Suasana ricuh meriah, banyak sekali suara teriakan anak cheers waktu tim Jeno main basket, soalnya isinya ada Mark, Jeno, Renjun, Haechan, Jaemin dan yang lain yang punya paras luar biasa di atas kkm.
“Tuh, liat! Cowok lo disorakin sama cewe cewe, degem semua lagi.”
Siyeon hanya menoleh begitu mendengar penuturan Nancy, ia tak mau ambil pusing, masih ingin marah karena Jeno meninggalkannya kemarin, sendirian, tidak dijemput pula.
PRIIIITT.
“Thank you, ya,” Jeno tos tosan sama tekan satu timnya, lalu membungkuk pada lawan mainnya dan mengatakan lawan mainnya bagus.
Mata Jeno beralih menatap Siyeon yang kini juga tak sengaja menatap dirinya, Jeno berlari ke arah Siyeon, Mark dan Renjun sudah bertatap tatapan. Mereka tidak mau Jeno jatuh dalam pesona Siyeon.
“Hai Sayang,” sapa Jeno, mengacak rambut wanita itu.
Nancy saja menahan pekikan, melihat manisnya Jeno.
“Apaan si sayang sayang, gak inget lo kemaren ninggalin gue?” tanya Siyeon sinis.
Jeno menghela napasnya, “Kenapa? Masa marah sih? Kan kamu juga ngebolehin aku pulang, aku udah tawarin kamu anter balik.”
“Sumpah ya, lo jadi cowok gak ada pekanya sama cewek,” ujar Siyeon.
“Yeon,” panggilnya lembut, ia membenarkan rambutnya yang menutupi mata, keringatnya masih memenuhi seluruh tubuhnya.
Siyeon hanya menatapnya, tidak mau bicara, ia kemudian hendak pergi tetapi tangannya ditahan oleh Jeno, “Sayang, jangan gitu. Selesaikan dulu, ya?”
Detik itu juga pertahanan Siyeon hancur, oh tidak.
“Aduuuh, lo tuh lepasin tangan gue bisa enggak? Jangan gitu ah, diliatin sama yang lain.”
Jeno menatap cewek itu dalam dalam sekarang, sehingga Siyeon tidak bisa banyak berbicara, perempuan itu tidak tau kenapa pacar kontraknya seperti ini sekarang, tiba tiba saja menatapnya seperti itu, tersirat sorot mata sedih, Siyeon rasa dia merasa bersalah.
“Kenapa si natap kayak gitu?”
Jeno masih diam, rahangnya mengeras.
“Bisa ngomong berdua?” tanya Jeno. Cowok itu menarik tangan cewek itu tanpa seizinnya, tetapi Siyeon tetap mau ditarik oleh Jeno.
Sampai di parkiran Siyeon menepis tangan Jeno, “Paan sih tarik tarik segala?! Gak tau apa kita diliatin sama orang-orang?” tanya Siyeon kesal.
Jeno sampai kini hanya bisa menatapnya. “Sorry,” katanya.
“Jeno,” cewek itu memanggil dengan lembut.
“Iya?” Jeno menjawab, ia masih membenarkan tali sepatunya.
“Sorry, Jeno.” Ucapnya dengan serius.
“Kenapa?” Jeno langsung menoleh karena tiba tiba cewek ini minta maaf.
Siyeon menarik napas panjang, “Udah langgar peraturan.”
“Peraturan yang nomor berapa?” tanya Jeno, “Kita udah kayak orang pacaran kan? Kemaren juga skinship karena aku beneran gak tega ninggalin kamu sendiri, lalu aku enggak ngeblock line kamu, aku enggak deket cewek lain, aku juga enggak nyakitin fisik kamu. Kamu kenapa?”
Siyeon menghela napasnya, “Gue yang langgar peraturan Jeno.”
“Apa yang kamu langgar?”
“Gue baper sama lo.”
Jeno tersentak, ia terdiam. Bagaimana bisa perempuan ini baper dengannya, sedangkan Jeno hari ini bilang akan mengakhiri kontrak dengan cara baik baik.
“Aku mau ngakhirin kontrak kita secara baik baik di sini,” ucap Jeno.
Siyeon menoleh.
“Ayo kita akhirin kontrak ini.”
Siyeon terkejut, “Kenapa?”
“Aku ga bisa sama kamu.”
Hati Siyeon mencelos begitu saja.
“Nanti kamu pulang sama Renjun aja, aku enggak bisa ngantar balik. Jangan sampe keluyuran kemana mana.”
Siyeon masih diam.
Jeno berdiri.
“Kalo gak mau nganterin gue, enggak usah suruh orang buat nganter gue! Gue enggak butuh sok baik lo!” Siyeon mendorong keras Jeno, tetapi tidak membuat Jeno terjatuh.
Itu yang cowok ini inginkan. Siyeon jadi benci dengannya. Ini yang dia inginkan. Sesuai apa yang sudah ia sepakati dengan Taeyong tadi malam. Ini semua demi kebaikan Siyeon.
“Dasar cowok! Bisa bisanya dia bilang enggak bisa sama gue setelah gue bilang gue suka sama dia!”
Jeno masih mendengar ocehan Siyeon, masih.
“Sorry, Siyeon. Gue ngelakuin ini karena gue lebih sayang Bang Taeyong, dan gue enggak ada rasa apa apa sama lo.”
Jeno berjalan ke kantin sekolah, di kantin sekolah ramai sekali anak anak cheers yang ikut merayakan kemenangan tim basket. Jeno duduk tepat di samping Jaemin.
“Lo ajak ngomong apa si Siyeon? Gilak makin romantis aja lo.”
“Gua gak suka sama dia, stop bilang gua romantis.”
Jaemin kaget, kemudian meminum teh esnya. “Awas aja lo, gua liatin.”
“Tuh, Siyeon.” Bisik Haechan.
Jeno tidak menghadap. Cowok itu benar benar tidak mau perduli lagi.
“Lepasin!” Pekik Siyeon memancing semua pasang mata, melihat Hwall mencengkram tangannya.
Hwall melotot, “Diem dong!”
“Brengsek!” Siyeon menepis tangan Hwall, tapi tenaganya tak sekuat itu, dan sekarang Jeno sama sekali tidak memperdulikan wanita itu.
Lo jahat Jeno.
Siyeon tak tahan, ia menjatuhkan air matanya, ia bukan takut dengan Hwall, tapi ia sakit hati melihat Jeno sama sekali tidak melirik dirinya, tidak membantunya, bahkan menoleh saja tidak mau.
“Bro, lepasin anak orang bro. Liat sampe nangis nih anak orang!” Sunwoo datang melepaskan tangannya Hwall.
Jeno hanya mendengar, tidak mau peduli. Jeno bangkit mengambil hpnya di atas meja kemudian pergi dari kantin, tanpa menatap Siyeon sedetik pun.
Bahkan, Siyeon menangis di pelukan Sunwoo pun, Jeno tak marah, tak juga melirik. Tidak sama sekali, cowok itu seperti tidak punya waktu untuk melihat Siyeon, bahkan sedetik pun.
Cowok itu memenuhi janjinya terhadap Taeyong, setelah memutuskan kontrak dengan Siyeon, hari itu juga Jeno sudah berubah.
[][][]
terimakasih telah membaca.
selamat natal bagi semua yang merayakan pada hari ini, semoga selalu dalam lindungan Tuhan.terimakasih banget buat yang udah mau baca cerita inii... semoga kita semua bisa jadi teman, buat yang pengen tanyain aku apapun bisa messages aku ajaa...
semoga ceritaku menghibur kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Dating With Jeno
FanfictionTernyata untuk pacaran itu tidak mudah. Jangankan pacaran, mendekatinya saja sudah sulit, banyak sekali tantangan dan masalahnya. Tapi tidak apa, karena ini ceritaku, Lee Jeno Pacaran dengan Siyeon. start : 3 july 2019 end : 14 may 2020 stories writ...