Satu minggu kemudian...
Seperti keinginan Gracie, Marvo menjahui nya, menjaga jarak dan mencoba tidak ingin tahu apapun tentang wanita itu.
Marvo selalu menemani Nara, menemani Nara saat orang tua nya lebih memilih bercerai dua hari lalu. Nara menjahui keluarga nya dan sesekali tinggal bersama nya.
"Kenapa mereka di takdirkan bersama jika hanya sesaat saja?"
Nara tidur di halaman belakang rumah Marvo dan menatap langit yang begitu cerah "Kenapa memilih berpisah padahal bisa bersatu." Sambung Nara sangat bingung dengan pemikiran orang dewasa.
Marvo yang duduk langsung menatap Nara, pasti wanita di sebalah nya tersiksa melihat orang tua nya berpisah.
"Marvo, kamu masih menyukai ku?" Tanya Nara memiringkan tubuh nya dan bertanya pada Marvo. "Kamu bilang, kamu mencintaiku dan akan menikahi ku. Jika aku bisa meminta, bisakah kamu menikahi ku secepat mungkin?" Ucap Nara yang meminta Marvo menikahi nya sontak membuat Marvo menoleh dan menatap nya.
Marvo ikut tidur, menahan kepala nya dengan tangan nya dan menatap Nara "Apa? Kenapa? Kenapa ingin buru buru menikah." Marvo tertawa melihat tingkah Nara konyol meminta sesuatu dari nya.
"Agar aku bisa tinggal bersama mu, agar bisa menjahui mereka semua."
"Kamu bisa tinggal di sini kapan pun kamu mau, jangan menjahui mereka, semua keluarga mu menyayangi mu Nara."
Nara menghela nafas dan menatap langit yang bersilau "Andai kamu tahu, ada banyak hal yang aneh di rumah itu, pertama aku pernah melihat daddy bermesraan dengan Mom Grace lalu aku melihat daddy Dylan menatap mereka dan pergi begitu saja, ke esokan nya terlihat biasa saja di antara mereka. Kedua, aku pernah melihat mommy membawa paman mike masuk ke kamar nya, kamu tahu Marvo aku yang mengatakan itu pada daddy sampai mereka bertengkar hebat. Aku sendiri yang menghancurkan hubungan orang tuaku." Nara bercerita karna tidak tahan lagi memendam cerita nya sendiri.
"Aku hanya merasa keluarga kami benar benar berbeda tidak seperti keluarga yang lain, ada banyak hal yang aneh dan mereka bersikap seolah itu biasa saja." Sambung Nara.
"Jangan lupakan, keluarga ku lebih aneh sebelumnya." Ucap Marvo mengingat keluarga yang juga aneh di mata nya. "Aku pernah dibuang, lalu di punggut kembali dan menjadi penguasa di rumah ini, itu lebih aneh bagiku dan Maro pernah ingin membunuhku, menurutmu ada hal yang lebih aneh dari itu?"
Nara terdiam, mendengar cerita Marvo membuatnya berpikir kenapa kehidupan mereka di sekelilingi oleh orang aneh.
Nara langsung bangkit dan menatap Marvo "Mau melarikan diri? Kamu pernah memberikan ide sewaktu itu, ayo kita pergi sejauh mungkin." Ajak Nara yang sungguh ingin melarikan diri. Marvo ikut duduk dan terdiam menatap Nara. "Ayo, kamu pernah ingin membawa ku ke suatu tempat yang hanya kita berdua saja di sana, ayo kita pergi ke sana sekarang." Ucap Nara meminta agar Marvo membawa nya pergi jauh.
"Saat ini keluarga mu lebih penting Nara, mereka tidak bisa hidup tanpamu."
"Kamu juga tidak bisa hidup tanpaku bukan? Dan sekarang aku memilih mu, kita bisa bersama dan hidup tenang."
Marvo terdiam.
"Ada apa? Bukankah hidup bersama ku adalah impian mu? Ayo kita hidup bersama sekarang."
Marvo tetap terdiam.
"Marvo, ada apa?"
"Tidak sekarang." Ucap Marvo langsung pergi bangkit meninggalkan Nara. Nara yang melihat Marvo membuatnya bingung, akhir akhir ini sikapnya berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST ME
Teen Fiction[COMPLETED] WARNING: Ada adegan kekerasan fisik maupun mental. Wanita ini beruntung di lahirkan oleh kedua orang tua yang saling mencintai hingga membuat nya berpikir jika jatuh cinta itu pasti hal yang terindah yang akan terjadi di kehidupan nya...