Pagi yang cerah dan jiwa yang lemah, Raina seakan malas beranjak dari kasur empuknya. Dia masih ingin bermanja-manja dengan bantalnya, tapi suara nyaring nan membahana menyakitkan telinganya.
"Raina! Cepetan bangun, udah pagi ini waktunya kamu sekolah!" Panggil bundanya.
Raina masih tak menghiraukan teriakan bundanya. Dan malah mengeratkan selimutnya sampai kepala, dia dengar bundanya memanggil. Tapi badannya seakan tak mengizinkan Raina untuk bangkit.
Tak dihiraukan anaknya, bunda Raina pun bergegas masuk kekamar.
"Ya ampun anak ini belum bangun-bangun juga!" Bundanya langsung duduk disisi ranjang dan menyingkap selimut Raina."Bangun dong Rain, ini udah pagi. Kamu nanti telat sekolahnya sayang." Ujar bundanya lembut.
Raina menggeliat, dan masih memejamkan mata. Tak menggubris bundanya.
"Raina bangun dong, buruan nanti keburu Sopia datang tuh!"Tak ada respon dari putrinya, bunda pun langsung mencari cara. Bagaimana membangunkan anaknya itu. Aha! Bundanya punya ide yang cemerlang.
"Raina.. ayok bangun. Diluar ada Fauzan tuh, atau kamu mau Fauzan aja yang bangunin!" Sekarang bundanya senyum-senyum sendiri, dia tahu Raina akan cepat bangun kalau soal itu.
Seketika Raina langsung bangkit, benarkan batin bundanya. Raina mengerjapkan mata, dan menoleh pada wanita yang sudah melahirkannya.
"Emang bener ada Fauzan ya bun?" Tanyanya kaget.
"Nggak!" Jawab bunda sekenanya saja.
"Tapi tadi bunda bilang ada dia?" Ucap Raina polos.
"Itu supaya kamu cepat bangun, dari tadi bunda bangunin susah banget. Kamu tau nggak bunda udah berapa kali bangunin kamu? tapi kamu malah makin nyenyak tidurnya. Yaudah bunda jadi bohong deh biar kamu cepat bangun!" Panjang lebar bundanya menjelaskan.
Raina melongo dibuatnya, jadi bundanya berbohong barusan. Huh, lega pikirnya. Kalau sampai benar Fauzan datang kesini, entah bagaimana perasaan Raina sekarang. Secara dia masih ingat betul penampakan semalam, dimana Fauzan dan gadis itu bergandengan mesra. Jujur saja Raina masih sakit hati soal itu.
Bunda yang sedari tadi berdiri memperhatikan anaknya yang masih saja melamun.
"Heh.. Rain udah sana buruan mandi. Udah telat ini kamu!" Ujar bundanya.Raina terkesiap.
"Emang jam berapa bun sekarang?" Tanyanya"Udah jam enam lebih Rain, cepetan sana siap-siap!" Dengus bundanya. "Kan udah berapa kali bunda bilang, habis sholat subuh itu nggak boleh tidur lagi." Lanjutnya lagi.
"Ketiduran bunda." Jawab Raina sambil menggeliat manjah.
"Hah.. kamu tu ya kalau dibilangin susah!" Langsung pergi keluar kamar meninggalkan putrinya.
Raina mengecek telepon genggamnya, dan benar sudah hampir jam tujuh. Raina mengehela nafas pelan, rasanya dia ingin bolos saja. Raina sedang tidak enak badan.
"Nggak papa kali ya kalau aku libur hari ini? Oke fix! Raina libur aja, lagian nggak enak badan." Gumamnya dan langsung menuju dapur.
Terlihat bunda sedang berkutat didapur, aroma masakan sudah tercium dihidung Raina. Langsung saja dia menghampiri bundannya.
"Wah nasi goreng pedas! Duh nggak sabar Raina pengen cicipin." Ucap Raina dengan wajah sumringah."Ya Allah Raina, kenapa belum siap juga? Ini lagi masih berantakan muka kamu? Niat sekolah nggak sih Rain?" Tanya bundanya beruntun, jangan lupa dengan wajah histeris.
Raina hanya nyengir kuda.
"Hehee.. Raina nggak sekolah ah bun, Raina lagi gak enak badan. Kayanya demam deh." Jawabnya dengan muka melas.Bundanya langsung memegang dahi putrinya, mengecek apakah suhu badannya panas.
"Nggak panas kok dahi kamu, hayo kamu emang lagi nggak mau masukkan? Iyakan." Kata bunda dengan muka penuh selidik."Ihh beneran bunda, Raina emang nggak enak badan. Boleh yaa sekali ini aja bun." Bujuk Raina dengan mengeluarkan mata puppy eyes.
Bunda menghela nafas pasrah. "Terserah kamu deh!"
"Yeee! Makasih bunda sayang." Raina memeluk bundanya dari samping, dan langsung dibalas bundanya juga.
"Yaudah Raina bantuin masak ya bun." Ujar Raina.
"Yaudah kamu potongin bawang itu ya, udah bunda bersihin juga tuh. Kamu tinggal potong kecil-kecil aja." Suruh bundanya dan langsung Raina kerjakan.
Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tak ada pembicaraan antara kedua wanita itu. Dan akhirnya bunda angkat bicara.
"Rain kamu tau nggak?" Tanya bundanya.
"Enggak!" Jawab Raina acuh.
"Ihh bunda belum selesai ngomong." Jawabnya jengah.
"Yaudah langsung ngomong ajalah bunda, nggak usah basa-basi dulu." Balas Raina.
"Ck! Kamu ini." Ujar bundanya sebal.
"Jadi cerita nggak nih?" Tanya Raina lagi.
"Iya..iyaa ih.. oke sekarang bunda cerita. Semalam itu bunda sama ayah ketemu Fauzan dipasar malam." Kata bundanya.
Deg
Raina kaget bukan main, bunda dan ayah bertemu Fauzan itu berati mereka juga bertemu dengan gadis itu. Raina masih berkutat dengan pikirannya sendiri, tanpa tahu bundanya sedang memperhatikannya.
"Kamu tau nggak ternyata Fauzan nggak sendiri, dia bawa cewek cantik semalam. Sumpah deh cakep banget Rain!" Ujar bundanya antusias.
Jantung Raina berpacu lebih kencang, dia tak bisa berkata-kata lagi. Cerita bundanya pagi ini sangat horror. Raina hanya bisa diam mematung tidak menggubris bundannya. Merasa tak dihiraukan anaknya, bundanya pun berbicara lagi.
"Kamu denger nggak sih nak bunda lagi ngomong?" Tanya bundanya.
"Eh? Ii..iya denger kok bun hehe." Dengan senyum yang dibuat-buat.
"Terus Fauzan ngenalin kebunda cewek itu, kalau nggak salah namanya Fatma, eh siapa ya? Fat.. fat apa sih lupa bunda." Katanya dan masih mengingat-ingat.
"Ahh! Namanya Fatimah iya itu Fatimah!" Lanjut bunda lagi. Raina hanya menghela nafas pasrah.
"Jadi ayah sama bunda jalan sama mereka berdua, ternyata cewek itu asik loh Rain. Dia juga sopan banget, terus bunda juga lihat Fauzan kayanya sayang banget sama dia. Bunda pernah liat dia lagi cium dahinya Fatimah, uduy so sweet banget!" Bunda menjelaskan perjalanan semalam bersama Fauzan dan Fatimah secara rinci. Membuat yang mendengarnya ingin lari saja.
Ingin rasanya Raina tuli, supaya tidak mendengar cerita bundanya itu. Dia tidak suka mendengar bahwa Fauzan sangat dekat dengan Fatimah. Dia ingin marah, tapi Raina bisa apa? Bahkan diantara dia dan Fauzan tidak ada hubungan apa-apa. Rasanya ini tidak adil.
"Pokoknya mereka cocok deh serasi." Kata bundanya lagi. Sebenarnya dia tahu kalau Raina sedang tidak ingin mendengarkan bundanya. Dan jangan salah, bahkan bundanya pun tahu kalau Raina sedang cemburu, terlihat dari raut wajahnya sedang tidak enak dilihat.
"Dari tadi diam aja kenapa sih Rain?" Tanyanya pura-pura tidak tahu.
Raina terkesiap dan langsung menunduk. "Ng..nggak papa kok, jadi ayah sama bunda jalan sama mereka berdua? Setelah itu mereka kemana?" Tanya Raina. Bunda senang Raina akhirnya bertanya, itu artinya Raina ingin tahu lebih lanjut.
"Setelah membelikan Fatimah es krim, Fauzan pamit pulang. Katanya nggak mau Fatimah larut malam tidurnya. Jadi mereka langsung pamit pulang." Tutur bundanya, masih memperhatikan ekspresi Raina.
Raina mengehela nafas pasrah, dan meminta izin untuk masuk kamar.
"Mmm..bunda, Raina kekamar dulu ya. Mau rapihin tempat tidur, nggak sempet tadi." Pamitnya dan langsung berlari kekamar.Bundanya masih menatap kepergiaan anaknya itu. "Bunda tahu perasaan kamu sayang, jangan khawatir, Fatimah adalah adik Fauzan, jadi jangan takut Fauzan menjadi milik orang lain. Karna yang bunda tahu Fauzan akan datang untuk melamarmu." Batinnya.
To be continue
Jangan lupa kasih vote ya😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Terakhir
SpiritualPertemuan tidak disengaja itu membuat kedua insan itu saling mencintai dalam diam. Raina gadis polos bertemu dengan polisi muda tampan yang bernama Fauzan, lelaki sopan dan tentunya sangat sholeh. Tanpa mereka sadari benih-benih cinta mulai tumbuh...