11. Dilema (bag 2)

1.4K 65 0
                                    

Setelah sampai di Lab Biologi, ternyata yang ikut sosialisasi hanya murid kelas XII saja, kelas X , dan XI tidak ikut serta.
Aku lihat ternyata Sosialisasi tentang "Kenakalan Remaja dan Bahaya Narkoba" seharusnya semua murid dikumpulkan, karna ini sangat penting untuk mereka.

"Masih sedikit anak-anaknya, kemana sih mereka lama banget, tinggal jalan doang". Kata Ridho ngedumel.

"Sabar dikit jadi orang napa, bilang aja lho nggak sabar ketemu sama gebetan lho yang namanya Risya itukan!". Kata Ferdi, mereka saling adu mulut. Sopia sampai tutup telinga karna mereka.

Aku masih memperhatikan anak-anak yang datang, dan masuklah seorang yang aku hindari, siapa lagi kalau bukan Fauzan. Ya, dia ternyata yang memimpin Sosialisasi ini.
Tatapan kami bertemu, Fauzan tersenyum sekilas lalu menyalami kepala sekolah, dan berbincang sedikit dengan guru lainnya. Sambil menunggu murid lainnya berdatangan.

"Raina, itukan polisi yang waktu itu, yang dikafe itu lo, lho ingat gak?" Tanya Sopia padaku.
Dia memang tidak tau kalau fauzan sekarang ini selalu kerumahku. Kalau sampai dia tau, habis aku digodanya.

"Ingatlah, kamu kan sering godai aku sama itu Pakpol, kenal aja nggak waktu itu" jawabku sambil cemberut dan tangan bersedekap didada.

"Jadi sekarang udah kenal nih?" Godanya lagi dengan senyuman mengejek.

"Apaan sih Sop, udah ah aku nggak mau bahas yang udah lalu!" kataku menghindari pertanyaannya.

"Cie..cie.. jangan-jangan lho juga suka lagi sama Polisi itu hahaha, ngaku lo!". Kata Sopia sambil tertawa.

"Sshhh! Sopia udah dong jangan ngomong yang nggak-nggak deh!". Kataku menyuruhnya diam, dengan telunjuk dibibir, takut didengar Fauzan.

Sedangkan Sopia masih tertawa melihatku tegang, sampai Bu Sinta menegur kami.

"Raina, Sopia, bisa diam nggak? Sosialisasi akan segera dimulai!" Kata Bu Sinta dengan berkecak pinggang.
Bu Sinta memang terkenal Guru killer disekolah ini.

"Iya bu, maaf" kataku menjawab. Sopia masih mengulum tawa, dan aku memutar mata malas.

Fauzan masih memperhatikanku, aku jadi salah tingkah dibuatnya.

***
Skip selesai Sosialisasi, aku dan Sopia berjalan menuju kantin, karna Sosialisasi berlangsung sampai jam istirahat.

"Rain, ternyata Polisi itu namanya Fauzan ya, gue baru tau tadi pas Sosialisasi". Ujar Sopia sambil memainkan rambutnya.

"Kamu baru tau? Aku udah tau lama kali namanya Fauzan". Jawabku. Astaga lagi-lagi aku keceplosan.

"Haa? Lho ngomong apa tadi Rain?" Tanya Sopia lagi.

"Ehh.. nggak ngomong apa-apa kok Sop, maksud aku tadi, aku juga baru tau kalau Polisi itu namanya Fauzan". Kataku berbohong, Sopia bakal percaya nggak ya sama omonganku barusan.

"Oh.. iya itu Rain". Kata Sopia. Huh bagus deh kalau dia percaya.

Oiya Sopia itu ada rada-rada LOLA gitu guys, cantik-cantik kok LOLA alias "Loading Lama" hihihi...😁

"Kamu malu-maluin banget sih Sop tadi, malah nanya kaya gitu pas sosialisasi tadi. Kamu kesambet apa emangnya?" Tanyaku pada Sopia, ya ampun kalau kalian tahu dia tadi tanya apa sama Polisi itu, kalian bakal nggak percaya deh.

"Hehe.. gue juga nggak tau Rain, tiba-tiba hati pengen nanyain itu sama Pakpol tampan. Ya ampun dia langsung lamar gue lagi, senang banget tau nggak sih, kalau itu pakpol mau lamar sekarang udah pasti gue mau dong". Kata Sopia dengan wajah yang berbinar-binar, gawat bisa-bisa patah hati ni si Ferdi.

"Dia itu nggak lamar, tapi dia cuma kasihan sama kamu, takutnya nanti kamu malu kalau dia jawab sebaliknya!". Kataku dengan wajah sewot. Aku nggak cemburu ya sama sekali nggak.

"Alahhh! Syirik aja lho Rain!" Katanya sembari tertawa

Tak terasa sampai sudah kami dikantin, dan langsung memesan makanan.
Seperti biasa kami makan sambil mengobrol hal yang nggak penting.

"Hai Leadis, makan kok nggak ngajak-ngajak sih?" Kata Ferdi ikut nimbrung antara aku dan Sopia.

"Ogah banget ngajak lho makan, mending gue ngajak tiang listrik dari pada ngajak lho!" Jawab Sopia sambil membuang muka kearah lain.

"Emangnya tiang listrik bisa jalan ya? Kok gue baru tau sekarang sih dari lho?" Timpal Ferdi dengan senyum jailnya.

"Auu ah, ngomong sama lho itu sama sekali nggak berguna! Mendingan gue ngomong aja sama batu! ". Kata Sopia sambil menatap Ferdi tajam.

"Lho tau gak Sopia? Kata-kata lho barusan jleb banget, jahat tau nggak, hiks hiks.." jawab Ferdi dengan wajah sedih yang dibuat-buat.
"Tadi juga lho, malah nanyain polisi itu udah nikah apa belum, gue kan jadi punya saingan buat dapatin lho! Mana dia ganteng lagi udah pasti gue kalah saing" lanjutnya lagi dengan wajah sedih, jadi ikutan sedih aku lihatnya.

"Udah taukan lho jawabannya? Gue lebih pilih itu pakpol dari pada lho! Sadar diri dong Fer, lhokan bisanya cuma bikin kesel gue doang!" Jawab Sopia memasang wajah garangnya

Aku hanya bisa melihat kedua manusia berbeda jenis itu saling adu mulut. Begitulah mereka kalau sudah bertemu, sama seperti Tom and Jerry.

"Udah dong berantemnya, Ferdi mending kamu pesan aja deh makananya, sebelum makanan kita keburu abis!". Kata ku menengahi mereka berdua, kalau aku masih diam aja barang kali mereka nggak akan berhenti henti adu mulut.

"Oke Ustadzah Raina yang bicaranya lemah lembut, berbeda sekali dengan gadis yang disampingmu itu". Timpal Ferdi sambil melirik Sopia sekilas, dengan senyum jailnya.

Sopia hanya mendengus kesal dengan ucapan Ferdi, seolah tau kalau Ferdi sedang menyindirnya.
Hihi.. sabar ya Sopia😁

***

Hai guys! Segini dulu ya, part ini banyak mengisahkan tentang Sopia dan Ferdi, ketimbang Raina dan Fauzan😅
Tapi nanti ada kelanjutan untuk cerita Razan (Raina Fauzan)
Happy reading😘

Pilihan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang