1. Beautiful Eyes.

11.8K 818 175
                                    

Happy reading.
Jangan lupa tegur kalau ceritanya mirip sama punya orang^^

🍭🍭🍭

Bola matanya indah.
Namun memancarkan luka~

***

Kepulan asap rokok kian memenuhi mobil mewah yang terparkir rapi di bawah jembatan sungai Han. Kedua jarinya sangat lincah memutar atau sekedar menari-narikan sepuntung rokok yang diapitnya. Bibir tipisnya dengan lincah pula mengeluarkan kepulan asap yang begitu tercium tajam namun disukai oleh kaum lelaki.

Sementara itu, bola matanya fokus pada satu titik. Sejak setengah jam yang lalu mungkin.

Tangannya bergerak untuk membuka pintu mobilnya, lalu seperdetik kemudian kaki jenjangnya mulai turun dari benda mewah tersebut dan berjalan santai. Masih dengan sepuntung rokoknya yang menyala terang.

Kakinya berhenti tepat di depan mobilnya, bersamaan dengan tangannya yang bergerak membuang asal puntung rokoknya. Tangannya yang semula mengapit benda kesukaan para kaum lelaki tersebut ia sedekapkan di depan dadanya. Kini fokusnya benar-benar terarah pada satu objek yang begitu menarik perhatiannya.

"Apa susahnya bunuh diri? Hanya lompat ke bawah dan selesai. Bodoh sekali!" bisiknya sembari memperhatikan seorang gadis yang sejak setengah jam yang lalu naik dan turun di pembatas jembatan.

Tipikal anak muda di Korea Selatan.

Jika punya masalah hidup, maka jalan satu-satunya hanyalah jembatan sungai Han, atau kamar miliknya yang selanjutnya akan menjadi tempat di mana mayatnya ditemukan.

Gadis berambut panjang yang ada di atas jembatan sana awalnya menaiki pembatas jembatan, satu menit kemudian dirinya kembali turun, lalu tak lama dia akan kembali naik, dan akan kembali turun lagi. Begitu seterusnya, hingga membuat lelaki yang sedari tadi memperhatikannya jadi muak sendiri.

"Jika memang tidak niat, kenapa malah sok niat. Jatuh betulan, baru tahu rasa!" ucapnya terdengar kesal kemudian kembali masuk ke dalam mobilnya.

Masa bodoh dengan gadis itu, masalahnya bahkan ia yakin lebih berat dibandingkan dengan masalah yang menimpa gadis tersebut. Hanya saja gadis itu punya keinginan hidup yang pendek hingga membuatnya niat untuk bunuh diri bahkan ketika keberaniannya tidak cukup.

Tangannya dengan lincahnya mulai mengemudikan mobil mewahnya, membelah jalanan Seoul dengan kecepatan yang rendah. Hingga mobil yang ia kendarai melewati sang gadis dengan kecepatan rendah.

Sengaja, hanya ingin melihat wajah bodoh dari sang gadis yang kali ini kembali turun dari pembatas jalanan.

Bagai gerakan slow motion, angin malam bertiup cukup kencang hingga menerbangkan rambut panjang gadis tersebut, bersamaan dengan itu, mobilnya melaju semakin lambat, matanya kembali fokus pada sosok gadis yang akhirnya berjalan menjauh dari jembatan yang awalnya pasti ingin ia jadikan sebagai media kematiannya.

Manis.

Kedua bola matanya terlihat indah.

Itu yang lelaki tersebut pikirkan ketika wajah gadis tersebut terpampang nyata oleh matanya.

Namun juga miris.

Saat wajah gadis tersebut dengan jelas memperlihatkan beberapa lebam berwarna keunguan di wajahnya.

"Kenapa kasus bullying di negara ini masih sangat mengerikan?" tanyanya pada diri sendiri dengan pikiran bahwa gadis tersebut berniat bunuh diri karena telah menjadi korban aniaya oleh teman sekolahnya.

Yah, itu pikirnya.

***

"Pindah saja di rumahku, aku janji bahwa orangtuaku akan menyayangimu selayaknya dia menyayangiku!"

Lagi dan lagi gadis tersebut hanya tersenyum ketika mendengar amukan sahabat karibnya pagi ini.

Karena lebam di wajahnya tak kunjung tertutupkan oleh alat rias murah yang ia punya, terpaksa wajah jeleknya ia perlihatkan pada kedua sahabatnya.

"Benar kata Chaeri, kau pindah saja. Jika tak ingin ke rumah kami, kami akan sewakan apartemen. Benar begitu, Chaeri?"

Gadis berambut panjang yang duduk di sampingnya mengangguk mantap, seakan-akan menyewa apartement itu hanyalah membeli satu buah pulpen murah yang dapat dibeli di penjual pinggir jalan.

"Aish, kalian berdua berlebihan!"

"Berlebihan kau bilang? Lihat wajahmu, Sialan. Ayah macam mana yang berani memukuli anak semata wayangnya hingga babak belur begini, hah? Jika kejadian ini kulaporkan pada ayahku, maka ayahmu yang sial itu akan masuk ke dalam penjara dan membusuk di sana." murka gadis bernama Chaeri itu dengan berapi-api.

"Chaeri--" ucap Chiara sembari menyenggol lengan temannya yang sudah terdengar berlebihan.

"Masa bodoh jika kau tersinggung akan perkataanku, memang nyatanya ayahmu sialan!" ucapnya tak mau kalah.

Sedang, gadis yang ayahnya dikatai sialan hanya mampu tersenyum tipis. Tidak marah atau tersinggung sama sekali. Untuk apa? Memang yang temannya katakan itu benar.

Ayah mana yang tega memukuli anaknya hingga babak belur seperti ini? Seharusnya ia menjadi anak yang paling disayangi karena terlahir tunggal. Namun, hidupnya bahkan lebih sial dibandingkan orang-orang yang sama sekali tak memiliki orangtua.

"Sudahlah. Ini memang kebiasaannya."

"Ta--"

"Hey! Kalian lihat artikel? CEO Oh Corp ternyata seorang gay!" ucapan Chaeri yang lagi-lagi hendak menyemprotkan nada berapi terpotong karena ulah sang penggosip di kelasnya.

Yah, akan bohong jika dalam satu kelas, kelas tersebut tidak punya kaum penggosip sama sekali. Pasti selalu ada kumpulan orang-orang yang hidupnya sibuk mengurusi hidup orang lain.

"Memangnya kenapa jika dia gay? Bukan gay pun, dia tak akan melirikmu!" sarkas Chaeri santai.

Gadis berambut blonde tersebut menatap Chaeri tajam, "Kau tak tahu saja bagaimana tampannya dia!"

"Untuk apa juga tampannya jika dia gay, hah?"

"Hell, kau itu kan tidak normal. Pacar saja tak punya! Bagaimana kau tahu rasanya menikmati pria hanya dengan melihat ketampanannya saja!!"

"Ya!"

"Kim Chaeri sudah." ucap gadis bertubuh mungil tersebut sembari menahan tangan sahabatnya yang hampir bergerak menjambak Choi Yeri, si ratu penggosip di sekolahnya.

"Awas kau!" ancam Chaeri pada Yeri yang hanya direspon dengan juluran lidah.

"Lagi pula kau sudah tahu Yeri modelan apa, kau masih mau untuk mengajaknya bicara." ucap Chiara yang sedari tadi diam sejak Yeri masuk kelas.

"Lihat saja, jika dia bertemu denganku, aku ak--"

"Kim Rachel, kepala sekolah memanggilmu." satu buah suara di depan pintu kelas mampu menarik semua perhatian di sana.

Kepala sekolah? Ingin bertemu Kim Rachel?

"Kemarin aku sudah membayar uang sekolah. Lalu, kali ini aku salah apa?" bisik gadis berwajah lebam itu pada dirinya sendiri.

***
B e r s a m b u n g

Marriage Contract 2 (RSB 10) (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang