Pulang sekolah, Jeno menepati janjinya kepada Siyeon untuk menemani Siyeon membeli buku referensi. Bagaimana sih? Kenapa Jeno sama Siyeon bisa ada janji?
Hari itu, ketika Mark sedang berbicara asik dengan Siyeon, Mark mengatakan ia akan meminjamkan bukunya untuk Jeno. Buku tentang psikologi. Siyeon yang kebetulan lewat, ia kebetulan juga sangat menyukai psikologi sama dengan Mark.
Waktu itu Siyeon menanyakan Mark dimana membeli buku itu, tetapi, Mark menjawab itu Jeno yang membelikannya waktu jaman SMP. Jadi, Mark menawarkan Siyeon untuk pergi bersama Jeno.
Dan disinilah Siyeon menunggu, di halte bus samping sekolah. Ia menunggu Jeno yang katanya akan menjemputnya di halte ini. Padahal ini untuk menunggu bus, aneh-aneh saja Jeno.
Suara motor dan klakson pelan terdengar di telinga Siyeon, cewek itu menoleh melihat Jeno datang dengan motor vespa merahnya. Jeno berhenti di depan Siyeon.
Jeno jadi ingat mimpinya saat Siyeon menolaknya mentah-mentah, tetapi, karena melihat Hwall, ia justru menyuruh Jeno mempercepat laju motornya dalam mimpi itu.
Bahkan, Jeno masih tidak percaya kalau itu semua adalah mimpi. Tapi realitanya memang itu hanyalah mimpi, padahal banyak sekali konflik yang ia hadapi, terasa nyata tetapi hanya mimpi.
“Jeno? Lo kok diem aja, sih?” Siyeon bersuara ketika cewek itu sudah duduk di jok belakang Jeno, “Jalan,” perintahnya.
Jeno mengangguk, ia masih memikirkan hal yang tidak ia duga. Ia melajukan motornya dengan kecepatan normal untuk membonceng seorang cewek.
“Kamu mau buku yang persis?” tanya Jeno.
“Iya, boleh! Yang penting ada aja,” jawab Siyeon.
Mereka melewati jalanan yang sepi saat sore hari, menjelang malam. Cuacanya sangat dingin, mereka jugs sudah sampai di toko buku.
“Disini?” Siyeon membuka helmnya dan memberikannya kepada Jeno.
Jeno mengurus helm dan motornya kemudian mengajak Siyeon masuk, “Ayo,” ajak Jeno.
“Lo yakin di sini? Ini kan toko buku lama,” ujar Siyeon.
“Yakin, ini toko buku andalan aku, Siyeon. Di sini bukunya lengkap, kamu mau cari yang dari tahun berapa aja ada kok.”
Siyeon menengok ke Jeno, “Lo kok ngomongnya lembut banget sama gue?” tanya Siyeon.
“Pilih aja bukunya,” elak Jeno.
Tidak ingin memperpanjang, Siyeon segera memilih buku yang menarik perhatiannya, Buku Psikologi dan Percintaan. Cewek itu jadi ingat Hwall.
“Lo gak beli apa-apa?” tanya Siyeon.
Jeno melihat kebahagiaan Siyeon menatap buku tentang percintaan. Meskipun masih bersama Hwall, Jeno lega setidaknya cewek itu tidak sejudes dan segalak di mimpinya.
“Gue nan-----” Siyeon menoleh kemudian kalimatnya terpotong karena menangkap Jeno yang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya. Jeno sangat suka melihat Siyeon.
Jeno tersenyum, “Ambil buku yang kamu mau, abis itu kita bayar, udah malem,” tuturnya.
Mendengar penuturan Jeno menyadarkan Siyeon. Bisa-bisanya ia juga termakan oleh pandangan mematikannya Jeno.
“Y-Yaudah, kalo lo gak ada yang mau dibeli, gue udah selesai milih,” cepat-cepat Siyeon mengambil buku yang menarik perhatiannya lalu segera meninggalkan Jeno yang masih berdiri di sana.
Siyeon mengumpat, “Gila lo Yeon. Tapi kenapa juga, sih, dia pake liatin gue segala?!” protesnya tidak terima.
Jeno menyusul Siyeon yang sedang membayar bukunya. Ia kemudian membiarkan Siyeon jalan lebih dulu keluar dari toko buku ini dan selalu berjalan di belakang menjaga cewek ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Dating With Jeno
FanfictionTernyata untuk pacaran itu tidak mudah. Jangankan pacaran, mendekatinya saja sudah sulit, banyak sekali tantangan dan masalahnya. Tapi tidak apa, karena ini ceritaku, Lee Jeno Pacaran dengan Siyeon. start : 3 july 2019 end : 14 may 2020 stories writ...