sedang GR sekarang mengira bahwa Raina punya perasaan padanya. Tapi emang benar sih kalau Raina juga menyukai Fauzan. Kok malah berbelit-belit gini sih yaa..
Fatimah baru habis dari dapur mencuci piring dan langsung menghampiri Abangnya yang masih asik melamun.
"Loh Abang kok kopinya belum diminum keburu dingin nanti Bang?" Tanya Fatimah pada FauzanSontak Fauzan terkesiap karna suara tiba-tiba Fatimah.
"Ehh.. iya nanti Abang minum, kamu belum mandi? Tanyanya"Ini baru aja mau mandi Bang, yaudah deh kalau gitu Fatimah masuk dulu ya mau mandi." Kata Fatimah dan langsung dijawab oleh Fauzan.
"Iya habis itu kamu sholat maghrib ya, Abang mau siap-siap berangkat ke masjid dulu." Ujar Fauzan lalu meminum sedikit kopi yang lama dia anggurin.
"Siap Komandan!" Dengan tangan hormat pada Fauzan.
Fauzan terkekeh melihat tingkah adiknya itu, walaupun sekarang Fatimah masih duduk dibangku kelas dua SMA, tapi bagi Fauzan dia tetaplah Adik kecilnya, yang manja dan cerewet. Adik satu-satunya yang dia sayangi.
Setelah dari masjid Fauzan langsung masuk kekamar untuk mengganti pakaian, malam ini Fauzan akan mengajari Fatimah ilmu bela diri. Karna bagaimana pun juga Fatimah harus bisa menjaga diri sendiri. Ketika tidak ada dirinya.
"Abang jadikan ngajarin Fatimah malam ini?" Tanyanya sumringah, soalnya waktu masih kecil Fatimah sangat ingin masuk ke eskul bela diri, tapi orang tuanya tidak mengizinkan. Alasannya tidak mau anak perempuannya kenapa-napa.
"Jadi dong, yaudah kamu siap-siap gih Abang mau ambil Hp dulu dikamar." Jawab Fauzan sambil berlalu menuju kamar.
Baru saja Fauzan masuk kekamar, ada panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal. Ya bisa dibilang cuma miscall.
"Siapa nih?" Tanyanya dalam hati.Lalu berdering lagi Hp Fauzan tanda ada yang menelepon, dari nomor itu lagi. Langsung saja Fauzan mengangkatnya.
"Halo Assalamualaikum?" Ujar Fauzan.
***
Raina berjalan mondar-mandir dikamar, dia bingung mau memulai dari mana nanti. Kenapa tiba-tiba malam ini mencekam sekali, apa jangan-jangan Raina gugup menghadapi Fauzan? Atau dia takut kalau Raina jadi malah salting ngomong sama Fauzan. Iya sih cuma ditelepon doang, tapi namanya juga orang jatuh cinta pastilah gugup banget.Raina masih mondar-mandir sampai tidak menyadari Bundanya memperhatikannya sedari tadi. Bunda hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Raina.
"Gimana Rain? Kamu udah kasih tahu Fauzan belum?" Tanya bundanya tiba-tiba
"Astagfirullah bunda, Raina jadi kaget!" Pekiknya
"Kamu ini, jadi gimana Fauzan mau nggak datang kesini nanti? Dia gak sibuk kan?" Tanya Bunda Raina beruntun.
Raina cengengesan, bagaimana mau tahu, sedangkan Raina saja belum sama sekali menghubungi Fauzan. Dari tadi dia cuma mondar-mandir doang.
"Hehee... belom Bunda, Raina bingung mau mulai dari mana." Jawabnya dengan tangan membentuk Peace.
"Ya Allah jadi dari tadi kamu belum sama sekali ngehubungi Fauzan ya?" Tanya Bunda tak percaya
"Abis Raina kan bingung Bun, gimana kalau Bunda aja yang ngomong yah. Nanti Raina telepon tapi Bunda yang ngomong sama Fauzan?" Tawarnya dengan mata puppy eyesnya. Berharap Bundanya mau menuruti keinginannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Terakhir
EspiritualPertemuan tidak disengaja itu membuat kedua insan itu saling mencintai dalam diam. Raina gadis polos bertemu dengan polisi muda tampan yang bernama Fauzan, lelaki sopan dan tentunya sangat sholeh. Tanpa mereka sadari benih-benih cinta mulai tumbuh...