Selesai berenang, semuanya kembali ke kamar mereka masing-masing untuk berganti pakaian dan melanjutkan kegiatan mereka lagi. Kegiatan mereka yang terakhir adalah malam keakraban. Benar-benar kegiatan penutup. Setelahnya, besok pagi mereka akan pulang ke sekolah setelah jam sarapan.
“Lo udah siap makrab?” tanya Haechan, ia membereskan barang-barangnya.
Yonghee menghela napasnya, “Salah pertanyaan lo. Harusnya lo tanya udah beres barang apa belom.”
“Iya, ya, gak sangka besok kita udah pulang.” Felix memeluk guling hotel untuk yang pertama dan terakhir dengan erat. Biasanya selama tidur di sini, Felix selalu menganiaya guling itu walau tidak semua guling miliknya.
Rata-rata guling di sini sudah pernah Felix gunakan, ia suka berpindah tempat tidur suka bertukar dengan Jeno, Haechan, Yonghee dan Jinyoung. Selalu bertukar setelah jam makan siang juga suka mabar di kasurnya Jinyoung.
“Malam keakraban kita dimana, Nyoung?” tanya Haechan.
Jinyoung membereskan barang-barangnya, melirik Haechan sebentar lalu mengemas barangnya lagi. “Sekitaran taman deket sini.”
“Harus jalan lagi?” tanya Yonghee.
“Iya, harus. Lagipula udah kegiatan penutup masa gak mau jalan, sih?” Jinyoung menutup resleting tasnya dan meletakkan tasnya di atas kasur miliknya.
Jeno masih sibuk mengemasi barang-barangnya, tidak perduli kegiatan makrab pada hari ini ataupun pulang besok. Yang ia pikirkan adalah, ia akan dimarahi oleh Taeyong karena sudah mau berkomunikasi dengan Siyeon selama disini.
Renjun tidak bisa bohong. Kalau Taeyong bertanya kepada Renjun, cowok itu pasti akan menjawabnya sesuatu fakta kebenaran dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Itu sudah bisa dipastikan.
“Ayo, bentaran lagi di mulai. Gue sama Yonghee duluan ya,” Jinyoung membenarkan kemejanya yang ia masukkan ke dalam celana jeansnya. Ia sama Yonghee merapikan baju yang mereka kenakan, karena mereka anak OSIS jadi harus lebih dulu ke tempat agar bisa mempersiapkan semuanya jadi lebih beres.
“Ikutan,” Felix segera meletakkan tasnya.
“Chan, lo duluan aja,” Renjun melirik Haechan yang masih baring main games. Haechan berdiri dari posisinya dan membenarkan bajunya yang agak kusut.
“Kalo gue duluan nanti kalian sama siapa?” tanya Haechan.
Renjun menarik napasnya, “Nanti gue sama Jeno aja, gampang.”
“Oh, oke deh. Gue duluan, udah ada Jaemin, kan?” tanya Haechan lagi.
Renjun mengangguk, “Udah kayaknya. Dia udah jalan daritadi soalnya.”
Haechan setuju dengan Renjun, karena ingin bercanda ria dengan Jaemin, Haechan memutuskan untuk ikut pergi duluan dengan Jinyoung, Yonghee dan Felix.
Mereka menutup pintu kamar hotel. Renjun menghela napasnya sambil duduk di kasur Jeno yang letaknya di bawah. Matanya menyorot pada Jeno.
“Lo udah tau kan apa yang gue pikirkan?” Renjun bersuara.
Jeno mengangguk.
“Gue gak bisa bohong. Tapi, gue mau bela lo.”
Jeno masih diam.
“Bukan gue alim yang gak pernah bohong, gue..,” Renjun membuang napasnya kasar, “Gue cuma mau lihat dari dua sisi, Jen.”
“Gua masih gak ngerti kenapa Bang Taeyong kayak gitu.”
Renjun mendongak mendengar Jeno bersuara. Renjun kemudian memejamkan matanya memegang pelipisnya, “Bang Taeyong punya alasan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Dating With Jeno
FanfictionTernyata untuk pacaran itu tidak mudah. Jangankan pacaran, mendekatinya saja sudah sulit, banyak sekali tantangan dan masalahnya. Tapi tidak apa, karena ini ceritaku, Lee Jeno Pacaran dengan Siyeon. start : 3 july 2019 end : 14 may 2020 stories writ...