19. Sebal

1K 54 0
                                    

Dua gadis cantik sedang termenung didepan komedi putar. Mereka berdua duduk, diam, dan merenung meratapi nasib. Bagaimana tidak, mereka sedang menunggu dua sejoli sedang bercanda ria dengan mengikuti komedi putar itu.
Eitss.. jangan salah ya kalian, bukan berarti mereka sedang menunggui Fauzan dan gadis misterius tadi ya. Tapi Raina dan Sopia sedang menunggu orang tuanya Raina. Ayah dan bundanya sedang menikmati wahana komedi putar.

Terlihat sekali bahwa ayah dan bundanya sangat bahagia, mereka seakan mengulang masa-masa masih muda dulu, saat awal mereka menikah, sebelum Raina lahir kedunia ini.
Raina merenung bukan berarti dia tidak suka melihat orang tuanya seperti anak kecil, mengikuti semua wahana yang ada. Tapi dia merenungkan hal lain, dan para pembaca pasti sudah tahu siapa yang Raina pikirkan.

Sopia sangat lelah melihat Raina hanya diam saja seperti patung, tak ada suara apa pun yang keluar dari mulut gadis itu. Dia heran tadi Raina seakan bersemangat saat datang kesini, tapi semenjak Raina habis dari toilet, dia seakan kena musibah. Memang sih tadi mereka berdua terkena musibah dengan matinya bianglala dan membuat mereka syok. Tapi sepertinya bukan karna itu deh, Sopia menimbang-nimbang haruskah dia bertanya.

Dan akhirnya runtuhlah sudah pertahanan Sopia untuk bertanya banyak pada Raina, apa gerangan yang terjadi pada sahabatnya itu.
"Rain... lo dari tadi kok diem aja sih? Lo kenapa lagi coba!" Tanya Sopia akhirnya.

Raina hanya menggelengkan kepalanya pelan, dan menghembuskan nafasnya secara perlahan.

"Cerita dong sama gue, dari tadi lo kaya punya masalah gitu. Tadi baik-baik aja, lah sekarang kaya orang putus cinta aja." Sopia masih bertanya, walau pun Raina hanya menjawab dengan gelenngan kepala saja.

Bukannya menjawab pertanyaan beruntun Sopia, Raina hanya menatap sahabatnya itu.
"Lo kenapa sih dari tadi liatin gue, bukannya dijawab malah diliatin aja, gimana sih!" Kesal Sopia.

Raina mengehela nafas pelan.
"Aku nggak papa kok Sop, kamu tenang aja ya." Jawabnya dengan senyuman menghiasi bibirnya.

"Dari tadi kek ngomong apa susahnya sih, nah kalau senyum gini kan enak diliatnya. Bukan kayak tadi diem-diem bae, jelek yang ada!" Kekeh Sopia dan dibalas tatapan elang Raina.

Sopia masih terkekeh melihat ekspresi Raina yang seolah-olah ingin menerkamnya.
"Atau lo masih marah karna gue tinggal?" Tanya Sopia lagi.

"Iya! Aku masih sebel sama kamu, pokoknya sebel!" Pekik Raina.

Flashback on

"Sopia mana sih kamu, aku cape keliling cari kamu, tapi tetap nggak ada!" Dengus Raina sebal.

"Kenapa nggak ditelpon aja!"

Ada suara mengintrupsi Raina untuk menelpon Sopia. "Oiya..yaa, kenapa nggak kepikiran dari tadi, duh aku jadi linglung sekarang!" Jawab Raina.

Dia bingung, siapa orang yang menyuruhnya untuk menelpon sahabatnya itu, dengan was-was Raina menoleh kebelakang. Tepat dimana suara misterius itu berada. Dan!

Raina kaget karna yang dibelakangnya itu Sopia, orang yang dia cari-cari sedari tadi. Bukannya senang karna Sopia sudah ditemukannya, tapi dia malah sebal dan ingin memarahi Sopia sekarang juga. Sopia masih berdiri dengan cengiran khasnya, merasa tidak bersalah Sopia masih saja tersenyum.

"Sejak kapan kamu ada dibelakangku Sopia?" Tanya Raina pada akhirnya.

"Sejak tadi." Jawabnya santai

"Kamu tau nggak kalau aku dari tadi muter-muter cariin kamu?" Tanya Raina lagi.

"Iya tau." Mengangguk polos.

Raina masih bersabar dan bertanya lagi.
"Terus kenapa kamu nggak langsung muncul didepanku!" Pekik Raina.

"Inikan udah muncul." Jawab Sopia merasa tak bersalah.

Ingin sekali Raina menghilang dari bumi ini, Sopia seakan tak bersalah membuat Raina kelimpungan mencarinya. Bukannya meminta maaf, Sopia malah tertawa melihat ekspresi Raina yang hampir meledak.

"Hahahaa... aduh Raina, santai aja dong tuh muka, jangan dijelek-jelekin!" Masih tertawa.

"Kamu? Ah sudahlah!" Pasrah Raina, karna menurutnya Sopia akan tetap membuatnya kesal saja.

"Yaudah atuh maaf.. gue tadi habis dari toilet. Gue pikir bakal ketemu lo disana, eh tau-tau udah nggak ada!" Balas Sopia.

Jawaban ini yang ingin Raina dengar sedari tadi, bukan malah jawaban ngelantur seperti tadi.
"Kenapa nggak bilang dari awal sih Sop kalau kamu habis dari toilet juga?" Tanya Raina.

"Kan kamu nggak tanya?" Jawab Sopia polos sambil memainkan rambutnya.

"Tadikan aku tanya Sopia!" Raina tak bisa menahan kesalnya lagi.

"Hehee... iya..iyaa maaf deh. Lo kan tau sendiri kalau gue suka banget bikin lo kesel. Yaudahlah Rain, karna sekarang gue udah sama lo, jadi jangan marah-marah lagilah. Emang mau lo cepet tua sebelum waktunya?" Jelas Sopia panjang lebar.

Raina mengehela nafas pasrah lalu menghembuskan perlahan. "Yaudah deh aku maafin." Jawabnya.

"Nah gitu dong, itu baru sahabat gue!" Balas Sopia dan ingin memeluk Raina. Tapi Raina mengundurkan langkahnya, dan membuat Sopia mengernyit heran.

"Lo kenapa Rain? Nggak mau gue peluk?" Tanyanya.

"Es krim aku mana Sop?" Tanya Raina, karna dia tidak melihat Sopia membawa es krim pesanannya.

Sopia kaget dan langsung memberi Raina cengiran khasnya, yang membuat Raina semakin kesal saja.

"Ihh mana Sopia es krim aku?" Tanya Raina lagi.

"Hehee.. itu Rain, es krim lo gue makan tadi dijalan." Jawab Sopia dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Haaa?!" Raina melongo dibuatnya.

"Abis gue juga muter-muter cari lo, terus capek. Gue juga haus pas nyariin lo, eh gue sampai lupa kalau gue lagi bawa es krim. Dari pada mubazir mending gue makan aja es lo sampai habis." Terangnya panjang kali lebar.

Lagi-lagi Raina hanya bisa mengelus dada, sabar-sabar batin Raina.

"Terus aku makan apa?" Tanya Raina dramatis.

"Ya beli lagilah Rain, gitu aja dibikin repot!" Jawab Sopia sakartis.
"Yaudah buruan katanya mau es krim?" Lanjutnya lagi.

Raina masih diam, dan itu membuat Sopia sebal. Langsung ditariknya Raina untuk menuju tempat es krim berada, dia akan membelikan Raina es krim, ya bisa dibilang mengganti es krim yang belum sempat Raina santap.

Flashback off

"Ishhh kan gue udah minta maaf, dan juga udah gue ganti kok!" Sopia tidak terima kalau Raina masih merajuk soal tadi.

Raina hanya menatap Sopia sekilas, lalu mengalihkan pandangannya pada orang tuanya. Raina melihat bahwa ayah dan bundanya seperti tak punya beban. Ingin sekali Raina seperti itu juga, tinggal bersama dengan orang yang dicintainya. Melakukan semuanya berdua, dan dia ingin seperti ayah dan bundanya bersama Fauzan. Katakanlah bawha Raina ingin hidup bersama Fauzan, dan itu benar adanya.

Tapi mengingat Fauzan bahagia bersama gadis itu, membuat Raina tersenyum miris. Begitu tidak beruntungnya dia, baru merasakan cinta eh malah langsung tersakiti. Raina belum pernah mencintai seseorang, dan Fauzan adalah cinta pertamanya. Tapi secepat itu pula hatinya terluka.

"Mungkin benar, berharap kepada manusia adalah kesia-siaan belaka." Batinnya.

Raina segera bangkit dari duduknya, karna ayah dan bundanya mengajak mereka untuk pulang. Karna sudah larut malam. Mereka langsung menuju mobil untuk pulang kerumah.

***

Pilihan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang