18. Patah Hati

1K 54 0
                                        

Saat asik menggodai Sopia, Raina duduk dikursi panjang bersama dengan Sopia. Mereka memperhatikan muda-mudi sedang berselfie ria, dan juga ada yang jalan bersama pacarnya. Saling bertukar candaan dan bergandengan tangan pastinya, biasalah anak zaman now.

"Enak banget ya kalau punya pacar, apa-apa bisa jalan berdua. Mau ini-itu dibeliin, mau kemana-mana ada yang anterin, huh.. pengen." Sopia menatap kesekelilngnya dengan wajah sendu. Halah jomblo kok banyak mau.

"Nggak ada pacar juga kamu bisa jalan Sop sama aku, kan jadinya berdua juga." Jawab Raina, bukan cuma Sopia yang jomblo, dia pun sama. Tapi Raina tidak akan berpacaran karna orang tuanya melarang. Dan juga karna Raina sangat taat pada perintah Allah.

"Kan rasanya beda Rain kalau sama lo, sama pacarkan bisa gandengan, mesraan!" Jawab Sopia dengan tangan menopang dagu.

"Yaelah, kalau cuma mau gandengan doang aku juga bisa kok gandeng kamu. Kalau mesraan juga bisa kalau kamu mau." Kekeh Raina.

"Ihh.. gue masih normal ya Rain, ngapain juga mesraan sama lo. Kaya gue nggak laku aja hii." Ucapnya dengan bergidik ngeri. Bisa-bisanya sahabatnya itu menawarkan hal seperti itu, konyol sekali.

Raina hanya terkekeh geli melihat sahabatnya. Setelah percakapan tadi, Raina dan Sopia tidak ada yang membuka pembicaraan. Bukan berarti mereka marahan ya, mereka hanya sedang menikmati keramaian dipasar malam ini.
Sedang asiknya Raina memperhatikan orang yang berlalu-lalang, Sopia langsung menyikut lengan Raina untuk menunjukkan sesuatu.

"Eh..eh Rain tuh liat deh, itu bukannya pak Fauzan ya? Polisi ganteng itu loh!" Sopia menunjuk-nunjuk kearah orang yang berlalu-lalang.

Raina terkesiap dan langsung mengalihkan pandangannya pada Sopia.
"Mana pak Fauzan? Kok aku gak liat ya Sop?" Raina celingak-celinguk mencari orang yang dimaksud Sopia tadi. Tapi dia tidak melihatnya.

Sopia yang tak bisa menahan tawanya sedari tadi, akhirnya pecahlah sudah.
"Hahahaha...Raina, Raina lo ngapain celingak-celinguk kaya gitu? Mana ada pak Fauzan dipasar kaya gini, hahahaa duhh sakit perut gue." Sopia tertawa sambil memegangi perutnya.

"Jadi tadi kamu bohongin aku?" Tanya Raina polos.

"Hahaaha.. emang." Jawabnya

"Ishhhhh nyebelin banget sih kamu Sop! Bisa-bisanya ngerjain aku." Kesal Raina, bagaimana bisa sahabatnya itu mengerjainya seperti ini.

"Lagian sapa suruh percaya hahaa.. aneh banget sih lo Rain, pas gue sebut nama Fauzan lo cepet banget nyariin. Apa jangan-jangan lo suka ya sama dia?" Tuduh Sopia dengan mata menyipit, meneliti ekspresi Raina, apakah dia berbohong atau tidak.

"Ahh..ehh.. ya nggaklah haahaa. Ada-ada aja sih kamu Sop ngomongnya suka ngelantur, ya nggak mungkin dong aku suka sama Fauzan!" Jawab Raina terbata, tapi bisa segera ditutupinya. Sebenarnya didalam hati Raina, dia sangat menyukai Fauzan, cuma dia tidak mau ada yang tahu soal perasaannya.

Sopia manggut-manggut. Dia berdiri dan langsung mengajak Raina untuk jalan-jalan.
"Hmm.. okelah jawaban diterima.'' Jawabnya "Yaudah ayo kita jalan lagi, ngapain kita duduk-duduk aja, kita harus puasin malam ini yuk!" Ajaknya pada Raina.

Raina berdiri dan mengikuti langkah Sopia. Mereka bergandengan tangan karna takut terpisah, karna ramai sekali. Mereka berhenti ditempat orang menjual es krim, karna Raina yang memintanya.

"Sop kamu pesanin aku es krim coklat ya, aku mau ketoilet dulu udah kebelet soalnya." Pamit Raina dan langsung dijawab dengan ancungan jempol Sopia. Raina pergi ketoilet sendirian.

Setelah selesai melakukan tugasnya, Raina bergegas untuk kembali ketempat dia dan Sopia tadi. Tapi tiba-tiba penglihatannya terhenti, dan menatap seseorang dari jarak dekat bersama gadis lain. Dia melihat Fauzan bersama gadis cantik dan berpakaian syar'i seperti dirinya.

"Siapa dia Fauzan, kenapa kalian begitu dekat? Kenapa harus bergandengan tangan?" Batin Raina, dia memegang dadanya yang sekarang panas sekali melihat kedekatan Fauzan dengan gadis itu.

Ya, katakanlah Raina cemburu. Karna itu memang benar adanya. Dia masih menatap nanar orang selama ini telah mengisi hatinya, melihat kebahagiaan Fauzan bersama gadis itu, membuat Raina berpikir bahwa selama ini Fauzan hanya memenuhi keinginan bundanya untuk selalu datang kerumahnya. Bukan menyukainya. Miris memang melihat keadaan Raina sekarang.

"Jadi begini rasanya patah hati, belum memiliki pun sudah diberikan rasa sakit." Gumamnya, Raina beranjak dari tempat itu, dan pergi menemui Sopia.

Raina berjalan dengan kepala menunduk, tak jarang dia juga menabrak orang yang lewat. Raina seakan mati rasa sekarang, kenapa perasaannya jadi kalut begini setelah melihat kebersamaan Fauzan dengan gadis misterius itu. Raina menghela nafas pelan dan mengeluarkannya secara perlahan.
"Mungkin aku'nya aja ke ge'er'an, mengira Fauzan merasakan hal yang sama." Batinnya, hatinya sesak sekali sangat sesak.

Raina berjalan gontai, tanpa menyadari bahwa orang tuanya sudah ada didepannya. Dengan perasaan campur aduk, bundanya pun bertanya.
"Raina kamu kok sendiri? Sopia mana?" Tanya bundanya.

"Ehh? Ayah sama bunda sejak kapan ada disini?" Rainya mengernyit heran, kenapa orang tuanya tiba-tiba ada disini.

"Loh? Kamu lupa kalau kita berangkat sama-sama tadi kesini Raina?" Tanya ayahnya heran.

"Ehh..bu..bukan gitu yah, aduh gimana ya." Raina tergagap menghadapi kedua orang tuanya. "Duh..kok malah salting gini sih, biasa aja dong Rain jangan ngelantur, nanti yang ada mereka tahu kalau kamu lagi galau berat!" Batinnya.

"Hmm..sungguh aneh!" Bundanya menyelidik.

"Ehh gak papa kok yah, bun. Raina ke Sopia dulu ya, nanti dia kelamaan nunggu aku." Pamitnya dan langsung ngacir pergi meninggalkan kedua manusia itu dengan pikiran tak menentu.

"Raina kenapa bun?" Tanya ayahnya kepada istrinya yang masih menggandeng lengannya.

"Nggak tau tu yah, aneh banget." Jawab bundanya dengan mengedikkan bahu. Mereka pun berlalu dari sana menuju kursi panjang.

Dilain tempat, Raina mencari-cari keberadaan sahabatnya Sopia. Tadi dia meninggalkannya ditempat penjual es krim, tapi sekarang malah tidak ada.

"Sopia mana sih, kok ngilang? Udah dibilangin jangan kemana-mana masih ngeyel aja dia!" Dengus Raina kesal. Sudah hatinya hancur melihat Fauzan bersama gadis lain, sekarang Sopia juga menghilang. Membuatnya ingin marah saja.

Raina pun berjalan mencari Sopia, bukannya bertemu dengan Sopia. Dia malah bertemu dengan mereka, siapa lagi kalau bukan Fauzan dan gadis misterius itu. Cepat-cepat Raina kabur dari tempat itu, dan terus mencari Sopia.

"Sopia mana sih kamu, aku cape keliling cari kamu, tapi tetap nggak ada!" Dengus Raina sebal.

"Kenapa nggak ditelpon aja!"

Ada suara mengintrupsi Raina untuk menelpon Sopia. "Oiya..yaa, kenapa nggak kepikiran dari tadi, duh aku jadi linglung sekarang!" Jawab Raina.

Dia bingung, siapa orang yang menyuruhnya untuk menelpon sahabatnya itu, dengan was-was Raina menoleh kebelakang. Tepat dimana suara misterius itu berada. Dan!

To be continue

Hai temen-temenku!
Apa kabar kalian? Kuharap sehat selalu ya.
Oiya gimana cerita kali ini, udah bikin greget belum? Aku harap kalian masih mensupport diriku dan ceritaku ini ya🌼
Kalau sudah kebawah, jangan lupa vote dan komen. Itu sangat berarti untukku❤

Pilihan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang