(22)

1.1K 216 14
                                    

“SEMUANYA MASUK KE BIS SEKARANG.”

Pak Jae yang sedang berdiri di depan pintu bis sembari mengingatkan. “Jangan sampai ada barang yang tertinggal.”

“Pak Jae, udah pastikan anak-anak gak ketinggalan barang apapun, kan?” Bu Jiwon datang untuk memastikan.

Pak Jae mengangguk, “Sudah saya ingatkan, Bu.”

Bu Jiwon mengangguk paham kemudian membantu beberapa siswi yang kesusahan naik bis. Cewek-cewek datang rombongan. Bu Jiwon membantu Siyeon naik ke bis karena kakinya yang mungkin masih sakit.

“Hati-hati, Nak,” kata Bu Jiwon kepada Siyeon.

Kemudian satu persatu mulai naik, Nancy, Eunbin, Chaewon, Heejin, Yeji dan yang lain.

“Selamat pagi Bapak Jae yang ganteng banget,” sapa Jinyoung dengan jahil. Jinyoung berdiri di sebelah Pak Jae dan membisik sebentar. “Udah kemajuan, nih.”

Pak Jae hanya menggeleng.

“Masuk, Jinyoung,” kata Bu Jiwon.

Jinyoung mengangguk, “Saya terakhir, Bu, temen-temen dulu,” cowok berkepala kecil itu menatap Jeno, Renjun, Haechan, Jaemin, Yonghee, Felix, dan yang lainnya. “Silahkan temen-temen.”

“Dasar ribet,” cibir Haechan pada Jinyoung.

Perlahan satu persatu masuk. Mata Jeno menangkap Siyeon yang duduk di dekat jendela. Rasa hati ingin sekali duduk di sebelah Siyeon, tetapi bis ini akan menuju sekolah. Taeyong pasti sudah menunggunya.

“Jeno, duduk sama gue,” kata Renjun dari belakang. Jeno hanya mengangguk lalu duduk di kursi yang baru, duduk dengan Renjun.

Renjun bukannya tidak suka Jeno dengan Siyeon, Renjun hanya ingin melakukan ini demi kebaikan Jeno. Renjun memang tidak tahu alasan Taeyong apa, tetapi, itu pasti masalah untuk Jeno dan Siyeon.

Jinyoung menoleh ke belakang, “Semangat Pak!” katanya memberikan semangat untuk Pak Jae yang berusaha untuk Bu Jiwon. Setelah itu Jinyoung baru benar-benar masuk bis dan mencari tempat duduk ternyaman, ia melihat kursi di sebelah Eunbin sedang kosong. Cowok dengan kepala kecil itu mengisi kursi kosong di sebelah Eunbin.

Sedangkan Pak Jae di luar masih menunggu Bu Jiwon masuk.

“Bu Jiwon,” Pak Jae memanggil, pria itu mengulurkan tangannya ke depan. Bu Jiwon masih bingung untuk apa.

“Kamu pakai rok, saya bantu,” Pak Jae menggerakkan tangannya sekali lagi. Bu Jiwon pun meraih tangan Pak Jae dan digenggam oleh Pak Jae.

Jangan salah sangka. Ini hanya membantu Bu Jiwon mendapatkan keseimbangan agar tidak jatuh naik bis yang agak tinggi menggunakan high heels walau tidak terlalu high.

“Makasih, Pak.”

Pak Jae mengangguk kemudian masuk ke bis juga dan menutup pintu bis. Ia duduk di samping Bu Jiwon yang sudah duduk lebih dulu. Tidak beruntungnya ia dan Bu Jiwon duduk di sebelah kursi Jinyoung dan Eunbin.

Habislah Pak Jae.

“Kamu yakin mau nunggu aja?” Jisoo melepas sabuk pengamannya. Melihat kekasihnya di sebelah kursi pengemudi.

Taeyong mengangguk. “Aku harus ngomong sesuatu sama Jeno.”

Jisoo mengangguk paham. Jisoo sangat paham posisi Taeyong. Taeyong melakukan ini karena dia sayang dengan Jeno.

“Jam berapa katanya Jeno sampe?” tanya Jisoo.

“Katanya jam 11,” jawab Taeyong. Spontan Taeyong dan Jisoo melihat jam tangan mereka masing-masing, Taeyong semakin menanti.

[✓] Dating With JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang