(1O)

1.7K 265 12
                                    

“Gue masih sayang sama lo!”

✨✨✨

“Udah gila kali lo,” tatapan sinis Siyeon lemparkan kepada Hwall, yang sengaja mencari perhatian semua orang, membuat semua orang salah paham terhadap Siyeon.

Perempuan itu turun dari bagian kursi penonton dan menggumam secara tidak jelas, misuh-misuh. Tetapi semuanya terhenti ketika mata Siyeon menangkap Heejin yang sedang terdiam di hadapannya, di depan pintu toilet.

“Heejin? Ngapain bengong?” tanya Siyeon.

Heejin tersadar, ia menatap Siyeon sekarang. “Hwall sayang sama lo?”

Alis Siyeon berkerut, sambil terkekeh. “Apaan si lo?”

“Hwall sayang sama lo?” ulangnya, kini dengan penekaan di setiap katanya.

Siyeon terdiam.

Heejin mendecih, “Jadi lo selama ini ada apa apa sama Hwall?”

Siyeon masih belum angkat bicara.

“Enggak, Siyeon punya gue. Seharusnya lo tau sekarang dia pacar gue,” suara berat itu membuat Siyeon menoleh.

Jeno menghampiri Siyeon, dan kini menatap Heejin, “Jin, bisa gak, jangan nyudutin Siyeon kayak gini. Gue harap lo gak kemakan omongan Hwall.”

“Tapi lo sendiri denger kan kalo Hwall bilang dia sayang Siyeon?” bantah Heejin.

“Berarti lo juga harus denger ini. Gue sayang banget sama Siyeon.”

Sanggahan dari Jeno membuat entah rasa apa yang Siyeon alami, seperti senang tetapi tidak karuan.

“Gue sayang sama Siyeon, Heejin. Gue gak perduli Hwall sayang apa enggak sama Siyeon, intinya Siyeon sekarang pacar gue.”

Jeno memanggil-manggil Renjun, “Tungguin Heejin di sini, gue mau jalan sama Siyeon.” Kemudian Jeno menggenggam tangan Siyeon erat dan membawanya pergi.

✨✨✨

“Hwall lo bego ya?” Sunwoo menghempaskan pukulannya ke atas permukaan meja.

Hwall sedikit terkejut, “Apaan si lo.”

“Gue kan minta lo pindah ke sini buat dapetin Heejin! Bukan ngejar mantan lo si Siyeon itu!”

Lelah mendengar ocehan sang sepupu, Hwall mendecih.

“Lo aja gak tau rasanya jadi gue, lo gak tau kan kalo gue sayang sama Siyeon? Lo gak pernah punya pacar! Lo enggak tau rasanya sayang sama seorang cewek yang bukan keluarga.”

Sunwoo terkekeh, “Sayang? Basi tau gak lo, lo harus tau kita disini untuk apa, gak usah buang buang waktu untuk hal yang masih bisa lo lakuin!”

“Terserah! Gue yakin lo enggak bakal bisa ngerasain rasanya sayang sama orang, kalo lo mau ngejar Heejin, lo aja, gak usah nyuruh gue!” Hwall kemudian keluar dari sebuah ruangan kecil itu.

Kakinya terhenti saat melihat seorang perempuan dari kejauhan 50 m, 180° dari pandangannya, Jeon Heejin. Hwall menghela napasnya kemudian menghampiri Heejin perlahan.

“Jin? Kenapa?” suara Hwall membuat Heejin mendongak. Dapat dilihat oleh indra penglihatan Hwall, mata sembabnya Heejin.

Heejin menghapus air matanya, “Ha? Gapapa kok gue,” katanya sambil terkekeh.

“Mana ada orang gapapa tapi nangis,” sindir Hwall, ia meraih tangan Heejin kemudian membuat wanita itu berdiri. Hwall tersenyum, “Ikut gue yuk.”

Heejin tidak tahu lagi harus bagaimana, ia hanya suka Hwall, ia tak bisa menolak permintaan Hwall, jadi ia biarkan tangannya digenggam oleh Hwall.

Beberapa menit berjalan, ternyata Hwall membawanya ke kedai es krim. Kini mata Hwall menatap lekat bola mata Heejin, “Mau pesen rasa apa?”

“Apapun,” kata Heejin.

“Vanila kalo gitu,” gumam Hwall, yang buat Heejin tidak fokus adalah tangannya masih digenggaman Hwall.

Tatapan Heejin tak lepas dari tangannya yanh masih digenggam. Hwall yang menyadari kemudiam melepas genggaman itu, terasa kecewa tetapi Heejin tidak menunjukkannya.

“Sori,” kata Hwall.

Heejin menarik napas kemudian meletakkan tangannya di atas meja kasir, sambil menunggu, “Sori buat?”

“Udah pegang tangan lo,” kata Hwall.

“Santai aja kali,” kata Heejin.

Gila lo, santai. udah mo mati aja rasanya Jeon Heejin.

“Lo.., tadi kenapa nangis?” tanya Hwall.

Ya gara gara lo!

“Gapapa, lagi stress aja banyak pr,” ucapnya asal.

Hwall manggut manggut, “kalo lo berkenan, gue bisa bantuin kerjain pr lo kok, kita kerjain sama sama aja kalo ada pr,” kata Hwall.

Deg! Heejin, abis lo.

“Ah? ahaha, enggak usah lah. Buang waktu aja sih,” cetusnya, sambil terkekeh.

Hwall tersenyum, ia memandangi Heejin, “Kalo lo nolak, yaudah gapapa. Tapi kalo lo butuh temen kerja kelompok, lo butuh temen curhat, gue siap kok, Jin.”

Perempuan itu hanyut dalam pikirannya, apa kebaikan yang telah ia perbuat sehingga Tuhan mengizinkannya melakukan kontak sosial dengan Hwall seperti ini.

“Gue add id line lo, gimana?” hwall berbicara lagi.

Heejin mengangguk, “Idnya : heejin09,” katanya.

“Profile lo cantik,” kata Hwall.

Stop, Hwall.

Drrrt. Drttt.

“Halo?” Suara Hwall menyambut sang penelepon.

“Oh gitu? Iya iya, gue kesana,” katanya.

“Sip,”

Cowok itu menutup teleponnya, “Gue ada urusan, lo mau ikut?” tanya Hwall.

Heejin refleks menggeleng, "Enggak perlu!”

Hwall terkekeh melihat Heejin yang kaget, “Ini es krimnya gue bayar, lalu gue duluan gapapa?”

“Iya gapapa, duluan aja, makasih ya,” kata Heejin.

Cowok itu tersenyum lebar, “Gue yang harusnya makasih, ntar malem gue chat ya,” ia membayar es krim itu kemudian membawanya satu bersamanya.

“Hwall, kenapa si lo harus bikin gue kayak gini?”

✨✨✨

HAlooo
terimakasih atas kunjungannyaaa!! beberapa hari ini aku late update. aku juga kedepannya bakal slow update, sorii... mingdep sekolahku udah PAS, palingan selesai PAS baru bisa update.

kemungkinan pas natalan bisa deh ehehehe.

thank u for reading this story! see u guys in next chapter

[✓] Dating With JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang