Setelah keonaran yang dibuat Sopia beberapa hari yang lalu, menjadi pikiran bagi Fauzan. Perkataan Sopia waktu itu masih terngiang-ngiang di kepalanya.
"Tuhkan bener! Kalian saling mencintaikan?"
Kata-kata itu berputar-putar di otaknya. Padahal Raina tak mengatakan apapun waktu itu, tapi kenapa Fauzan sampai kepikiran. Apakah Raina merasakan hal yang sama atau tidak? Itu yang membuat Fauzan galau.
"Rain..sekarang hanya kamu yang ada di hatiku, bisakah aku memilikimu?" Lirihnya.
***
Raina tengah mengerjakan PR matematikanya dikamar, ditemani dengan segelas susu coklat panas, minuman kesukaan Raina dari kecil.
Raina masih berkutat dengan bukunya, dan ada yang mengetuk pintu kamarnya.Tokk..tokk!
"Masuk aja nggak dikunci kok!" Teriaknya.
Munculah bunda Raina.
"Rain kamu lagi ngapain?" Tanya bunda langsung menghampiri anak gadisnya itu."Lagi ngerjain PR bunda, kenapa emang?" Ujar Raina.
"Bunda mau ngomong sama kamu nih." Sambil meminum susu coklat Raina.
"Yaudah ngomong aja bun, Raina dengerin kok sambil ngerjain tugas." Jawab Raina masih berkutat dengan bukunya.
"Kamu selesain aja dulu PRnya, nanti malah nggak fokus lagi kalau sambil dengerin bunda ngomong." Ujar bunda dengan senyuman penuh arti.
"Emang mau ngomong apaan sih bunda? Raina jadi penasaran deh." Menatap bunda dengan keheranan.
"Udah entar aja, kamu selesain dulu aja ya. Nanti kalau udah selesai baru deh bunda ngomong, kalau gitu bunda keluar dulu. Semangat sayang!" Kata bunda menyemangati anaknya.
Raina hanya membalas dengan senyuman termanisnya pada bundanya itu. Raina masih menatap kepergian bundanya.
"Bunda mau ngomong apa sih sebenarnya?" Batinnya.Raina mengedikan bahu, dan melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi. Belum sempat Raina membaca soal, dering telepon membuatnya harus beralih dulu.
Sopia is calling
Raina memutar mata malas, sudah beratus kali Sopia menelpon dirinya. Raina sengaja tidak menjawab teleponnya, karna Raina masih ngambek sama Sopia. Gara-gara waktu itu dia buat onar.
Telepon Raina masih berdering nyaring, dia tak berniat mengangkat telepon dari sahabatnya Sopia.
"Rasakan kamu Sopia, siapa suruh kamu nyebelin!" Ujar Raina berbicara sendiri, sambil mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
Dilain tempat Sopia merasa kesal pada Raina, karna satu teleponnya pun tak ada dia angkat. Sebegitu marahnya kah Raina padanya, Sopia jadi menyesali sifat kekepoannya tersebut.
"Kalau tahu begini, gue nggak bakalan ngejek Raina sama Fauzan. Ya ampun... gue janji sama diri gue sendiri, gue nggak bakal ngulangin ini lagi, gue nggak mau sahabat gue nyuekin gue lagi." Ujar Sopia sambil mencoba menghubungi Raina lagi.
Sopia tidak akan berhenti menelpon Raina sebelum dia mengangkatnya. Kenapa Sopia tidak langsung kerumah Raina? Jawabanya karna Sopia sedang diluar kota ikut mama dan papanya. Dia diajak keacara pernikahan sahabat orang tuanya. Jadi dia nggak bisa ngomong langsung sama Raina.
Raina menghela nafas lelah, mau sampai kapan sih sahabatnya itu berhenti mengganggunya. Kalau begini terus tugasnya tidak akan selesai. Akhirnya Raina memutuskan untuk mengangkat telepon dari Sopia, Raina harap kali ini Sopia berhenti mengganggunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Terakhir
SpiritualPertemuan tidak disengaja itu membuat kedua insan itu saling mencintai dalam diam. Raina gadis polos bertemu dengan polisi muda tampan yang bernama Fauzan, lelaki sopan dan tentunya sangat sholeh. Tanpa mereka sadari benih-benih cinta mulai tumbuh...