08. Come And Hug Me (S2) FIN

1.8K 184 24
                                    

Pasca operasi, Jeno masih merasakan sedikit sakit. Ia belum bisa bergerak dengan cepat atau lambat sekalipun, ia tidak boleh banyak bergerak, terlebih berjalan.

Renjun yang melihat Jeno sadar kala itu, langsung senang dan memeluk sepupunya itu. Tidak ada yang bisa membuatnya lebih senang selain melihat Jeno sadar.

Jisung, Chenle sedang mengunyah buah yang diberikan oleh Jisoo waktu kunjungan untuk Jeno. Tidak lupa dengan Mark yang terus menjahili Jisung, mengambil jeruk Jisung. Sengaja. Jisung suka jeruk, jadi Mark sengaja mengerjai anak termuda itu.

“Bang! Udah dong,” keluh Jisung, ia melotot tajam kepada Mark lalu menunjukkan gambar semangka dari ponselnya.

Mark langsung terkekeh dan memberikan jeruk itu kepada Jisung. Anak termuda itu suka sekali mengancam Mark dengan gambar semangka di ponselnya. Biasanya ia suka menggambarnya amburadul sehingga membuat hati Mark terombang-ambing melihat coretan di gambar semangka.

“Lo gimana?” Renjun duduk di sebelah ranjang Jeno, “Udah mendingan?” tanyanya.

Jeno terkekeh pelan. “Heh, lo udah nanyain ini ke gue yang ke-100 kalinya. Gue udah sehat, Renjun.”

“Syukurlah,” balas Renjun, ia tidak perduli seberapa sering ia menanyakan hal ini kepada Jeno. Ia hanya memastikan Jeno sehat.

Krieet.

Pandangan mereka tertuju ke samping, ke arah pintu. Tampak Donghae berdiri di depan pintu ruang rawat Jeno.

Tercengang. Itulah yang dialami Renjun, Mark, Jeno, Jaemin, Haechan, Jisung, Chenle. Tidak dengan Taeyong.

“Anak-anak,” suara Donghae terdengar jelas. Pria paruh baya itu mendekati ranjang Jeno.

Donghae menatap Jeno dan Taeyong secara bergantian, “Jeno,” panggilnya lirih. “Maaf ya, papa nggak tahu apa yang kamu mau.”

“Pah?” Jeno mengernyit bingung. Donghae tersenyum.

“Kamu boleh pacaran sama Siyeon.”

Jeno melotot, kaget. “Engga, pah. Jeno sama Siyeon udah mau putus, serius. Papa gak usah mikiri—”

“Papa sudah batalkan. Pernikahan papa dan Sora,” Donghae memotong kalimat Jeno.

Jeno kaget. Semuanya kaget. Terkecuali, Taeyong. Entah mengapa, mereka memang tahu harus dibatalkan, tapi, mereka tidak tahu kalau benar-benar dibatalkan. Taeyong yang sudah yakin jadi biasa saja.

“Gak usah melongo gitu kalian semua, kayak bego banget,” cibir Taeyong, menyadarkan mereka.

Bunyi ponsel terdengar nyaring, ternyata milik Donghae, “Papa angkat telfon kantor. Jeno kamu cepat sembuh ya,” kata Donghae.

Jeno tersenyum. Kali pertamanya ia mendapat perhatian dari Donghae. Donghae hendak pergi namun kata dari Jeno menahannya.

“Papa,” panggil Jeno pelan.

Jeno tersenyum begitu Donghae merespon. “Come and hug me.

Detik itu juga, hati Donghae rasanya mencelos. Entah sudah berapa lama Donghae tidak memeluk anak bungsunya itu. Atau dari lahir ia tidak pernah memeluk Jeno? Ia bahkan sudah lupa.

Donghae tidak bergerak.

Jeno masih menunggu sambil tersenyum. Kemudian Donghae melangkah pelan dan memeluk erat anak bungsunya yang sudah besar ini. “Anak papa udah besar, ganteng lagi,” Donghae terkekeh pelan, mengusap punggung Jeno.

Hangat. Itu yang Jeno rasakan di hatinya saat mendapat sebuah pelukan dari sang ayah. Pelukan yang tidak pernah ia dapatkan dari seorang ayah.

Mereka menyelesaikan pelukan mereka dengan senyuman. “Papa tunggu di rumah ya,” katanya pada Jeno, “Yong,” Donghae beralih ke Taeyong sambil mengangguk.

Pria paruh baya itu kemudian keluar dari ruang rawat Jeno. Sedangkan mereka semua sedang saling tatap seperti bingung. “Hadiah buat anak baik. Bentar lagi nyusul satu hadiahnya.”

Tok. Tok. Tok.

Taeyong memasang senyum liciknya lalu berjalan menggeser pintu ruang rawat Jeno, mempersilahkan seseorang masuk dari depan.

Mata mereka semua tertuju pada cewek yang sedang ngos-ngosan. Rambut yang diikat rapih dengan pakaian yang sangat kasual.

“Siyeon?”

Taeyong mengarahkan mereka semua untuk keluar dan memberi mereka berdua waktu berbicara. Sampai di depan pintu yang tertutup, Mark menoleh ke Taeyong.

“Serius ya ulah lo ngagetin,” pungkasnya.

Taeyong terkekeh, “Tapi seneng kan lo?”

“Banget,” Renjun nimbrung.

Lalu mereka mengintip dari pintu, di dalam ruang rawat Jeno hanya mereka berdua saja. Jeno dan Siyeon.

“Lo tuh kenapa, sih? Gak ngangkat telfon gue, lalu gue harus banget dapat kabar buruk kayak gini?” geram Siyeon.

Jeno tidak berbicara.

“Kenapa?” suara Siyeon menggema lagi. Ia menahan air matanya. “Lo bener bener hebat tau gak. Hebat banget lo bikin gue cemas kayak gini.”

Jeno masih diam.

“Kenapa gak jawab?” Siyeon menghapus air matanya kasar, “Lo gak tahu seberapa cemasnya gue, khawatirnya gue dengan keadaan lo? Patah tulang kaki? Bisa-bisanya lo diem aja---” Siyeon menarik napasnya panjang.

Siyeon duduk di sebelah Jeno, di kursi yang diduduki Renjun tadi. Ia terduduk lalu menutup wajahnya sambil menangis. Ia terisak.

“Kenapa nangis, sih?” tanya Jeno.

Kini giliran Siyeon yang tidak menjawab. Ia terus menangis tidak mendengarkan Jeno.

“Gue gak apa-apa,” kata Jeno. “Kenapa nangis sih, Yeon. Gue gak apa-apa, Siyeon.”

Siyeon menoleh tajam, “Lo gak ngerti rasanya jadi gue, khawatir tanpa sebab, setelah dikabari sama Bang Taeyong, gue jauh lebih cemas karena lo katanya sampai operasi!”

Jeno mengedip kaget. “Kok segitu marahnya sih? Segitu khawatirnya lo sama gue? Kenapa?”

“Karena gue sayang sama lo, Jeno. Gue sayang sama lo! Gue gak bisa liat lo sakit, gue khawatir waktu lo hilang kabar!”

Jeno menahan senyumnya. “Gue juga sayang sama lo. Sengaja ya bilang sayang gue biar gue bilang juga?”

“Serius gak lucu banget tau gak. Gue gak lagi bercanda ya!”

“Gue juga gak bercanda sayangnya.”

Siyeon menahan amarahnya.

Tangan Jeno yang masih terpasang infus itu meraih tangan Siyeon yang ada di atas ranjangnya. Jeno menggenggam tangan hangat cewek itu.

“Gue sesayang ini sama lo.” Kata Jeno.

Siyeon diam.

“Sini, peluk gue.”

Siyeon berdiri perlahan kemudian memeluk cowok itu. Jeno mengusap puncak rambut Siyeon.

“Makasih ya.”

Siyeon mengangguk.

“Gue seneng pacaran sama lo,” kata Jeno lagi.

Siyeon melepas pelukannya kemudian menatap Jeno lekat-lekat, “Gue juga seneng,”

“Pacaran dengan Jeno.”

fin.

thanks guys for reading, votes and any comments. big thanks for y'all.

terimakasih sudah mengikuti cerita ini sampai tamat. aku sayang kalian semua...

[✓] Dating With JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang