Marvo memberhentikan mobil nya di halaman rumah miliknya dan turun dari mobil.
"Ayo turun." Marvo membukakan pintu mobil nya agar Gracie ikut turun. "Ada apa?" Tanya Marvo saat melihat Gracie enggan turun.
"Ada apa gie?"
Gracie langsung menoleh saat mendengar suara pria itu menyebut nama nya dengan sangat lembut "Terakhir kali aku terluka saat kau membawa ku kemari, kali ini apa aku harus terluka lagi karna mu?" Gracie menoleh ke atas menatap Marvo yang berdiri di depan nya.
"Tidak akan, jadi ayo turun." Marvo mengenggam tangan Gracie dan membawa nya masuk ke dalam rumah.
••••••
"Duduklah." Marvo menyuruh Gracie untuk duduk. "Akan kubuatkan minuman, ah lapar? Ku buatkan juga makanan, lakukan sesuka mu saat menunggu ku." Ucap Marvo lalu berjalan ke arah dapur.
"Heh? Tunggu."
"Apa?" Marvo menoleh ke belakang.
"Mau kemana?"
"Toilet, tentu ke dapurlah." Marvo menggeleng melihat pertanyaan yang lolos dari mulut Gracie. Marvo langsung pergi ke arah dapur dan menyuruh Gracie duduk diam saja.
Gracie terdiam berdiri menatap kepergian Marvo, dia sangat jelas mendengar ucapan pria itu barusan tetapi yang sulit dipercaya Marvo membuatkan makanan untuk nya? Gracie benar benar dibuat merinding karna sikap pria itu. Gracie langsung beralih melihat sekeliling rumah ini, sepi.
Apa Marvo tinggal sendiri sekarang? Apa tidak ada pembantu dirumah sebesar ini? Sedari tadi aku tidak melihat seseorang selain dirinya dan Marvo.
Gracie memilih berkeliling menunggu Marvo yang entah melakukan apa di dapur, Gracie beralih melihat bingkai bingkai di setiap dinding rumah ini. Ada banyak foto keluarga Marvo bersama orang tua dan adik nya.
Aneh sekali, Maro tidak suka berfoto atau memang tidak pernah di ajak berfoto bersama mereka.
Gracie sangat aneh melihat tidak ada sosok Maro di setiap foto yang terpajang di dinding itu. Gracie menemukan ruangan yang pintu nya terbuka sedikit membuat nya penasaran dan masuk ke ruangan itu, melihat sekeliling nya dia bisa menebak jika dia memasuki kamar milik adik perempuan Marvo.
Gracie menoleh dan tertarik melihat benda yang terletak di bawah bantal itu dan setelah melihat nya dia menebak buku itu pasti catatan keseharian pemilik kamar ini.Wanita pendiam, hanya berani bercerita melalui buku, Velucin yang malang.
Gracie menebak kepribadian adik dari saudara kembar itu, setelah menaruh buku itu kembali dia keluar dari kamar itu dan berjalan ke arah dapur yang terus membuat nya penasaran apa yang di lakukan Marvo.
Gracie bersandar dan menatap pria yang sibuk memasuki mie instan ke dalam air panas. Gracie hanya menggelengkan kepala nya, dia kira Marvo akan membuatkan makanan spesial untuknya ternyata dia hanya di buatkan mie instan saja.
"Oh, kenapa kemari? Sudah kubilang tunggu saja." Ucap Marvo setelah melihat Gracie menghampiri nya.
Gracie hanya diam dan duduk sambil menatap pria yang sibuk dengan masakan nya itu. Selang beberapa menit Marvo menghampiri nya dengan membawa semangkuk mie instan yang sudah dibuat nya.
"Aku hanya pandai membuat ini." Ucap Marvo dan tersenyum manis sambil mengusap lehernya.
"Manis sekali." Tanpa sadar Gracie berkata dan membuat Marvo mengerutkan dahinya. "Ahh, maksud ku makanan ini manis." Jawab Gracie salah tingkah. "Tidak, minuman ini bukan makanan nya." Sambung Gracie setelah sadar tidak mungkin mie instan itu rasanya manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST ME
Teen Fiction[COMPLETED] WARNING: Ada adegan kekerasan fisik maupun mental. Wanita ini beruntung di lahirkan oleh kedua orang tua yang saling mencintai hingga membuat nya berpikir jika jatuh cinta itu pasti hal yang terindah yang akan terjadi di kehidupan nya...