(26)

1.2K 211 18
                                    

Taeyong masih bolak-balik, udah sehari, katanya Jeno akan siuman, tetapi belum ada tanda-tanda apapun. Cowok dengan rahang tegas bertubuh kecil itu duduk di kursi sebelah ranjang Jeno.

“Lo bangun gak lo sekarang?!” Taeyong melotot, tetapi itu tidak berhasil.

“Aku masuk, ya!”

Taeyong menoleh ke arah pintu masuk, suara Jisoo menginterupsinya. Ia tidak jadi memarahi Jeno. Cewek itu masuk dengan membawa buah-buahan, ia menutup kembali pintu ruang rawat Jeno kemudian meletakkan buah-buah itu di atas nakas.

“Hai, Sayang,” Jisoo mencium pipi Taeyong, kemudian Taeyong membalas mencium pipi wanita itu sekaligus kening Jisoo.

“Kamu udah makan?” tanya Jisoo, wanita itu melepas tas slempangnya, kemudian ia letakkan di atas nakas.

Taeyong menggeleng, “Tapi udah kenyang, kok.”

Jisoo tertawa kecil kemudian menggeser tubuh Taeyong dari kursi, “Gantian ,ya.”

“Kalo Mark sama Renjun udah datang, kita pergi makan,” kata Jisoo sebelum ia duduk menggantikan posisi Taeyong tadi.

Wanita dengan paras cantik itu mengusap kepala Jeno, menggenggam tangan Jeno dan mengusapnya dengan pelan sekali lagi. “Cepat bangun ya, Ganteng.”

Jisoo memejamkan matanya. Jeno sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri, mau bagaimana pun, Jeno tetap akan jadi adiknya Jisoo. Wanita itu sudah terlanjur sayang dengan Taeyong dan ingin menjaga adiknya Taeyong.

“Kamu cepetan dikit yah bangunnya,” Jisoo bersuara lagi, “Gak kasian apa sama Taeyong?” tanya Jisoo.

“Kalau kamu mau berantem lagi sama Taeyong harus cepet bangun,” ucap Jisoo lagi, “Banyak banget yang nunggu, di luar sana udah banyak masalahnya, Mark, Renjun, dan Siyeonㅡdia butuh kamu.”

Spada!

Terdengar dari luar pintu, suara Mark yang heboh, cowok itu pasti datang dengan Renjun. Sekalinya pintu itu terbuka dengan lebar, menampilkan dua remaja yang nyaris seperti bocah kalau sudah membuat kericuhan.

Mark dan Renjun masuk ke dalam ruang VIP Jeno, harusnya hari ini Jeno sadar. Tapi, kita tidak tahu Jeno sadarnya pagi ini atau malam nanti.

“Lo berdua jaga, gue sama Taeyong mau makan dulu ya, jangan kemana-mana, jangan tinggalin Jeno, jangan jailin Jeno, jangan main yang aneh-aneh, jangan konyol pokoknya. Kalo gue balik lo berdua gak ada—” Jisoo menggambar garis khayal di lehernya secara horizontal menggunakan telapak tangan yang ia datarkan.

Jisoo kemudian tersenyum membuat Mark dan Renjun bergidik ngeri. Mereka cepat-cepat duduk dan ada yang berdiri mengelilingi Jeno, menjaga cowok yang sedang terbaring itu.

“Abis ini kita gantian, lo berdua bisa makan,” kata Jisoo lagi, ia kemudian mengambil uang yang ia simpan di saku celana jeansnya dan menggenggam tangan Taeyong.

Mark dan Renjun menggeleng serempak, “Kita udah makan kakak cantik,” tolak mereka.

Jisoo berbalik memicing, “Bohong?”

“Bener sumpa, gue makan pake brokoli pagi ini,” kata Mark.

Renjun mengangguk, “Gue sama Mark serumah tapi gue makan wortelnya aja. Di buat sup, gue yang buat. Setelah itu kita makan buah pisang masing-masing satu. Karbo sudah tercukupi dengan nasi semangkuk.”

Baru dengan itu Jisoo bisa percaya. Cewek itu mengangguk lalu keluar dari kamar rawat Jeno untuk makan di kantin rumah sakit. Jisoo hanya ingin semuanya menjaga stamina tubuh, tidak ada yang boleh sakit. Mereka harus siap menjaga Jeno.

[✓] Dating With JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang