DreamCatcher||49

544 50 1
                                    


Happy Reading!!

Jangan lupa Voment ya manteman 🤗🤗🤗

<><><>

Bianca masih bergelung di atas kasurnya. Walaupun matanya tertutup, tapi sebenarnya dia tidak tidur. Bianca lebih memilih mengurung diri di rumah daripada harus pergi bersama orang tuanya untuk merayakan pergantian tahun.

Bianca membuka matanya saat ponselnya terus berbunyi daritadi. Bianca melihat ponselnya dan lebih dari dua puluh panggilan tak terjawab. Bianca melihat nomor Angga disana. Untuk apa cowok itu meneleponnya malam-malam begini? Bukankah seharusnya dia di rumah Alana untuk merayakan Anniversary kedua orang tua Alana sekaligus acara pergantian tahun?

Bianca membuka pesannya. Dan lagi-lagi nomor Angga yang terdapat disana. Bianca menghela napas, membuka pesan tersebut dan membacanya.

Angga:
Lo dimana?
Gue di depan rumah lo

Seketika mata Bianca membulat sempurna membaca pesan tersebut. Bianca langsung keluar dari kamar dan membuka pintu utama rumahnya. Memastikan bahwa cowok itu benar-benar di depan rumahnya atau tidak.

Bianca tediam melihat Angga yang berdiri membelakanginya. Mendengar suara pintu terbuka refleks membuat Angga berbalik. Bianca sempat terpaku melihat penampilan Angga yang beda malam ini. Biasanya cowok itu hanya mengenakan kaos oblong dibalut dengan jaket dan celana jeans. Tapi sekarang penampilannya berbeda. Angga lebih terlihat tampan dengan pakaian rapi seperti ini.

Sebuah kemeja putih yang lengannya di gulung hingga sikut, celana jeans dan sepatu pantofel yang semakin membuatnya terlihat keren. Jam tangan bermerek pun sudah bertengger di tangan kirinya.

"Lo ngapain sih kesini? Bukannya lo ada acara di rumahnya Alana?" tanya Bianca malas. Jujur, dia sedang tidak ingin diganggu saat ini. Makanya dia lebih memilih mengurung diri di dalam kamar.

Angga berjalan mendekat dan memberikan sebuah paper bag pada Bianca.

"Apaan, nih?" tanya Bianca heran.

"Lo pake terus ikut gue."

Bianca semakin bingung dengan sikap Angga. Apa maksud cowok itu memberinya baju dan menyuruhnya untuk ikut dengan cowok itu?

"Gue lagi badmood. Nih, ambil lagi." Bianca mengembalikan tas tersebut pada Angga. Namun cowok itu menolaknya.

"Barang yang udah gue kasih, nggak bisa di kembaliin lagi. Sekarang cepat ganti baju lo. Dandan yang rapi, gue tunggu disini," ujar Angga seperti tidak bisa di bantah.

Bianca menghela napas. Susah kalau sudah bicara dengan Angga. Cowok itu tidak akan mau mengalah.

Bianca berbalik masuk kedalam kamarnya. Mengganti pakaiannya dengan baju yang diberikan Angga padanya. Tidak buruk, selera Angga bagus juga. Setelah rapi, Bianca keluar dari rumahnya menghampiri Angga.

"Udah?" tanya Angga yang diangguki oleh Bianca.

"Kita mau kemana, sih? Awas aja kalau lo sampai nyulik gue. Gue santet baru tau rasa lo," ancam Bianca menunjuk Angga.

"Apaan sih. Siapa juga yang mau nyulik lo? Buruan naik!"

Bianca mendengus. Perlahan ia naik ke atas motor Angga. Setelah menghidupkan mesin motornya, Angga langsung melajukan motornya pergi.

Sekitar lima belas menit sampai akhirnya Angga berhenti di depan sebuah rumah yang sudah banyak terparkir mobil dan motor berbagai jenis. Bianca merasa pernah ke tempat ini sebelumnya. Tapi ia masih ragu apakah ini adalah tempat yang sama tau tidak.

DreamCatcher [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang