(11)

1.6K 243 12
                                    

Hari ini, mereka mempersiapkan diri untik mengikuti study tour, urusan bis dan sebagainya sudah diurus oleh pihak sekolah. Ini sudah seminggu setelah kejadian Heejin marah dengan Siyeon.

“Gue duluan.”

Siyeon menatap redup punggung Heejin, “Jin, kenapa sih?”

“mau siapin barang!”

“Tapi kenapa lo enggak ajak gue?”

“Emangnya harus ya?”

Siyeon menghela napas, “Maaf.”

“Ga guna tau gak, mending lo siapin barang lo daripada disini minta maaf—yang gak bakal gue terima.”

Heejin, cewek itu pergi begitu saja. Apapun yang terjadi, apapun yang Siyeon alami, ini kali pertamanya ia menjadi orang yang seperti ini, entah harus dengan cara apa ia mendapatkan kembali kepercayaan Heejin.

Siyeon membuang napasnya pelan, ingin sekali rasanya menangis, tapi apalah daya kalau dia sendiri tak tahu yang ingin ia tangisi adalah sikap Heejin ataukah perbuatannya.

“Masih marah?” suara berat Jeno datang.

Cewek itu menoleh menatap Jeno, “Gue gak ngerti kenapa semuanya bisa kayak gini...” air mata Siyeon ingin sekali jatuh, tapi Siyeon terus menahannya.

Jeno menatap lekat wanitanya kemudian memeluk cewek itu dengan hangat, “Kamu tenang aja ya, kasi Heejin waktu sendiri.”

“Jeno ... gue ...,” Jeno mengeratkan pelukannya, “Gak usah dibahas ya, Sayang.”

Siyeon menahan dengan kuat sekali lagi, Jeno membuat pelukannya semakin erat, “Mau makan tteokbokki aja, gak?”

✨✨✨

“Minuuum,” Siyeon mengipas ngipas mulutnya. Jeno terkekeh. Hujan di luar kedai, membuat rasanya sangat nyaman melihat perempuan yang sedang dalam tingkah lucu.

“Kamu tuh kenapa sih lucu banget?” tanya Jeno.

Siyeon tertegun, ia menelan dengan paksa air yang sedari tadi belum masuk melalui tenggorokannya, berusaha mencerna apa yang Jeno katakan.

“Gue? Lucu? Paan sih lo,” Siyeon menusuk lagi tteokbokkinya dengan tusuk sate.

Jeno tersenyum tipis, ia mengalihkan pandangannya begitu melihat layar ponselnya hidup panggilan telepon dari Renjun, Jeno segera mengangkatnya lalu sedikit menjauh dari Siyeon.

Beberapa menit kemudian cowok itu kembali dan melirik cewek yang sedang asik menyantap makanannya, ia menghela napas kemudian duduk kembali dan menatap cewek itu.

“Kenapa si liatin gue kayak gitu? Tadi ditelpon ngapain?” tanya Siyeon.

“Harus pulang sekarang, aku anter kamu balik ya?” tawar Jeno.

Siyeon mengernyit, “Enggak ah, gue masih di sini, lo aja.”

“Aku duluan,” Jeno bangkit dan memasang jaketnya kemudian mengambil kunci motornya dan mencium kening cewek itu.

Cewek itu masih termenung, “Hah?” Siyeon mendengus, teganya Jeno meninggalkannya sendirian di sini.

“Tu cowok kenapa sih?” Siyeon menahan senyumnya, wajahnya memerah malu karena tadi dicium singkat oleh Jeno, ia tidak bisa bayangkan bagaimana jika ia benar pacar sungguhannya Jeno.

✨✨✨

“Sendirian aja?” suara berat itu membuat Heejin menoleh seketika, jantungnya hampir lepas dari tempatmya melihat perawakan pria yang ia sukai dari dulu kini tersenyum padanya.

Heejin mengangguk kaku, “I-Iya.”

“Mau gue temenin?” tanya Hwall, cowok itu ikut melihat-lihat aksesoris wanita seperti anting yang baru saja dipegang oleh Heejin.

Cewek itu diam. Tidak tahu harus menjawab apa, ia membatu saat ditanya Hwall, padahal beberapa hari lalu tidak begini, ia yakin sekali rasa sukanya pada Hwall semakin memuncak.

“Kok diem?” tanya Hwall, memastikan.

Heejin menoleh, “E-eh? Iya? Apa? Eh enggak,” jawabnya kebingungan sendiri, membuat Hwall tertawa kecil semakin menjadi tidak terkontrol rona merah di wajah Heejin.

“Lo mau belanja apa, nih? Buat este?” Hwall melirik beberapa macam lipbalm di sampingnya, “Kalo este lo pake lipbalm aja, biar bibir lo enggak kering tapi juga enggak terlalu menor,” ujar cowok itu nampak tahu sekali.

Jelas, dia dan Siyeon bukan tak pernah belanja begini.

Heejin masih belum mau bicara, tetapi Hwall masih mau bicara, “kalo liptint, gue saranin lo pake pink aja, soalnya itu cocok di bibir lo, lo tau sendiri kan muka lo cantik, banget. Jadi pake pink bawa kesan muda aja gitu buat lo—”

Hwall bodoh. Heejin bukan Siyeon.

“Eh? Gue kayak kebacotan gitu gak sih?” tanya Hwall.

“ENGGAK! Enggak sama sekali! Gue bakal ngikutin semua saran lo, kok!” asal itu bisa buat lo suka sama gue Heejin tersenyum manis, melihat manik mata Hwall yang hitam dan sedang menatapnya lekat penuh tawa.

Gue bisa rasain, sekarang lo udah mulai bisa suka sama gue, Hwall.

Hwall masih tersenyum lebar, ia melihat mata Siyeon.

Lo cantik banget, Yeon.

“Hwall? Lo kok masih ngeliatin gue kayak gitu, ntar lo suka tau!” ucap Heejin.

Tetapi cowok itu masih terbuai pikirannya, “Gue udah suka sama lo dari lama kali, lo aja gak sadar sadar dan gak pernah lirik gue.”

“Si—” Hwall mengerjapkan matanya, “Kata temen temen gue lo berantem ya sama Siyeon?” tanya Hwall, ia lupa beberapa detik dan menit yang lalu ia mengatakan semua hal itu pada Heejin, bayangannya adalah Siyeon.

Heejin membuang napasnya kasar, “Enggak, gue cuman ya... enggak mau aja gitu ngomong sama dia dulu,” kata Heejin.

“Kenapa gitu? Orang cantik sukanya marah, ya?” gumam Hwall.

Cewek itu habis dibuatnya merah merona. “Lo ngapain disini?”

“Tadi lewat,” kata Hwall.

Ok, Heejin, jangan gegabah.

“Lalu?”

“Nyamperin lo, karena liat lo sendirian belanjanya, mendingan gue temenin, 'kan?”

Heejin menahan senyumnya, begini saja tolong. Hanya begini saja bisa membuat Heejin merasa seperti ada di dunia mimpi. Apa ini memang mimpi?

“Kenapa? Senyum senyum gitu?”

“Ah, enggak.”

“Ayo, gue temenin belanja.”

Gimana coba gue enggak makin suka sama lo, Hwall.

[][][]

Lama banget heran aku updatenya, maaf yaa kemarin kemarin bukan lupa tpi tidak fit, abis uas aku sakit jadi baru sehat sekarang nih, udah aku update.

terimakasih buat yang udah mampir, luv u all.

[✓] Dating With JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang