(18)

1.4K 212 5
                                    

“Kenapa bisa belum balik?” tanya guru PPL cowok, namanya Jae Park—yang bercanda dengan Nancy dan Siyeon tadi.

Nancy menangis khawatir, “Enggak tau, Pak! Tapi, tadi saya memang enggak jalan bareng Siyeon.”

Pak Jae mengangguk mengerti kemudian merangkul Nancy dan menenangkan anak muridnya itu. Di lain pihak, terdapat Heejin yang juga khawatir dengan Siyeon.

“Pak, Jeno juga—” Haechan ingin berbicara, tetapi, sudah dipotong duluan dengan Jinyoung, cowok itu menggeleng menahan kalimat Haechan.

Haechan mengernyit bingung, tatapannya berkata, kenapa? Pak Jae harus tau juga. Semacam itu, tetapi Jinyoung tetap menggeleng. “Nanti Pak Jae khawatir.”

Jae Park adalah guru PPL yang menjadi penanggungjawab mereka selama di sini. Jinyoung yakin, keadaan akan semakin suram kalau Pak Jae tahu, bahwa Jeno juga tidak di tempat. Terlebih akan banyak pihak yang mencibir padahal mereka tidak tahu apakah Siyeon dan Jeno sedang bersama atau tidak.

“Yonghee, sini,” panggil Pak Jae.

Yonghee langsung menghampiri pak Jae. Ia turut khawatir sebab Jeno juga tidak ada di sini, tetapi seperti yang dikatakan Jinyoung, jangan memperkeruh suasana, karena semuanya pasti baik-baik saja.

“Kamu tolong sama Jinyoung pisahin mereka semua, suruh kembali ke kamar masing-masing, dan tolong bilang juga ke Heejin kasi tau ke teman-temannya kembali ke kamar mereka masing-masing.” Tegas Pak Jae kepada Yonghee.

Yonghee mengangguk mantap, artinya dia paham betul dengan apa yang diarahkan oleh Pak Jae. Kemudian, Yonghee berjalan pelan tidak menimbulkan kericuhan, ia berbisik ke Heejin yang memang sedang khawatir.

“Heejin, lo kasi tau ke bagian putri ke kamar mereka masing-masing,” kata Yonghee pelan.

Heejin mengangguk mengerti. Akan tetapi, dapat Yonghee lihat kecemasan terpaut di wajah Heejin yang manis itu. Yonghee menepuk pundak Heejin pelan. “Semuanya bakal baik-baik aja, lebih baik sekarang lo istirahat, pikiran lo lagi gak tenang, Heejin. Jangan pikirin yang lain, gue pastiin Siyeon balik ke sini dengan selamat.”

Mata Heejin semakin berkaca-kaca dibuatnya. Sontak saja, Yonghee meraih tangan Heejin dan menggenggamnya kemudian mengangkatnya sedikit keatas memberikan simbol semangat. Kemudian cowok itu tersenyum di depan Heejin.

“Tenang, ya. Sekarang lo istirahat aja, gih. Jangan mikir yang macem-macem,” kata Yonghee, kemudian ia menghampiri Jinyoung setelah sebelumnya tersenyum lagi untuk memberi semangat pada Heejin.

Jinyoung menoleh ke Yonghee, “Kenapa?” tanya Jinyoung seakan tahu, Yonghee ingin mengatakan sesuatu.

“Kita arahin temen-temen balik ke kamar dan tidur,” kata Yonghee. Lalu, Jinyoung mengangguk paham.

“Temen-temen semua, balik ke kamar kalian masing-masing, lalu tidur. Urusan ini bisa kita urus malam ini, besok kita masih ada kegiatan lagi, kan.” Tegas Jinyoung.

Mereka semua mengerti, mencoba paham dengan situasi seperti ini. Menangis dan cemas hanya akan membuat suasana menjadi tegang. Sebaiknya mereka semua tidur di kamar mereka masing-masing agar tidak ada lagi masalah yang dapat timbul.

Malam ini, Jeno sangat menikmati momennya bersama Siyeon. Bersama perempuan yang sangat ia rindukan. Entah mulai kapan Jeno merasa nyaman berada di dekat Siyeon, sejujurnya perkataan Jinyoung benar. Jeno memang sakit hati juga saat menjauh dari Siyeon.

Berawal dari membantu Siyeon bebas dari Hwall, Jeno memperlakukan Siyein sebagai pacarnya, hanya dalam hitungan jam per hari, Jeno mulai terbiasa dengan mengusik Siyeon. Tetapi, ia tidak mengerti mengapa Taeyong melarang hubungan mereka.

[✓] Dating With JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang