(25)

1.2K 211 32
                                    

two hours ago ...

“Jeno lagi dirawat sekarang,” ujar Taeyong. Tetapi, Donghae meneleponnya untuk datang makan malam bersama dengan calon istrinya.

Taeyong mendecih, “Sampe kapanpun gak bakal gue akui wanita yang mau nikah sama Papa,” kata Taeyong lagi.

Mark berpikir sejenak, “Gimana kalo gue sama Renjun aja yang dateng?”

Renjun yang tengah menikmati yoghurtnya, seharian tidak ada makan, ia langsung terbatuk-batuk. “Maksud lo?”

“Gua sama Renjun datang, gantiin lo sama Jeno,” jelas Mark sekali lagi, ia memperjelas kepada Taeyong, padahal yang bertanya itu Renjun.

Taeyong masih berpikir.

“Jadi lo pergi?” tanya Renjun ke Taeyong.

Taeyong langsung menggeleng, “Gak bakal. Gue harus di sini sampe Jeno sadar. Lo gak denger tadi penjelasan dokter apa?”

“Emang apa kata dokter?” Renjun sungguh tidak tahu rupanya.

“Kaki Jeno cidera, harus istirahat, dan karena syok dia masih pingsan. Gue gak berharap Jeno cepet sadar biar bisa makan malam. Biarin Jeno istirahat, gak bakal dateng gue.”

Mark menepuk tangannya, membuat Taeyong dan Renjun terkejut.

“Pas banget, kalo gitu gua sama Renjun yang dateng,” Mark menaikkan alisnya.

Renjun tahu betul alasan Mark, “Lo pasti mau makan, kan?” tebak Renjun.

Mark mengangguk.

“Tau aja lo, emang adek paling pengertian,” Mark hendak memeluk Renjun tetapi sudah dihindari oleh Renjun.

Taeyong berdeham, “Oke, lo sama Renjun yang datang.”

“Kok lo setuju, sih? Kalo Om Donghae marah gimana?” tanya Renjun.

“Apa pengaruhnya sama gue?” tanya Taeyong.

Ia tidak mau bertemu dengan Ayah status KK saja. Hanya sebatas hitam di atas putih. Buat apa Taeyong memerdulikan Donghae yang akan marah besar dengannya atau Jeno? Toh, selama ini Taeyong menghidupi dirinya dan Jeno, sebatang kara.

Tidak ada bantuan dari siapapun. Orangtuanya. Sekarang Jeno terbaring di rumah sakit saja, Donghae masih bisa mengajak keluarga calon istrinya makan malam.

Tentu, Taeyong akan berterimakasih atas kesempatan yang diberikan. Dilahirkan ke dunia. Tapi, untuk hidup selama 20 tahun lebih, dirinya dan Jeno tidak mendapat kasih sayang, Taeyong rasa Donghae tidak berhak atas dirinya dan Jeno.

“Gue janji deh gak macem-macem,” Mark menambah keyakinan Taeyong.

Mau macam-macam atau tidak bukan urusan Taeyong. Dia akan tetap memantau Jeno hingga adiknya itu sadar. Begitu sadar, Taeyong akan memaki Jeno dan mengatai adiknya itu bodoh.

“Jangan banyak wacana. Gue yakin nyampe sana lo juga bakal gak bisa diem,” kata Taeyong.

Mark terkesiap, “Gak!” Mark kemudian ragu, “Gak sih,” cowok itu menggaruk dagunya, “Gak janji, Bang. Suer apapun maafin gue.”

Taeyong terkekeh kemudian memeluk kepala Mark, “Awas lo kalo calon istrinya nangis!”

“Gak segitunya bro,” kata Mark.

Renjun menggelengkan kepalanya, “Dah pada gak waras,” Renjun berjalan ke ranjang Jeno.

“Eh iya, Bang. Kok lo mesen kamar VIP, sih?” tanya Renjun, ia duduk di sebelah ranjang Jeno.

[✓] Dating With JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang