34. Berdebar

835 52 10
                                        

Biasakan vote sebelum membaca, biar nggak kelupaan.

Pagi ini Raina berkutat di dapur, membuatkan suaminya sarapan. Ia tak menyangka sekarang rutinitas Raina setiap hari adalah mengurus suaminya. Ah mendengar kata suami saja sudah membuatnya bersemu merah.

Fauzan belum bangun, tidak biasanya seorang Fauzan bangun kesiangan. Bukan berarti mereka semalam sedang ekhem-ekhem ya. Setelah Fauzan selesai mandi ia sudah melihat istri kecilnya itu sudah terlelap. Mana tega dia membangunkan istri tercintanya itu.

Raina memasak nasi goreng spesial, ia masih sibuk memasak, sampai tak menyadari kedatangan suaminya. Fauzan memperhatikan kesibukan sang istri, betapa beruntungnya Fauzan mendapatkan istri yang pintar memasak. Dia benar-benar tidak salah memilih.

"Ekhem!" Fauzan berdehem.

Raina yang kaget dengan suara tiba-tiba Fauzan, ia langsung menengok.

"Eh..udah bangun mas." Ujarnya dengan senyum yang menghias dibibir mungilnya.

"Udah dari tadi, kamu sih sibuk banget, akunya malah dicuekin." Balas Fauzan sembari cemberut.

Raina geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya yang seperti anak kecil.
"Aku nggak tau mas, mending kamu buruan mandi sana!"

"Kamu ngusir mas?" Tanya Fauzan polos.

"Bukan gitu mas, sebentar lagi sarapannya jadi loh. Jadi mas mandi sekalian sana." Ujar Raina lagi.

"Iya deh mas mandi." Balasnya dengan senyum yang membuat Raina jadi berdebar.

Setelah kepergian Fauzan, Raina bernafas lega. Entah kenapa berdekatan dengan suaminya itu membuat jantungnya mendadak bergetar hebat. Ah! Raina benar-benar tak mengerti.

Selesai sudah masakan Raina, gadis itu pun menyiapkannya dimeja makan. Semoga saja Fauzan suka dengan masakan sederhana Raina. Ia takut kalau suaminya itu tak menyukai makanan yang ia masak.

"Udah selesai yang?" Suara bariton itu lagi-lagi mengagetkan Raina.

Mendengar panggilan 'yang' dari Fauzan saja sudah membuatnya tak karuan. Bisakah Fauzan tak membuat spot jantungnya memacu lebih kencang. Raina kan jadi malu, sekaligus senang sih. 

"Iya udah, duduk sini mas." Intrupsi Raina dan langsung duduk didepan suaminya itu.

"Maaf ya mas seadanya, soalnya Raina belum beli bahan-bahan makanan." Sambung Raina lagi.

Mereka sudah pindah ke rumah Fauzan sejak acara resepsi itu selesai. Padahal bunda Raina sangat ingin menantunya itu tinggal sehari dirumah mereka, tapi Satria mencoba memberi pengertian pada istrinya itu untuk mengizinkan Raina dan suaminya tinggal dirumah Fauzan.

Ya, sekarang Fauzan dan Raina tinggal dirumah ini, hanya berdua. Iyalah berdua, masa bertiga.

"Nanti kita beli semua bahan-bahan ya, habis sarapan kita langsung pergi." Ujar Fauzan sambil mengacak rambut istrinya dengan sayang.

Ah! Sepertinya hobi Fauzan adalah membuat jantung Raina berpacu lebih kencang dari biasanya. Kalau begini terus, bisa-bisa sang empu meninggal kena serangan jantung.

"Eh...kok pipinya merah. Hayoo kenapa itu pipinya?" Bisa-bisanya Fauzan menggoda Raina seperti itu.

"Nggak ada kok!" Raina tidak ingin bertambah malu, karna suaminya terang-terangan menggodanya.

"Masa iya sih?" Fauzan malah mendekatkan wajahnya kearah Raina, senyum menggoda Fauzan terlihat jelas diwajah tampannya itu.

Sekarang Raina baru tahu, kalau suaminya itu punya sifat usil dan pastinya menyebalkan. Sejak tadi Raina menahan nafas karna wajah Fauzan sangat dekat dengan wajahnya. Ah! Raina benar-benar menyerah dengan posisi seperti ini, ia tak bisa berkata lagi.

Pilihan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang