DreamCatcher||02

1.1K 93 2
                                    

Happy Reading!!

Jangan lupa Voment ya manteman 🤗🤗🤗

<><><>


Bruk!

Semua kelas XI IPS-3 terkejut saat Azka tiba-tiba datang dan menendang sebuah meja dekat pintu, membanting tasnya di bangkunya dan duduk dengan wajah di tekuk.

Vino dan Aidil yang sejak tadi bermain game online di ponsel mereka mengerutkan kening, heran dengan sikap Azka pagi-pagi begini sudah ngamuk. Segera mereka mematikan ponsel mereka dan menghampiri Azka.

"Lo kenapa lagi, Ka?" tanya Vino setelah duduk di bangku depan Azka.

"Iya, pagi-pagi udah kesel gitu. Ada masalah lo?" sambung Aidil yang duduk di meja.

"Gimana gak kesel coba! Pagi-pagi gue udah di timpuk pake sepatu! Bikin mood gue makin kacau!" seru Azka.

Aidil dan Vino saling pandang. Sekarang mereka tahu siapa dalang dibalik kesalnya seorang Azkano Alfandra. Siapa lagi, kalau bukan musuh abadi Azka yang selalu cekcok dengannya hampir setiap bertemu.

Alana Auristela. Cewek berambut coklat itu selalu membuat darah Azka membludak. Hanya dia yang berani melawan Azka disaat semua orang mengaguminya.

Aidil dan Vino terkekeh mengingat betapa bencinya Azka pada cewek itu. Sejak pertama kali masuk SMA sampai sekarang mereka masih bertemu dan masih mengibarkan bendera perang. Tidak ada tanda-tanda bahwa mereka akan berdamai.

Azka yang masih kesal langsung memukul pelan kepala Aidil dan Vino supaya mereka berhenti meledeknya.

"Ngapain lo berdua ketawa? Emang ada yang lucu?" ketusnya.

Aidil dan Vino menggeleng serentak. Azka mendengus dan kembali menekuk wajahnya. Sepertinya dia harus cari cara supaya bisa jauh-jauh dari cewek rese' seperti Alana. Tapi bagaimana? Mereka kan satu sekolah.

Azka menoleh ke belakang dan melihat Fahri yang masih berkutik dengan buku di mejanya. Pantesan dari tadi cowok itu hanya diam tidak menyahut, ternyata dia sedang menyalin tugas ke bukunya sendiri.

"Buat pr tuh dirumah," ledek Azka melihat buku contekan Fahri yang bernama Indah, teman sekelas mereka yang pintar.

"Ganggu aja lo. Urusin aja tuh perang lo sama Alana!" seru Fahri menyingkirkan tangan Azka dan kembali menyalin tugasnya yang belum selesai.

Azka yang kesal karena Fahri sudah menyebut nama musuh abadinya menoyor kepala cowok itu dan berdecak kesal.

"Halo, mamen!"

Keempat cowok itu menoleh ke arah pintu. Gio dan Juna masuk ke dalam kelas. Kedua cowok itu masih menyandang tas mereka di punggung. Gio dan Juna adalah teman mereka yang berbeda kelas. Gio dan Juna adalah anak kelas Bahasa.

"Ngapain kalian kesini?" tanya Aidil.

"Kampret lo, Dil. Emang gak boleh kita kesini?" Juna langsung menoyor kepala Aidil yang dibalas desisan kesal oleh cowok itu.

"Eh, abang Fahri rajin bener. Pagi-pagi udah belajar aja," sahut Gio duduk di samping Fahri.

"Hush-hush, pergi sana! Ganggu aja lo." Fahri berusaha mendorong Gio supaya pergi.

"Lo juga sih. Buat pr tuh dirumah, bukan disini." Juna menoyor kepala Fahri.

"Omongan lo sama tau gak sama dia nih." Fahri menunjuk Azka dengan pulpennya. "Suka ngejek gue. Mentang-mentang gue gak pinter-pinter amat," lanjutnya kesal.

"Uluh-uluh... abang Fahri ngambek ya bang?" goda Aidil tertawa.

"Pergi lo syaiton!! Ya Allah, lindungilah hambamu ini dari orang-orang yang tidak pernah menghargai hamba ya Allah!" Ujar Fahri dramatis sambil menadahkan tangannya berdo'a.

Sontak kelakuan Fahri membuat ke lima temannya tertawa terpingkal-pingkal. Dengan sikap Fahri seperti ini makanya mereka senang mengejek cowok itu.

Azka juga tertawa lepas, seolah rasa kesalnya tadi kini sudah hilang oleh lelucon kelima sahabatnya. Ini yang Azka syukuri dari kelima sahabatnya. Mereka berteman tidak pernah memandang siapa orang itu dan bagaimana ekonomi keluarganya. Hanya pertemanan yang tulus yang ada diantara mereka berenam.

---o0o---

Seperti biasa, setelah melalui jam pelajaran selama empat jam akhirnya waktu istirahat datang. Semuanya langsung keluar dari kelas masing-masing dan merilekskan tubuh mereka sebelum masuk ke pelajaran selanjutnya. Dan kebanyakan dari mereka memilih area kantin untuk mengisi perut yang lapar.

"Lan, yuk buruan! Gue udah laper nih. Lama banget nyatetnya," seru Mita dari pintu kelas. Menunggu Alana yang masih setia dengan buku dan pulpennya.

"Iya, bentar! Gak sabaran banget sih."

Alana selesai. Segera ia menghampiri ketiga temannya dan beranjak ke kantin. Sampainya mereka langsung memesan makanan masing-masing. Suasana kantin sangat ramai dan berdesak-desakan. Maklum, karena sekolah itu juga termasuk SMP jadi kantin disana akan selalu ramai oleh setiap orang, baik itu dari SMP maupun SMA.

Alana duduk di kursi dengan semangkok bakso di depannya. Alana menambahkan beberapa bumbu dan juga cabe yang tidak terlalu banyak dan mengaduknya rata.

Mereka makan dengan lahap, sambil sesekali tertawa dengan lelucon yang selalu mereka lontarkan. Kadang yang sering dibuat pusing adalah Mita karena Nayla yang bersikap polos dan membuat Mita geram dengan sahabatnya itu.

Tepat saat itu, Azka-cs masuk ke kantin dan langsung mendapat perhatian khusus dari semua penghuni kantin. Mereka berjalan santai memasuki kantin. Azka yang saat itu tanpa sengaja melihat Alana tengah makan dengan teman-temannya tersenyum misterius. Ini saatnya ia harus membalaskan dendamnya saat kejadian tadi pagi.

Azka berjalan semakin dekat menuju meja Alana tanpa di ketahui oleh cewek itu. Dan saat sampai disana, dengan sengaja Azka menuangkan minuman yang sejak tadi ia pegang ke atas kepala Alana.

Sontak Alana menghentikan makannya saat air itu terus membasahi kepalanya. Semua yang melihat hal itu pun terkejut bukan main atas tindakan Azka. Bahkan kelima temannya pun tidak mengira cowok itu akan melakukan hal seperti ini pada Alana. Walaupun Alana adalah musuh abadinya, tapi mereka belum pernah melihat Azka seperti saat ini. Ini terlalu berlebihan jika Azka ingin balas dendam.

Azka membuang botol yang sudah kosong ke sembarang arah. Lalu menatap Alana dengan tatapan penuh kemenangan. Akhirnya ia bisa membalaskan dendamnya perihal masalah tadi pagi.

Tangan Alana mengepal kuat. Ia lalu berdiri dengan menggebrak meja. Menatap Azka penuh benci dan murka.

"Maksud lo apa Hah!!" teriak Alana penuh emosi. Tidak di pungkiri lagi betapa marah dan kesalnya ia sekarang.

"Gue cuma mau ngasih pelajaran buat lo, karena pagi tadi lo udah nimpuk gue pake sepatu," jawab Azka tanpa merasa bersalah. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkan kantin.

Alana semakin geram. Ia mengepalkan tangannya kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Azka benar-benar sudah keterlaluan.

---o0o---

DreamCatcher [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang