Hari ini Jeno kembali ke sekolah. Ia tidak menyangka bisa bermimpi seperti itu. Memang sih ia berencana untuk pdkt dengan Siyeon, tapi, mengapa ia bisa bermimpi seperti itu?
“Jeno!” suara Haechan menyapa pagi harinya Jeno.
“Eh, iya. Siyeon nyariin lo tadi,” ucap Haechan.
Jeno menoleh, Siyeon lagi. “Ngapain cari gue?”
“Ada urusan kali, mana gue tahu!” ketus Haechan.
Kemudian mereka berdua jalan bersama sambil ketawa-ketiwi membahas hal-hal aneh dan kocak. Jeno sampai melupakan mimpinya kemarin. Tetapi, ia bisa menjadikan itu panduan untuk berpacaran dengan Siyeon.
“Jeno!” suara manis Siyeon juga ikut menyapa pagi harinya Jeno.
Jeno berbalik dan melihat cewek itu memandangnya dengan tatapan sinis. Kemudian cewek itu menghampiri Jeno. “Lo gimana, sih?! Lo kan udah janji kemaren mau bantuin gue cari buku referensi?”
“Hah? Kapan?” tanya Jeno. Sedetik kemudian ia baru teringat, tetapi, ia tetap pada posisi pura-pura lupa tapi bukan mahen.
Siyeon menggelengkan kepalanya, “Terserah lo deh,” ia bising harus mengulangnya lagi.
Tadinya Siyeon akan pergi tetapi tangannya ditahan oleh Jeno, “Eh, eh, Yeon jangan marah dong. Kamu kok cepet banget ya emosinya?”
“Lo sadar kan kalo lo lagi ngomong sama pacarnya Hwall?” Bisik Haechan, ia menggeplak kepala Jeno, “Kamu? Gila lo!”
Jeno mendelik ke arah Haechan, “Bentar lagi juga putus!”
“Anjing gak sopan lo!” Haechan menginjak kaki Jeno.
Jeno menggelengkan kepalanya tidak menggubris Haechan, matanya masih melirik cewek yang sedang kesal dengannya. “Aku tahu aku janji sama kamu. Pulang sekolah kita pergi.”
“Yaudah! Awas lo telat lagi,” kecamnya kemudian ia langsung meninggalkan Haechan dan Jeno.
“Jeno lo gila, bisa-bisanya kamu?” tanya Haechan tidak percaya.
Jeno menoleh kemudian tatapannya menjadi serius, “Gue mimpi, gue pacaran kontrak sama Siyeon, Siyeon minta tolong sama gue untuk jadi pacar kontraknya karena gak mau diganggu Hwall.”
Mata Haechan membulat, ia tiba-tiba menjadi bersemangat, “Serius lo?!” Haechan memiting leher Jeno, “Cuma mimpi lo!”
Jeno merotasi bola matanya setelahnya menginjak kaki Haechan yang memutuskan harapannya. “Mau mati lo mutusin harapan orang?”
“Lo juga mau mati bina harapan gak sopan kayak gitu?” Tanya Haechan.
Jaemin tiba di kelas, ia melihat Haechan dan Jeno lagi adu kekuatan dengan saling memiting kepala, “Woi lo pada ngapain?” tanya Jaemin.
“Gak tau anjir temen lo gila, Jaem,” adu Haechan.
Jeno memicing tajam, “Lo aja gak tahu kalo mimpi bisa aja jadi kenyataan!”
“Eh, kalo lo mimpi jatuh dari bangunan lalu mati. Mau lo jadi kenyataan?” tanya Haechan.
“Nah sekarang gue tanya, kalo lo mimpi pacaran sama Somi adek kelas kita, mimpi jadi orang kaya, mimpi masuk surga, emangnya lo gak mau?”
Haechan kalah telak. Ia kemudian duduk di bangkunya dan melirik Jaemin yang sedang murung.
“Kenapa lo?” tanya Haechan.
Cowok yang bersinar menyinari teman-temannya itu selalu peka dengan keadaan. Haechan tidak melarang siapapun untuk melakukan hal yang aneh, tetapi, Haechan selalu mencoba membuat teman-temannya realistis.
“Nyokap gue, mau nikah sama orang,” ucap Jaemin.
Jeno yang duduk di belakang Haechan terbelalak kaget. Nikah?
“Heh! Jaem, lo yakin?” tanya Jeno.
Jaemin mengangkat bahunya, “Gak tahu, yang jelas gue gak bakal setuju.”
Jeno berpikir sejenak. Mengapa ceritanya persis dengan mimpi Jeno?
“Nama nyokap lo siapa?” tanya Jeno.
Haechan menggeplak kepala Jeno, “Bisa-bisanya Jaemin cerita begini lo tanya nama mamanya?” tanya Haechan, “Lagian lo lupa? Nama mamanya Jaemin?” lanjutnya.
“Ya jangan geplak gue terus dong. Gue juga cuma tanya. Bukannya lupa, gue gak bisa inget aja.”
“Goblok sama aja!”
Renjun datang dan duduk di sebelah Jeno.
“Jaem, lo yakin nyokap lo mau nikah lagi?” tanya Jeno.
Jaemin mengangguk lemas.
“Ada apa nih?” Renjun baru saja melepas tasnya, “Siapa mau nikah?”
“Mamanya Jaemin,” jawab Haechan.
Renjun membelalak, “Tante Sora?”
Degh. Detik itu juga Jeno tersadar. Kalau mimpinya jadi kenyataan. Tolong jangan bilang kalau Mamanya Jaemin akan menikah dengan Papanya Jeno.
“Nikah sama?” tanya Renjun.
“Duda katanya, duda anak dua.”
BRAK!
“Sialan!” umpat Jeno.
Renjun, Haechan dan Jaemin langsung menengok ke arah Jeno dengan raut wajah kaget bukan main.
“Kenapa?” tanya Renjun.
Jeno membuang napasnya kasar, “Bener kan mimpi gue! Anjing gak boleh!”
“Anjing gak boleh ngapain?” tanya Haechan.
Jeno melotot, “Gua gak lagi bercanda, Chan.”
“Hampura,” tutur Haechan meminta maaf.
Jeno melemas. “Jangan bilang, kalo duda anak dua itu, namanya Lee Donghae?” ucap Jeno.
Jaemin membulatkan matanya sempurna, “Kok lo tau nama calonnya nyokap gue?”
Mendengar jawaban Jaemin, ia menggebrak meja sekali lagi lalu langsung terdiam. Renjun yang notabenenya adalah sepupu Jeno, ikut bingung.
“Gila. Ini gila.”
[][][]
HAII HAII INI BONUSNYA YAA... tapi kok berasa buat season 2nya ya WKWKWKWKKWK
Semoga kalian menikmati..
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Dating With Jeno
FanfictionTernyata untuk pacaran itu tidak mudah. Jangankan pacaran, mendekatinya saja sudah sulit, banyak sekali tantangan dan masalahnya. Tapi tidak apa, karena ini ceritaku, Lee Jeno Pacaran dengan Siyeon. start : 3 july 2019 end : 14 may 2020 stories writ...