Part 26

2.7K 205 9
                                    

"Maksud dokter apa? Putri saya kenapa?" Tanya Deva yang sudah tidak bisa lagi mengontrol emosi nya ketika mendengar dokter tersebut mengatakan maaf

"Maksud saya maaf, putri bapak kembali kritis dan butuh donor darah tambahan seceptanya" Jawab dokter tersebut yang diketahui bernama farhan.

Deva langsung menarik dokter farhan entah kemana arahnya.

"Pak, kita mau kemana?" Tanya dokter farhan ke Deva

"Ke tempat dimana saya akan mendonorkan darah untuk putri saya" Jawab Deva

"Oh gitu, tapi maaf bapak salah arah, kita harusnya kesana pak" Kata si dokter yang menunjuk ke arah sebelah kiri

Deva menyengir

"Hehe saya salah dong dok" Kata Deva dan dokter farhan hanya geleng-geleng kepala dibuatnya

"Kalau begitu mari pak"

"Ah iya dok"

Deva pun akhirnya mengikuti dokter ke salah satu ruangan untuk diambil darahnya. Sedangkan Shania, viny dan Mario masih setia berdiri di depan ruang IGD.

"Vin, kok anak-anak belum sampai juga ya?" Tanya Shania ke viny

"Mungkin masih di jalan dan kena macet ma" Jawab viny

Mario yang ada bersama dengan Shania dan viny pun di suruh untuk menunggu anak-anak shani dan gracia di parkiran.

"Baik bu kalau begitu saya permisi" Pamit Mario yang diangguki oleh Shania

Sekitar beberapa menit Shania dan viny menunggu Deva yang sedang diambil darahnya. Akhirnya deva kembali dengan wajah yang lesu.

"Sayang" Panggil Deva ke Shania, lalu ber gelendot manja ke istri nya itu

"Lemes ya?" Tebak Shania yang diangguki oleh Deva

"Yaudah sini duduk dulu" Shania menarik Deva untuk duduk

"Sayang, aku takut" Kata Deva tiba-tiba, membuat Shania mengernyit heran

"Kamu takut kenapa?" Tanya Shania

"Aku takut shani pergi ninggalin aku kaya ve, aku tak---awww!!! " Jerit Deva ketika Shania mencubit perut nya

"Sayang sakit!" Adu Deva

Sedangkan Shania sudah menatap Deva tajam dan kesal karena mendengar ucapan suaminya tentang shani.

"Mulut kamu minta aku tabok ya dev!" Marah Shania yang membuat Deva langsung memohon ampun

"Maaf sayang" Kata Deva

Viny yang ada di dekat mereka hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

Sekitar 20 menit setelah darah Deva diambil, dokter kembali keluar dengan senyum yang sumringah. Deva, Shania dan viny pun langsung menghampiri dokter farhan.

"Saya tau pasti dokter mau bilang anak saya baik-baik aja kan? Dan dia tidak kritis lagi, iya kan dok?" Tebak Deva membuat dokter farhan menatap nya malas

Untung anak nya cakep, jadi saya maklumin aja deh kalo bapaknya kaya gini. Batin dokter farhan

"Iya, anak bapak sudah tidak kritis lagi" Jawab dokter farhan

"Kalau begitu kita sudah bisa melihat nya kan dok?" Tanya Shania yang di angguki oleh dokter farhan

"Tapi usahakan jangan semuanya untuk masuk ya bu. Karena pasien baru saja melewati masa kritisnya, jadi butuh ketenangan" Ucap dokter farhan yang diangguki oleh Shania

Dokter farhan pun pamit dari sana dan sekarang yang masuk lebih dulu adalah Shania. Baru setelah itu disusul oleh Deva dan viny.

°°°

Eli, Mutia, Christy dan chika sama-sama menangis melihat ibu mereka yang sedang terbaring lemah dengan alat-alat rumah sakit.

"Omah, mami gak akan ninggalin aku sama Mutia kan? Mami pasti sembuh kan omah?" Tangis eli yang ada di pelukan Shania

"Mami kalian pasti sembuh dan akan segera sadar sayang. Jadi tugas kalian sekarang jangan lupa berdoa sama Tuhan untuk kesembuhan mami ya"

Eli mengangguk begitu juga dengan Mutia yang ada di pelukan Deva.

Sementara chika dan Christy keduanya ada di pelukan viny.

"Chika, Christy, sini sayang" Panggil Shania pada kedua cucu nya dari gracia

"Omah" Panggil keduanya yang kembali menangis dan langsung memeluk Shania

"Cup.. Cup.. Cup.. Udah ya jangan nangis terus, mama kalian juga pasti cepat sadar kok" Ucap Shania yang kembali menenangkan kedua cucu nya lagi dari putri kandungnya, gracia.

Eli yang sekarang berada dipelukan viny ingin rasanya memeluk chika. Tapi eli terlalu gengsi untuk lebih dulu memulainya.

"Onty, eli mau ke toilet dulu ya" Pamit eli pada viny

"Iya sayang" Jawab viny

Chika yang mendengar eli akan ke toilet pun langsung menyusulnya.

"Eli tunggu!" Panggil chika, eli pun langsung menghentikan langkahnya ketika nama nya dipanggil

"Lo mau ngapain?" Tanya eli ke chika

"Mau nemenin kamu" Jawab chika

"Gue bukan anak kecil, jadi gak perlu ditemenin" Kata eli yang lanjut berjalan ke arah toilet

Chika kembali mengikutinya

"Tapi aku mau nya nemenin kamu" Ucap chika dan tanpa eli duga sekarang chika menautkan tangannya pada tangan kanan eli.

Chika tersenyum ketika eli menatapnya cengo

"Yuk!" Ajak Chika yang sekarang malah menuntun langkah eli ke toilet rumah sakit. Dan eli sendiri pun hanya pasrah mengikutinya.

Sesampainya di toilet yang keadaannya sepi, eli langsung menarik Chika masuk ke dalam salah satu bilik.

"Kenapa?" Tanya Chika ketika eli menghimpit nya ke tembok dan sekarang eli menatapnya lekat

"Sebagai penolakan lo yang kemarin, gue boleh gak kasih rewards buat lo?" Tanya eli balik

"Rewards? Emang kamu mau kasih aku rewards apaan? Kan aku nolak kamu, kenapa jadi ada rewardsnya?" Ucap Chika bingung

"Ya gpp dong, jadi boleh gak?"

Chika mengangguk ragu

"B-boleh, tapi jangan yang aneh-aneh ya" Kata Chika

"Ok, itu gampang. Yang penting sekarang gue minta elo tutup mata" Perintah eli yang dituruti begitu saja oleh Chika

Chika pun sudah memejamkan matanya, dan eli sendiri juga sudah bersiap-siap akan memberikan rewards untuk Chika.

"Siap ya" Kata Eli yang diangguki oleh Chika, Dan Eli mulai menghitung mundur dari sekarang.

Tiga...

Dua...

Sa.....

"Cup!"


⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩

Jangan pada galaq galaq ngapa sih ;(

Please, come back to me! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang