37. Life and Lies.

1.9K 323 361
                                    

Aloha!
Apa kabarnya?
Semoga sehat terus, yoo.
Jangan lupa kritik dan sarannya.
Serta mohon ditegur apabila memiliki kesamaan dengan cerita orang.
Semoga suka.
Selamat membaca^^

***

"Terima segalanya dan jalani sebagaimana seharusnya."

***

Rachel mengemas barang-barangnya di dalam koper miliknya. Sudah dua minggu sejak dirinya lulus dari sekolah. Kini ia ingin mempersiapkan diri untuk memasuki pendidikan yang sesungguhnya.

Beberapa waktu yang lalu, sebelum Rachel lulus, dirinya sudah mendaftarkan diri di Harvard University yang saat itu membuka beasiswa besar-besaran.

Dirinya tidak tahu jika ia bisa lulus tes tersebut. Jadi, ia begitu terkejut ketika dirinya mendapatkan sebuah surel yang menyatakan ia lulus di Harvard dan akan mendapatkan pendidikan gratis selama kuliah di sana.

Rachel tidak akan membuang kesempatan tersebut. Selain hal itu adalah impian dan kesempatan untuknya, pergi dari Korea adalah salah satu cara terbaik untuk melupakan sakitnya.

Hidup di Korea terlalu berat untuknya. Ia mampu. Rachel tidak pernah bilang bahwa dirinya tidak mampu menjalani hidupnya meskipun kadang ia menyerah. Tapi, luka di dalam sana harus disembuhkan dulu sebelum semakin menganga.

Ia meletakkan kopernya di ujung ruangan. Matanya menatap sekeliling rumah kecilnya.

"Aku akan pergi dulu. Aku pergi untuk kembali. Aku tidak akan pergi untuk meninggalkan. Jadi, tunggu aku. Aku akan pulang dan menetap di sini lagi. Aku akan menabung untuk memperbaikimu. Aku janji," ujar Rachel pelan yang ditujukan pada rumah kecilnya.

Sejujurnya, tidak sulit untuk meninggalkan sesuatu. Hanya saja, kenangan yang ada di sana yang sangat sulit untuk ditinggalkan.

Dan Rachel sangat kesulitan menghadapi itu. Ia tidak pernah bisa meninggalkan kenangan yang ia buat di suatu tempat. Dia akan sangat terluka karena hal itu. Sebab, dia adalah tipe orang yang mudah terbiasa dengan sesuatu.

Perempuan tersebut berjalan keluar dari rumah kecilnya. Ia hendak membeli beberapa perlengkapan yang ia butuhkan. Tapi, langkahnya berhenti ketika dirinya menemukan sosok perempuan berdiri di sana.
Setelah ibu dari sosok itu tidak muncul, kini giliran anaknya yang muncul di sana.

"Boleh bicara sebentar?" tanya perempuan tersebut.

"Sepertinya kau punya kegemaran yang sama dengan ibumu. Mengapa kalian gemar datang di sini? Padahal tempat ini adalah lingkungan tidak sehat bagi kalian. Di sini adalah lingkungan orang miskin. Orang kaya seperti kalian tidak cocok untuk berada di tempat yang seperti ini," jawab Rachel kemudian berdiri tepat di hadapan perempuan tersebut.

Perempuan itu tersenyum. "Katanya kau akan ke Amerika untuk kuliah."

"Ya. Kau tidak merasa tersaingi, kan? Aku bisa kuliah di sana hanya karena aku mendapatkan bantuan beasiswa. Tidak sepertimu. Kau bisa kuliah di mana saja karena kau kaya. Kau tidak harus mati-matian untuk belajar di kampus bergengsi."

"Selamat. Sejujurnya, bisa lulus di sana karena mendapatkan beasiswa lebih membanggakan daripada lulus di sana karena uang."

Marriage Contract 2 (RSB 10) (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang