Aloha!
Apa kabarnya?
Semoga sehat terus, yoo.
Jangan lupa kritik dan sarannya.
Serta mohon ditegur apabila memiliki kesamaan dengan cerita orang.
Semoga suka.
Selamat membaca^^***
"Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya."
***
"Dengan ini, kalian dinyatakan resmi bercerai."
Ketukan palu oleh hakim yang ada di hadapannya membuat Rachel tidak menyangka bahwa perceraiannya benar-benar tiba hari ini.
Perceraiannya menandakan banyak hal.
Pertama, dirinya sukses bermain dengan takdir Tuhan.
Kedua, ia betulan menjalani kebohongan yang luar biasa selama ini meskipun pada akhirnya sebagian pihak tahu tentang kepalsuan yang ia ciptakan.
Ketiga, ia gagal di pernikahan pertamanya.
Meskipun pernikahannya sah di mata hukum dan Tuhan, ia enggan untuk menyebut pernikahannya itu sah.
Tapi, pernikahan mereka memang sah. Hingga Rachel menyatakan bahwa pernikahan pertamanya itu gagal.
Menurutnya, apa yang ia lakukan hanyalah sebuah perilaku tak patut untuk dicontoh. Seharusnya ia tidak melakukan itu sejak awal.
Rachel berdiri dari duduknya. Tanpa melirik Sehun sedikit pun, ia melenggang pergi dari sana.
Langkahnya berhenti di depan gedung yang menjadi saksi perceraiannya dengan Sehun.
"Aku harap ini adalah pertama dan terakhir aku menginjakkan kaki di sini," bisiknya pelan.
Ia melanjutkan langkahnya. Dirinya tidak ingin berlama-lama di sana.
Tapi, sebuah suara berhasil menghentikan langkah lebarnya.
"Kim Rachel!"
Rachel menoleh, ia menemukan Sehun yang berlari kecil ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Rachel pada sosok lelaki yang sudah lama tidak berjumpa dengannya.
"Kau akan pulang?"
"Apa aku terlihat akan tinggal di sini?"
Sehun tersenyum tipis. "Boleh bicara sebentar? Ini mungkin adalah pertemuan terakhir kita. Aku ingin menyelesaikannya dengan baik-baik."
"Aku tidak punya waktu yang banyak."
"Hm. Aku hanya butuh waktu sebentar. Ayo, kita ke sana."
Rachel dan Sehun akhirnya memutuskan untuk mengobrol di sebuah kafe yang ada di dekat sana.
Keduanya duduk berhadapan. Larut dengan pikiran mereka masing-masing.
"Jadi, kapan kau akan berangkat?" tanya Sehun memecah keheningan mereka.
"Lusa."
Sehun mengangguk singkat. Ia meraih sesuatu dari saku jasnya. Sebuah kotak ia letakkan di hadapan Rachel.
"Hadiah perpisahan," ujar lelaki itu.
"Kau tidak usah repot-repot."
"Aku tidak repot sama sekali. Ini sudah aku persiapkan sejak lama. Jadi, jangan ditolak."
"Baiklah. Akan aku terima," ujar Rachel sembari melihat pemandangan yang ada melalui dinding kaca kafe tersebut.
"Kau masih ingat dengan kalimat kita di rumah saat kau di sana untuk kali terakhirnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract 2 (RSB 10) (SUDAH TERBIT)
Fanfiction"Siapa yang bilang kalau jatuh cinta itu perlu batas? Jika memang ada batasnya, persetan dengan batas itu!!" #update tiap Senin. 18 Desember 2019.