29. Restu

771 47 0
                                    

Akhirnya yang ditunggu-tunggu sampai juga, Fadlan dan istrinya sedang menyambut kedatangan Fauzan diteras, sedangkan Fatimah dia tidak bisa menyambut kedatangan abangnya itu. Karena ia ada les matematika.

Fauzan turun dari motornya dan menghampiri kedua orang tuanya itu. Betapa ia sangat merindukan papa dan mama'nya.

"Assalamualaikum pa, ma." Ujar Fauzan sembari menyalimi tangan kedua orang tuanya secara bergantian.

"Wa'alaikumsalam nak, apa kabar kamu?" Jawab sang mama, sembari mengelus kepala putra sulungnya itu.

"Alhamdulilah baik ma, bagaimana kabar kalian semua?" Tanya Fauzan, dia celingak-celinguk sedari tadi.

"Alhamdulilah atas rahmat Allah kita semua sehat wal'afiat Fauzan." Balas sang papa. "Kenapa kita malah ngobrol diluar, ayo kita masuk kamu pasti capek kan habis menempuh perjalanan jauh?" Tambah sang papa lagi.

Fauzan hanya mengangguk, dan mereka bertiga langsung masuk kedalam rumah.

Suasana rumahnya masih sama seperti terakhir kali dia tinggalkan, betapa rindu sekali Fauzan. Dia masih celingak-celinguk mencari sesuatu.

"Dari tadi mama lihat kamu seperti mencari sesuatu, kamu cari adikmu?" Tanya sang mama, seakan tahu isi hati anaknya.

Fauzan menggaruk leher yang kebetulan gatal.
"Iya ma, dari tadi Fauzan nggak lihat Fatimah. Dia kemana, tumben dia nggak ada dirumah?" Ujar Fauzan.

"Adik kamu tadi sedang pergi les matematika, sebenarnya dia tadi nggak mau ikut les hari ini. Dia bilang, dia mau menyambut kedatangan kamu. Tapi papa bilang, belajar itu lebih penting, lagi pula setelah les nantikan bisa bertemu sama kamu." Kali ini sang papa yang menjelaskan keberadaan putri bungsunya.

Fauzan hanya ber'oh ria.

"Ya sudah sekarang kamu mandi dulu gih, habis itu kedapur ya kita makan, kamu pasti lapar kan?" Tanya Fani yaitu sang mama tersenyum.

"Iya ma, Fauzan jadi nggak sabar mau makan masakan mama." Ujarnya sumringah.

Fauzan sangat merindukan masakan sang mama tercinta, sudah lama ia tak makan masakan dari mama'nya itu.
Dan dia langsung pamit mau membersihkan diri terlebih dahulu.

Setelah kepergian Fauzan, Fadlan dan Fani pergi kedapur, karena papa Fauzan ingin membantu sang istri menyiapkan makan bersama. Begitulah, penampakan dirumah keluarga Fauzan, mereka saling membantu satu sama lain. Keluarga yang jauh dari kata masalah, keluarga mereka sangat harmonis dan selalu kompak.

"Wah... menu hari ini makanan favorit Fauzan semua ya, mana banyak lagi." Gumam Fadlan berdecak senang.

"Iya dong pa, anak kita itukan jarang banget ada dirumah, sekali-kali'lah mama buatkan semua makanan kesukaannya." Ujar Rosalina, begitu dia sangat menyayangi putranya itu.

Fadlan menghampiri sang istri lalu memeluknya, beruntungnya ia mendapatkan istri sholeha seperti Fani.

"Kamu memang istri terbaik sepanjang masa sayang, terima kasih sudah melahirkan dan menyayangi anak-anak kita. Aku sangat mencintaimu ya humaira. Ujar Fadlan pada istrinya dan mengecup singkat kening Fani.

"Papa juga suami yang terbaik, makasih ya pa, sudah mencintai aku dan anak-anak. Bimbing kami terus kejalan Allah ya pa, biar kita sama-sama masuk ke surga." Balas Fani dan semakin mengeratkan pelukannya pada sang suami.

"Sudah tugasku membimbing kalian istriku, kita bersama-sama menggapai Ridho-Nya." Gumamnya.

Kisah cinta mereka memang bikin iri para jomblo termasuk Fauzan. Ia tak sengaja melihat papa dan mamanya berpelukan, ia keluar untuk mengambil tasnya yang tertinggal, eh malah melihat adegan mesra papa dan mamanya. Ia senang melihat cinta kedua orang tuanya. Semoga aku bisa seperti itu juga. Batinnya.

Pilihan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang